Sajak yang Berjarak

10

Awalnya hatiku tak terpaut padamu.
Rasanya aku juga enggan untuk menggantungkannya pada siapa pun.
Namun kau membuat hatiku tebiasa padamu. Walau belum berani kukatakan aku menyukaimu, namun aku tahu hatiku mulai kagum pada sosokmu.

Jujur, bukan dirimulah yang kunanti. Bukan dirimulah yang kucintai. Bukan dirimulah yang kukagumi, dan bukan dirimulah yang kudambai.
Bukan dirimu yang sebenarnya menjadi tokoh dalam cinta dalam diamku. Bukan namamu juga yang selalu kuselipkan dalam perbincangan rahasiaku dengan-Nya.

Tapi, bolehkah aku katakan bahwa dirimu berhasil membuatku nyaman? Mungkin baru berani kubilang perasaanku sebatas teman. Karena itulah yang masih kurasa hingga sekarang.

Namun, kehadiranmu membuatku bergantung pada sosok sepertimu. Candamu, celotehanmu, dan sifat jahilmu selalu saja mampu membuatku sedikit lupa tentangnya. Iya, tentang dia yang kucintai diam-diam namun tak pernah kutahu isi hatinya sampai dalam.

Aku tahu setiap pertemuan akan berjodoh dengan perpisahan. Walau blm pernah bertatap langsung, tapi perpisahan denganmu selalu saja kurasakan.

Memang mungkin kau tak sebaik dia. Namun aku pun tak sebaik dirimu. Rasanya tak pantas jika aku pun harus menangisi kepergianmu juga, sama seperti aku menangisinya yang telah berlalu dengan pilihannya.

Aku tahu ada rasa yang harus kutepis setiap kali kuingat kau terlalu baik untukku, bahkan walau hanya menjadi kawan baikku.

Pertemuan denganmu memang tak pernah terduga. Perasaan antara kita pun entah bagaimana awalnya. Tapi aku tahu, satu hati tak mungkin untuk ditempati dua orang. Begitu pun hatiku yang tak bisa sekaligus ditempati untukmu dan dia.

Biar kini hatiku kusimpan, entah siapa yang akan memilikinya nanti, kuharap dia yang dapat mencintaiNya dulu sebelum mencintaiku. Dan cinta kami pun ada karena ridho-Nya♡