"Terima kasih ya untuk hari ini, aku bahagia." ujar Eileen masih dengan kepala yang menyandar pada bahu lebar Vince.
Vince mengusap lembut pipi gadisnya itu dengan matanya yang masih terfokuskan pada jalanan padat ibu kota.
"Tidak perlu berterima kasih karena itu sudah menjadi tugasku."
"Setiap hari sejak kepulanganmu, aku semakin takut akan kehilanganmu lagi. Aku takut ada yang merebutmu dariku."
Vince mengecup singkat pucuk kepala El lalu tersenyum dengan indahnya, "Tenanglah, aku sama sekali tidak berminat untuk pergi darimu. Aku benar-benar hanya ingin hidup denganmu." ujarnya berusaha menenangkan gadisnya itu.
"Aku mencintaimu, sungguh."
"Aku juga sangat mencintaimu, El. Benar-benar sangat mencintaimu."
Senyum Eileen mengembang. Rasanya dia ingin memberhentikan waktunya sekarang juga, dia tidak ingin kehilangan momen-momen bersama dengan Vince untuk kedua kalinya.
"Oh iya by the way, kamu ingin di antar pulang ke rumahmu atau ke rumah Anna?"
"Rumah Anna saja. Aku akan tinggal beberapa minggu ke depan di rumah dia sampai mamanya kembali." jawab Eileen dengan matanya yang sudah memerah dan berat. El mengantuk.
"Tidurlah. Aku akan membangunkanmu nanti jika kita sudah sampai di rumah Anna." ujar Vince ketika dia menangkap mata gadis itu yang mulai memerah dari kaca yang berada di dekat kepalanya.
Eileen menganggukan kepalanya dan mulai memejamkan matanya dengan kepala yang masih setia bersandar pada bahu Vince tentu saja. Rasa nyaman yang diberikan bahu pria itu membuat Eileen dengan mudah menjemput mimpinya.
Hanya butuh waktu satu setengah jam saja bagi Vince membelah jalanan ibu kota untuk bisa sampai di rumah sahabatnya Eileen tersebut.
Setelah sampai, Vince langsung memarkirkan mobilnya dengan rapih di perkarangan rumah yang lumayan besar itu. Vince menoleh ke samping, memperhatikan setiap inci wajah gadisnya yang masih terlelap itu.
Wajah yang akan dia lihat setiap bangun dan sebelum tidur setelah menikah nantinya. Ah rasanya Vince sudah sangat tidak sabar untuk menunggu hari itu tiba.
Belum menikah saja ini sudah menjadi hal yang candu untuk Vince, apalagi jika sudah menikah bukan? Mungkin bisa-bisa dia akan selalu bergumul setiap kali akan pergi kerja.
"Mengapa semua yang berkaitan tentangmu membuatku candu, hm?" gumam Vince pelan.
Setelah di rasa sudah puas memandangi wajah lelap kekasihnya, Vince segera melepaskan lilitan tangan El pada lengannya dan memindahkan posisi gadis itu untuk menyandar pada kursi samping kemudi dengan tidak lupa dia melepaskan sabuk pengaman sebelum keluar dari mobil dan menggendong tubuh mungil kekasihnya itu masuk ke dalam rumah Anna.
Vince menekan tombol bel yang terletak tidak jauh dari pintu beberapa kali sebelum akhirnya dibukakan oleh si tuan rumah.
"El kenapa?" tanya Anna dengan wajah yang panik.
"Dia tidak kenapa-kenapa, kamu tidak perlu khawatir. Dia hanya tertidur karena kelelahan. Tadinya aku ingin membangunkannya tetapi aku tidak tega jadi aku memutuskan untuk menggendongnya saja."
Anna menghela nafas lega, "Ya sudah tidurkan saja dia di kamarku." ujarnya melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai atas rumahnya.
Vince mengikuti langkah Anna dari belakang sembari tetap memandangi wajah gadis yang berada dalam gendongannya.
Setelah sampai di kamar Anna, Vince merebahkan tubuh kekasihnya itu di sebuah ranjang besar milik Anna sebelum akhirnya dia pamit untuk pulang pada sahabat gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Captain!
Teen FictionBerawal dari perjodohan, berujung pada ketidakingin kehilangan.~