PART 14

13K 783 2
                                    

Vince merebahkan bokongnya di atas sofa yang berada di ruang tamu penthousenya seraya mengambil ponselnya dari saku celana, menghubungi nomor kontak seseorang, yang tidak lain dan tidak bukan adalah El.

"Hallo." sapa Vince ketika panggilannya terhubung.

"Iya hallo, Vin. Ada apa?" tanya El di ujung telepon.

"Ah tidak apa-apa, hanya ingin bertanya kamu masih berada di kampus kan sekarang?"

"Iya masih tapi sebentar lagi pulang. Kenapa memangnya, Vin?"

"Hmm itu.. Kamu hari ini ada jadwal lain tidak? Maksudku sepulang kamu dari kampus nanti."

"Tidak ada, aku tidak ada jadwal apapun setelah pulang dari kampus hari ini. Ada apa memangnya?"

Vince menghela nafasnya lega, "Syukur deh kalau memang tidak ada, sebenarnya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Kamu bersedia atau tidak?"

"Hm.. Memangnya kamu ingin mengajakku kemana?"

"Kalau kau tidak keberatan, aku ingin mengajakmu ke rumahku untuk bertemu dengan mama dan juga adikku."

Hanya hening, tidak terdengar respon apapun dari El di ujung panggilan telepon sana.

Vince mengusap tengkuknya, salah tingkah. "Hm kalau kau keberatan..."

"Maaf maaf aku habis mengambil novel yang berada di rak paling atas. Jadi kapan kau akan kesini?"

"Hm? Kesana? Mau ngapain?"

"Tadi katanya kamu ingin mengajakku ke rumahmu untuk berkenalan dengan mama dan adikmu."

"Hm? Memangnya kau tidak keberatan datang ke rumahku? Kalau kau tidak mau tidak apa-apa kok, aku tidak akan memaksa."

"Tidak sama sekali. Aku memang ingin bertemu dengan mama dan adikmu. Aku ingin mengenal calon keluargaku."

Senyum Vince melebar mendengar jawaban dari El, "Jadi kapan bisa aku jemput, cantik?"

"Sekarang juga boleh jika kau tidak sedang sibuk."

"Oke, aku jalan kesana sekarang. Tunggu aku ya."

"Oke aku tunggu."

Dan Vince pun memutuskan panggilan tersebut setelahnya. Meloncat-loncat heboh sangking bahagianya, "On my way, cantik. Tunggu aku ya." ujar pria itu berbicara kepada wallpaper layar ponselnya.

Vince menyambar jaketnya yang berada di atas meja lalu segera bergegas keluar dari unit penthousenya.

Vince terkejut ketika mendapati Jane, adiknya, tengah bersimpuh di depan pintunya dengan wajah yang terbenam di antara tangannya. "Jane?" panggilnya seraya ikut bersimpuh di depan sang adik.

Jane mengangkat wajahnya dengan pipi yang sudah penuh dengan airmata bahkan matanya pun sudah sangat memerah saat ini seolah-olah menunjukan bahwa gadis itu sudah terlalu lama menangis.

Vince terhenyak melihat wajah sang adik penuh dengan airmata, "Ada apa, Jane? Kenapa kamu menangis?"

Jane memeluk tubuh Vince, kakaknya, tanpa mengatakan apapun. Dia hanya menangis sejadi-jadinya saja di bahu milik sang kakak. Sedangkan Vince yang tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi kepada sang adik memilih untuk membiarkan Jane menangis sepuasnya sembari menepuk-nepuk punggung gadis cantik itu berharap itu bisa membuatnya tenang dan berhenti menangis.

Setelah sepuluh menit berlalu akhirnya Vince pun melepaskan pelukannya, tepat setelah tangis sang adik berhenti.

"Ayo kita masuk. Jelaskan kepadaku kenapa kau menangis sesedih tadi dan siapa pelakunya."

My Captain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang