Setelah hyunjin pulang kerumah, neneknya bener-bener khawatir hyunjin kenapa tapi hyunjin hanya bisa tersenyum. Lagi-lagi hyunjin berbohong.
"Nek, kakak mau kerumah sakit ya jenguk adek."
Nenek tersenyum sendu lalu menyuruh hyunjin duduk terlebih dahulu. "Kakak, kakak tau kan adek udah lama dirumah sakit?"
Hyunjin mengangguk, nenek kembali meneruskan pembicaraan, "nenek mau ngebawa adekmu pulang kesini, dirumah sakitpun sama sekali nggak ada kemajuan, nenek makin nggak enak sama om seungwoo."
Hyunjin mendengus keras mendengar perkataan neneknya sering ia dengar dan sering ia tolak berpuluh kali.
"Nenek mau ngurus adek atau mau ngebiarin adek mati diem disini? Lagian udah kewajiban om seungwoo bayarin adek, diakan yang nabrak adek sampe koma bertahun gini? Diakan yang buat mama sampe tergila-gila sama dia terus bunuh diri?"
"Kakak!"
Hyunjin mengambil kunci di meja ruang tamu, meninggalkan neneknya yang amat kecewa dengan perkataan hyunjin, "maafin alvi nek, alvian nggak akan ngebiarin satu orangpun ngeganggu adek."
Dengan begitu hyunjin pergi meninggalkan neneknya yang menangisi kenyataan rumit hidup mereka.
🃏🃏🃏
"Kak iyan?" Tanya seorang gadis saat melihat haechan berdiam di depan gerbang sekolah.
Haechan memalingkan wajahnya dari ponsel menatap gadis yang kini menatapnya sambil tersenyum.
"Eh somi," Sapa haechan.
"Ngapain kak disini?" Ucap somi sopan karna sekarang haechan bukan siapa-siapa lagi bagi somi.
Haechan mengangkat kedua bahunya, "jemput putri."
"Katanya kakak sekarang pacaran sama putri ya?" Tanya somi pelan berhati-hati dengan perkataannya.
Haechan terdiam, korek api yang ada ditangan ia mainkan dengan melemparnya berkali-kali.
"Belum ada yang bisa gantiin lu som."
Somi menggelengkan kepalanya lalu menepuk pundak haechan pelan, "aku cuma masa lalu kakak, bukan masa sekarang apalagi masa depan. Stop berharap sama aku kak, aku nggak mau nyakitin kak iyan."
Haechan tersenyum kecil, tangannya ia masukan kedalam celana guna menyimpan korek api yang tadi sempat ia mainkan.
Mata haechan tepat menatap gadis bule dengan mata cantik itu. "Gue bilang belum ada yang bisa gantiin lu tapi bukan berarti gue masih berharap sama lu. Put ayo kita pulang."
Somi terdiam lalu beberapa detik kemudian badannya berputar menatap gadis berambut hitam sebahu yang tengah menunduk.
Haechan menarik tangan putri lalu menggenggam tangan gadis itu dengan lembut.
Jadi siapa yang belum bisa melupakan?
🃏🃏🃏
Jaemin terus-terusan nggak berhenti mandangin cewek yang ada disebelahnya tapi ia masih fokus nyetir, ya kali mati nanti.
Iya, sekarang jaemin lagi nganterin siyeon pulang kerumahnya pake mobil jeno.
Mobil jeno.
Jaemin udah cursing aja daritadi si bangsat bukannya nganterin sendiri.
"Yeon ngomong kek," seru jaemin.
Beneran dimobil ini nggak ada percakapan selain suara radio dan suara jalanan yang mulai macet.
Siyeon makin diem digituin sama jaemin, disangkanya jaemin kesel sama dia padahal suara jaeminkan emang barbar.
"Yeon maafin sobat gua ya, emang tuh orang batu banget harusnya lo nggak diginiin."
Jaemin nyoba ngebela siyeon padahal nanti kalau depan jeno pasti ngebela jeno lagi.
"Jae boleh nggak aku nangis?" Tanya siyeon dengan suaranya yang mulai parau.
Aduh ini jaemin mulai salah, ngeiyain bego, nggak ngeiyain juga bego. MENDING MAIN TIKTOK ALAY DEH DARIPADA DIEM DI MOBIL JENO.
Ya walaupun di dalem hatinya mah gegayaan pengen update snapgram di mobil jeno. 'Macet' terus sambil fotoin setir mobil.
Gapapa ganteng yang penting sombong. Mobil orang.
"Nangis aja kali yeon."
Dengam begitu jaemin sekali lagi menjadi saksi bagaimana siyeon meluapkan emosi yang selama ini ia pendam.
Setelahnya jaemin mencengkram setir mobil saat mengingat kejadian yang tidak pernah ia lupakan.
"Harusnya lo kasih tau jeno kalau lo mutusin jeno bukan karna jeno nomor satuin anak bj, tapi karna lo kissing sama noahkan?"
"Jaem...nggak gitu..."
Jaemin memberhentikan mobil saat lampu merah menyala, mata jaemin menatap siyeon tajam, dingin, tidak bersahabat.
"Kalau bukan karna lo cewek, lo udah abis ditangan gue."
A/n
Sebenernya bentar lg gue mau ngeberesin cerita burn dan kl ada masalah yg belum selesai mau gue lanjut ke book lain
KAMU SEDANG MEMBACA
Burn | 00's line
Aventura[local name, harsh word, lowercase] Rules number one; break the rules.