Aku tahu yang kamu tunggu lagi-lagi bukanlah aku.
Aku tahu yang ada dalam hatimu bukanlah namaku.
Namun, aku sudah terlanjur jatuh dalam harapanmu yang semu. Bagaimana menurutmu?
Jika kau tahu, sulit bagiku untuk menunggu. Bahkan aku sudah enggan untuk bertanya tentang rasamu yang selalu terlihat abu untukku.
Datang lalu pergi, secepat itukah kau mengakhiri? Semuanya semakin jelas bahwa kau memang tak pernah mengerti. Tentang hati, dan dirimu yang selalu kuanggap berarti.
Andai kamu tahu, dinginmu diam-diam telah merebut perhatianku. Kedewasaanmu semakin membuat kagum diriku. Hatiku telah jatuh padamu, benar-benar jatuh.
Aku jatuh cinta saat kau berjalan begitu santai di hadapanku dengan senyum terindahmu. Saat kau sesekali menyebut namaku. Saat kau asik bergurau dengan sahabatmu, tertawa kecil.
Aku jatuh cinta, bahkan ketika kau duduk termenung berdiam diri sendiri. Entah apa yang kau pikirkan, tapi pastinya itu bukan tentangku. Benar kan?
Aku tahu, walau aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh, kau tetap tak akan bisa kusentuh. Hatimu tak akan pernah kugenggam utuh.
Kenapa tak kusampaikan? Jujur terlebih dahulu ada keraguan yang menghantam hatiku. Bahwa dirimu adalah ketidakmungkinanku. Jadi sebelum aku bertanya lagi tentang rasamu, aku sudah terlebih dulu mencari jawaban atas pertanyaan yang ingin aku ajukan. Bahwa aku bukanlah si pemilik hatimu.
Aku hanya bisa memerhatikanmu dari kejauhan, dan mendekatimu dalam penyemogaan. Bukankah ini cara terbaik dalam mencintai bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak yang Berjarak
RandomKau adalah sajak yang selalu aku tulis. Dan,jarak juga bukan hanya tentang banyaknya kilometer yang memisahkan, namun juga tentang perbedaan perasaan. Semua tentang kata untuk kenangan dalam genangan, atau kenangan yang sulit untuk aku lupakan:)