015

927 196 17
                                    

Berangkat bersamanya, wow.
W-O-W.





Entah aku harus menyebutnya kesialan atau keberuntungan. Pagi ini, aku berangkat bersama Jeon Jeongguk.

Oh tidak, ini sangat tidak baik bagi kerja jantungku.

"Hyung, kau baik?"

TIDAK! AKU SANGAT TIDAK BAIK KARENA KAU!

Ingin membalas seperti itu, tapi hanya senyuman kecil yang aku tunjukkan.

"Kau tidak risih kan denganku?"

"Eh?"

"Mungkin saja sunbae tidak terlalu suka dekat dengan adik kelas sepertiku"

"Jangan ngawur, aku suka kok"

Sunbae. Kenapa dia memanggilku sunbae lagi?

Dan apa-apaan itu perkataannya?

"Hyung suka padaku?"

"Iya, suka kok" balasku mantap dengan anggukan cepat.

"Aku juga suka hyung"

Eh?






"YE?! APA KAU BILANG TADI?" ujarku tak santai.

Jeongguk tergelak riang, lantas berjalan terlebih dahulu meninggalkanku. Suara tawanya masih saja terdengar.

"HYUNG KAU LUCU SEKALI!" Teriaknya tanpa tau malu, membuat beberapa orang menoleh. Pipiku terasa hangat, dengan debaran jantung yang membuatku sangat nyaman.

Di bus aku duduk di samping Jeongguk, di kursi kedua jika dihitung dari belakang.

Sebisa mungkin menghindari untuk memandang pahatan sempurna rahang kotaknya.

Perlu kalian ketahui, bagian tubuh Jeongguk yang membuatku berdecak kagum salah satunya adalah rahang kotaknya.

Jika aku urutkan, bagiku mata Jeongguk adalah bagian terfavoritku, setelah itu adalah hidung bangirnya, lalu gigi kelincinya yang menyembul manis saat dia tersenyum, dan rahang kotaknya di nomor tiga. Tubuh atletis dengan bahu serta pungggung lebarnya di nomor empat, paha berototnya di nomor lima, dan seluruh bagian tubuhnya di nomor enam.

Ya, kalian benar. Semua bagian tubuh Jeongguk adalah favorit ku, membuatku terus berdecak kagum akan kerupawanannya.

"Hyung, nanti mau makan siang bersamaku?" tawarnya.

Aku menoleh, balas menatap dia yang menatapku intens. "Maaf Jeon, aku tidak bisa. Sepertinya aku akan makan siang di ruang osis, karena ada yang harus kukerjakan" balasku mencoba menjelaskan hati-hati agar dia tak tersinggung karena kutolak.

Pemuda Jeon itu mengangguk mengerti, membuatku lega. Kemudian pandanganku kembali ke luar bus, karena tak tahan terlalu lama bersitatap dengannya.

Earphone yang tiba-tiba ada ditelingaku membuatku berjengit kaget, lantas menoleh ke samping. Jeongguk nampak biasa saja, setelah menaruh earphone ke telingaku. Bibir tipisnya bersenandung kecil, ikut bernyanyi lagu yang sedang diputar.

There's for you, by Troye Sivan feat Martin Garrix.

Aku tersenyum tipis.

Stalker      +KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang