17B- Mahameru jaga

4 0 0
                                    

Kicauan burung ditengah dedahanan pohon yang menjulang disertai semilir angin yang menambah suasana tenang ditengah hutan yang asri nan indah.  Sinar mentari mengintip malu-malu dari balik dedaunan yang lebat.
Langkah terus berderap disertai peluh yang mulai menetes, namun tak menyurutkan semangat muda-mudi yang sedang mendaki gunung mahameru yang sudah sangat terkenal dengan keindahannya apalagi setelah diproduksinya film 5 centimeter yang mengisahkan lima orang sahabat, hemmm seperti yang sedang dialami mereka saat ini. Persahabatan yang indah walau didalamnya tersimpan beribu rahasia dan bukannya semua orang punya wajah lebih dari satu? Bukan berarti bermuka dua yang kebanyakan orang bilang. Well setiap orang punya tiga wajah, wajah pertama adalah wajah yang kita perlihatkan untuk orang yang hanya sekedar kenal kita, wajah kedua untuk orang terdekat dan tersayang, wajah ketiga adalah wajah yang kita tunjukan hanya pada dirikita sendiri tanpa satu orangpun tau. Hahhhhh hidup memang tidak dalam genggaman kita sendirikan?

"Awww." Rintihan yang terdengar dari bibir seorang cewek manis sukses menarik perhatian semua orang.

"Aduhh... aw."

"Kenapa tik?" Tanya yogi panik sambil mengelus kaki tika yang sepertinya tersandung atau terkilir.

"Sakit bay." Jawab tika dengan tatapan yang menatap kearah yogi.

"Sini aku gendong sampe atas ya? Bentar lagi sampe kok." Kata yogi sambil mengelus rambut panjang tika.

"Ga, raga! Sini bawain tas cewe gue. Gue mau gendong cewe gue." Yogi menyerahkan satu tas pada raga, yang semula dibawanya dengan cara menggendongnya satu didepan dan satu dibelakang.

"Sini titik, naik." Yogi menepuk punggungnya mengisyaratkan agar tika segera naik.

"Ah gak usah, lo mah lebay." Tika melangkahkan kakinya lagi namun kembali terjatuhh.

"Aww"

"Udah sini, aku gak mau kamu luka." Entah, yogi selalu mengatakan bahwa dia gak mau kalau tika luka. Terlihat sangat khawatir dan eummnm posesif.

Tika menyetujui dan naik keatas punggung yogi. Sembari memeluk leher yogi dari arah belakang. Tanpa sadar tatapan elang dari cowo dibelakangnya.

Hanya tinggal 20 meter lagi dan mereka akan sampai dipuncak utama. Yogi masih dengan setia menggendong kekasihnya, sambil sesekali membenahkan posisi gendongan tika yang mulai merosot.

"Kamu cape?" Tanya tika tepat pada telinga yogi.

"Enggalah princess." Jawab yogi diselingi senyum tipis dibibirnya.

Tika tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
"Makasihh yahh"

"Jangan dicekek aduh." Yogi menepuk-nepuk tangan tika yang bukannya memeluk malah bikin lehernya sakitt.

"Hahahha." Tika lupa kirain lagi pelukan mesra.

"Sakit tau! Malah ketawa lagi."

"Maaf, jangan marah ya. Euhhhh gemes dehh." Tika malah mencubit-cubit pipi yogi dari arah belakang.

"Aku tau aku gemesin, tapi gak mau turun nihh? Udah nyampe puncak tau."

"Wahh udah sampe ya." Tika lekas meloncat dari punggung cowok itu.

Tika menyapu pandangannya keseluruh penjuru alam yang sekarang ia pijak, serasa berada di atas awan dan meninggalkan bumi yang ia pijak. Penat yang ia rasakan seakan hilang begitu cepat, indah sangat indah seolah tak pernah terjamah oleh raga siapapun yang pandai mengoreskan luka..

"Indahh bangett sumpah, liat bay itu..." tika menunjuk sebuah awan yang menggumpal dihadapannya.

"Mana-mana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DentingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang