Delapan Belas

46 16 7
                                    

"Gila! Mahal banget ongkosnya," omel Kiwon sekeluarnya dari tempat service gitar. "Padahal cuma ganti senar yang putus doang."

"Wajarlah. Gitar lo, kan, emang mahal," respons Wontak yang sudah menyusul langkah Kiwon dan kini berjalan di sisi kirinya. "Kalo nggak diperbaiki kita juga nggak bakal bisa perform."

"Iya juga, sih."

Keduanya lalu berjalan dalam kebisuan di sepanjang trotoar hingga akhirnya tiba di halte bus.

"Ah."

Kiwon menoleh. "Apa?"

Wontak merespons dengan menunjuk tempat di seberang menggunakan dagu. Kebetulan halte tempat mereka menunggu berseberangan dengan zebra cross.

Penasaran, Kiwon pun menoleh ke arah yang ditunjuk sahabatnya. Netranya lalu menemukan sosok yang tak asing di antara para pejalan kaki yang ingin menyeberang.

"Udah lama, ya, kita nggak ketemu Seola Noona," ujar Wontak tanpa mengalihkan pandangan dari arah depan.

Kiwon menyetujuinya dengan mengangguk sebelum melambaikan tangan dan memanggil, "Noona! Seola Noona!"

Merasa dipanggil, Seola yang semula tengah fokus dengan ponsel di tangan langsung celingukan. Senyumnya perlahan mengembang saat menemukan sosok Kiwon di seberang sana.

Drrrt drrrt drrrt.

Ponsel yang kembali bergetar--menandakan ada notifikasi chat masuk--langsung mengembalikan atensi Seola. Jemarinya pun bergerak cepat mengetikkan sebuah balasan. Saat itulah orang-orang yang ingin menyeberang bersamanya mulai melangkah maju. Seola sempat menoleh sejenak untuk memastikan sebelum ikut melangkah.

Saking fokusnya dengan ponsel, gadis itu sampai tidak menyadari ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan timggi hingga akhirnya ....

Brak!

Tabrakan pun tak terhindarkan lagi. Tubuh Seola terpental hingga beberapa meter sementara si pengemudi langsung pergi begitu saja.

Kejadian itu memang hanya berlangsung beberapa detik saja, tapi sukses membuat Kiwon dan Wontak terpaku.

☁☁☁

"Semua salahku. Semua salahku. Semua ... arggh!!!"

Sudah sedari tadi Park Seungwoo yang terduduk di lantai koridor rumah sakit bergumam demikian dan berakhir dengan mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana tidak? Gara-gara saling berikirim chat dengannya di jalan, Seola jadi tertabrak mobil dan kini terbaring di meja ruang operasi karena hidungnya patah dan rahangnya retak. Masih sangat beruntung karena bukan bagian belakang yang mendarat terlebih dulu di tanah.

Satu setengah jam lalu, Seungwoo memang diberitahu Bona lewat chat bahwa Seola mengalami kecelakaan dan sudah berada di rumah sakit. Tanpa berpikir panjang lagi, ia yang baru saja tiba di tempat kerja langsung melesat pergi. Masa bodoh jika besok mendapat omelan sang manajer karena tadi membolos.

Ngomong-ngomong, hubungannya dengan Seola selama dua bulan belakangan ini semakin membaik. Malah sekarang bisa dibilang cukup dekat. Yah, walaupun gadis yang diakuinya memang berparas cantik itu tidak sepenuhnya membuka hati untuknya.

"Oppa! Seungwoo Oppa!"

Mendengarnya, gumaman Seungwoo langsung terhenti. Kepalanya pun terdongak dengan perlahan sebelum menemukan sosok Bona yang entah sejak kapan sudah berjongkok di depannya.

"Oppa itu nggak salah sama sekali. Kecelakaan yang dialami Eonni itu udah takdir dari yang Maha Kuasa," ujar Bona.

Seungwoo kembali menunduk. "O-Oppa tahu, tapi ... arghh!"

"Oppa!" Bona refleks mencekal kedua tangan pemuda itu yang sudah kembali mengacak-acak rambut dengan frustasi. "Tolong dengerin Bona. Oppa itu nggak salah sama sekali. Jadi, berhenti nyalahin diri sendiri. Oke?"

Seungwoo tak mengangguk apalagi menggeleng. Ia hanya menyandarkan punggungnya ke dinding di belakang sebelum mendesah panjang. Saat itu, Bona sudah melepas cekalan tangannya.

Di sudut lain, ada ibu Seola yang duduk dengan wajah khawatir campur shock dengan ditemani sang adik dan Kiwon serta Wontak.

Ngomong-ngomong soal Kiwon, pemuda itu sedari tadi duduk termenung dan tidak bergeming sama sekali. Bahkan Wontak yang mengajak bicara pun diabaikan.

"Won, ayo pulang dulu. Besok kita ke sini lagi sepulang sekolah. Bona Noona pasti nanti ngabari kita," ujar Wontak, berusaha membujuk sang sahabat sekali lagi.

Bukannya merespons, Kiwon justru mendesah panjang.

"Won." Wontak menyenggol lengan kiri Kiwon. "Ayo pulang dulu."

Secara tak terduga, Kiwon tiba-tiba beranjak yang tentunya membuat Wontak terkejut.

"Won?"

Setelah sempat terdiam selama beberapa saat, Kiwon mengambil tas gitarnya yang semula diletakkan di sisi kanan bangku tempatnya duduk sebelum beranjak pergi.

"Won! Mau ke mana?"

To be continued

Aneh? Ya emang 😳

Jangan lupa kunjungi project WJSN lain

Move On ; Seola x SeongriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang