4- Monopoli

11 0 0
                                    

Tika sedang asik menyirami tanaman dihalamannya sembari menyirami bunga angrek kesayangannya, dengan earphone yang setia menempel pada indra pendengarannya melantunkan salah satu single fourtwnty

Pagi ke pagi
Ku terjebak didalam ambisi 
Seperti orang-orang berdasi yang gila materiiii...iii
Resahh bosann

Sedang asik asiknya berasenandung sampai si perusak kedamaian jiwa dan alam datang dengan cengiran khasnya yang membuat lesung pipi disebelah kanannya tampak manis jika itu dilihat cewe yang sedang tidak membencinya mungkin akan berlaku. Tapi bagi tika tidak, itu sangat menyebalkan!

"Pagii jodohku tercinta, cowo ganteng dateng nih" kata si cowok berkesung pipi yang terlihat tampan di pagi hari ini. Terlihat ada sebuah box bertuliskan monopoli di tentengnya.

"Hadeuh bisa gak sih lo gak nonggol disetiap pagi gue yang cerah ini." Sumpah tika kesel banget

"Gue mau ajak lo sarapan bareng sambil main monopoli. Ayolah" yahh yogi sudah jadi rutinitasnya setiap pagi, dengan alasan-alasan klasik untuk sekedar berjumpa dengan tika.

"Liat gue gi" tika menunjukan penampilannya yang masih acak-acakan, rambut yang dicepol asal mengenakan baju berwarna hitam yang kebesaran dan hot pans ditambah sendal capit soalloww

"Cantik tik" senyumnya malah semakin mengembang.

"Si bego!"

"Si cantik"

"Sial terus hari hari gue ketemu lo"

"Beruntung hari hari gue selalu di isi sama kehadiran bidadari kayak lo"

Bulsss...
Pipi tika langsung memerah
"Cie bulsing" goda yogi dengan senyuman yang selalu ingin dilihat oleh semua cewe. Tapi sayang, hanya tika yang bisa liat senyum itu.

"Gue mau mandi, lo tunggu di rumah pohon. Nih kuncinya!"

Hap yogi sigap menangkap kunci yang dilempar tika, dan langsung menuju rumah pohon yang dimaksud yang bersebrangan langsung dengan kamar cewek yang yogi sayang itu.

"Lo jangan bikin gue kesel hari ini kamprettt" teriak tika dari dalam kamarnya.

Itu membuat yogi tersenyum geli.
Lo baik tik makasih. Gertaknya dalam hati

Selesai dengan ritualnya dikamar mandi, tika langsung menuju rumah pohon disampinh rumah. Dengan mengenakan celana pdl dan kaos hijau army, tika tetap terlihat manis sangat manis malah.

"Woy!"

"Hilih ngagetin aja."
Yogi yang sedang membereskan monopolinya agar siap dimainkan saat tika sudah datang terlihat sangat kanget.

"Lebay bangsat!"

"Eh Liat warna baju kita samaan beb. Kayaknya kita emang jodo"

"Gue cakar juga tu muka" sambil mendekatkan tangannya seolah benar ingin encakar yogi. Tapi yogi malah menggenggam tangannya.

"Cakar aja gue ikhlas ko"

"Ihh sebell" teriak tika sambil mukul- mukul dada bidang yogi.

"Haha nih buburnya, makan ya. Sambil kita main monopoli." Yogi menyerahkan bubut yang sudah disiapkannya.

"Hmm"

Mereka asik bemain monopoli berjam-jam. Sampai mebeli komplek, rumah, hotel. Hingga salah satu dari mereka bangkrutt, ya tika menang selalu menang bahkan.

Sekarang mereka bersandar pada tembok kayu rumah pohon, yogi sesekali menggoda tika. Tika selalu mengumpat saat yogi melontarkan gombalan gombalannya.

"Gue gak akan ke rayu ya! Gue bukan cewe haus belaian kayak fans-fans lo disekolah!"

"Lo benci banget sama gue tik?"

"Ya"

"Tapi kenapa lo gak keberatan kalo gue selalu ada di deket lo, lo marah tapi lo selalu nerima gue ada di sini"

"Lo mau gue usir sialan?!"

"Nggak ko, sini" yogi menarik lepala cantik itu untuk menyandar dibahunya.

"Modus lo kucrut, sana ah jauh jauh kesel gue."

"Sekali ini aja tik" yogi kembali menarik kepala tika untuk bersandar dibahunya, tika tidak menolak.

"Maaf" gumam yogi sambil mengelus rambut tika, ada cincin tersemat disana dijari manis yogi.

Tika ganya diam, dia lelah marah-marah terus. Tanpa yogi tau tetes demi tetes air mata itu lolos meluncur dari cewe yang sedang dia manjakan itu.

Yogi melirik kalung yang menempel indah dileher tika ada sebuah cincin yang sama dengan ukiran nama keduanya tergantung di kalung itu, senyumnya terukir.

"Lo masih pake"

yogi mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah pohon ini. Pada dinding kayunya banyak terpajang pigura piagam yang berjejer rapi, nakas yang berisi piala berbagai macam ukuran, disana juga terpajang sketsa muka yogi. ya itu dia saat masih kelas X awal sekali saat itu yogi sedang main di GBLA karena stadion itu baru dibuka, satu lagi sketsa yang dibuat fiksi yogi dan tika dibuat seolah tika bersandar dibahu yogi hehe ini murni imajinasi tika. Haaahhh cewe inii..

Yogi membacanya satu persatu, juara 1 lomba cerpen sman 1 Bandung dengan judul karya YBL.  Ia sangat ingat, saat itu tika mengikuti lomba cerpen disekolah dan judul ybl itu adalah inisial namanya Yogi Bayu Lesmana sayangnya saat itu yogi tidak tau kalau tika sanggat menyukainya.

Adalagi juara 1 tingkat nasional tetap dengan judul YBL Yogi amat sangat senang sungguh. Masih banyak piagam-piagam lainnya seperti fisika matematikan dan tak heran karena tika memang berprestasi sangat!

Ah tika, dulu bahkan dia tak mau melirik tika. Saat tika men chat dia lewat wa bahkan yogi tidak membalasnya ia tau tika senang sekali menatapnya dari jauh dari mulai saat upacara, saat olahraga, saat dikantin. Mungkin saat itu hati dan pikiran tika hanya tertuju padanya walau tak dihiraukan, tika kuat tetap mencintainya sampai yogi tersentuh dan mulai membuka sedikit hatinya hingga saat itu tiba.  Saat dimana dia menghancurkan segala harap gadis manis yang anggun bertuturkata lembut menjadi sanggat arogan dan egois, dulu yogi begitu dingin seolah tak pernah terjamah oleh siapapun dan tika mencoba menggapainya. sampai ia berbuat salah sangat salah

"Padahal dulu, gue culun banget. Tapi lo cinta sama gue" jelas, dulu yogi berkacamata dan berambut lepek. Ia selalu menundukan kepalanya jika berjalan, seolah tak ada keberanian untuk menatap. Dan tika mencintainya

"Maaf tik" diliriknya tika yang sedang bersandar dibahunya,

"Hmm tidur ternyata, jangan nangisin gue terus ya princes."

Cklek... pintu kayu dihadapannya terbuka, menampakkan wanita paruh baya yang mengukir senyumnya.

"Jaga dia bayu, dia masih sama seperti dulu. Hanya hatinya saja yang sedikit mengeras karena dikecewakan, sabar mamah percaya kalian bakalan kayak dulu."

"Iya mah bayu yakin"

Rumah pohon:

Rumah pohon:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang