Sembilan Belas

52 16 5
                                    

Ting tong ting tong.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat saat tiba-tiba bel rumah berbunyi. Seongri yang masih mengerjakan tugas jelas terkejut mendengarnya. Pasalnya, tidak biasanya ada yang bertamu malam-malam. Meskipun begitu, ia tetap beranjak sebelum melangkah keluar kamar.

Ting tong ting tong.

Setibanya di ruang tamu, Seongri tidak langsung membuka pintu dan justru menyibak sedikit tirai yang ada di belakang sofa panjang. Hanya penasaran siapa yang datang malam-malam.

"Kiwon?" gumamnya saat melihat sosok berambut blonde di balik gerbang bersama tas gitarnya. "Ngapain malem-malem ke sini?"

Ting tong ting tong.

Suara bel yang kembali terdengar membuat pemuda itu langsung membuka pintu tanpa berpikir panjang lagi.

"Hyung," ujar Kiwon begitu melihat sosok sang tuan rumah yang kini sedang berjalan menuju gerbang.

"Ngapain malem-malem ke sini?" Seongri bertanya sembari membuka gerbang. "Kok ekspresi lo khawatir gitu?"

Kiwon menelan saliva. "Hyung."

"Mwo mwo mwo?"

"Kiwon tau ini udah bener-bener telat," ujar pemuda di hadapannya yang kemudian menunduk. "Seharusnya gue udah ngomong ini ke Hyung dari dulu."

Kening Seongri mengerut. "Maksud lo?"

"Sebenernya, Se-Seola Noona--"

"Kenapa tiba-tiba ngomongin dia? Hyung, kan, udah nggak punya hubungan apa-apa lagi sama dia," potong Seongri cepat dengan nada kesal yang lalu berniat menutup gerbang. "Pulang aja sana kalo mau ngomongin dia."

Kiwon mendongak. "Hyung, dengerin dulu."

Seongri tak mendengarkan dan tetap menutup gerbang.

"Jebaal," pinta Kiwon dengan wajah memelas.

Melihatnya, Seongri yang berdiri di balik gebang jadi tidak tega sebelum akhirnya mendesah panjang. "Oke."

"Se-sebenernya, Seola Noona itu belum move on dari Hyung. Sehari setelah ngasih tips move on ke Hyung, dia tiba-tiba ngajak ketemuan dan minta tips itu."

Kedua pupil mata Seongri perlahan melebar mendengarnya.

"Terus tadi sore ... tadi sore ...." Kiwon kembali menunduk. Kedua matanya berkaca-kaca dengan cepat, "No-Noona ... ke-kena tabrak lari, Hyung dan sekarang ada di rumah sakit."

Kini jantungnya bukan ditusuk lagi, tapi tubuhnya serasa didorong jatuh ke jurang secara tiba-tiba.

"No-Noona kecelakaan, Hyung. Noona kecelakaan." Kiwon sudah berurai air mata saat mengatakan itu sebelum jatuh terduduk di tanah dengan perlahan.

🍞🍞🍞

"Ahjumma."

Mendengarnya, wanita yang tengah duduk terkantuk-kantuk di atas kursi dekat ranjang itu langsung terbangun dengan gelagapan sebelum cellingukan dan akhirnya menemukan sosok Bona yang sudah berdiri di sisi kanan.

"Sebaiknya Ahjumma pulang dan beristirahat saja. Biar Bona yang jaga," ujar Bona sopan.

"Sejak kapan kau datang?" Ibu Seola malah merespons dengan balik bertanya.

"Belum lama. Selesai kuliah langsung ke mari," jawab gadis itu. "Ahjumma pulang, ya?"

"Shirreo!" tolaknya sebelum mengalikan pandangan ke anak semata wayang. "Ahjumma ingin menunggu sampai Seola sadar."

Sudah empat hari berlalu setelah kejadian itu. Namun, gadis yang kini terbaring tak berdaya di atas ranjang dengan bagian kening hingga dagu terlilit perban putih dan hanya menyisakan bagian mata, lubang hidung serta mulut itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan terbangun setelah operasi.

Bona mendesah pelan. "Apa Ahjumma tidak lelah? Sudah dua hari tidak pulang, lho."

Perlahan, kepala wanita tersebut tertunduk.

"Ahjumma," panggil Bona pelan sembari berjongkok. "Bona tahu Ahjumma sangat mengkhatirkan Eonni, tapi tidak begini juga caranya. Kalau Eonni tahu pasti juga akan sedih"

Ibu Seola masih terdiam dengan kepala tertunduk.

"Ya, Ahjumma?"

Akhirnya, bujukan itu membuahkan hasil. Terbukti dari Ibu Seola yang kemudian mengangguk dengan setengah hati.

Bona segera beranjak. "Biar aku ambilkan mantel dan tas Ahjumma."

Ibu Seola diam saja saat Bona pergi mengambil mantel dan tas miliknya yang ada di sofa panjang dekat pintu.

Gratak.

Saat Bona tengah mengambil barang-barang milik Ibu Seola, seseorang tiba-tiba membuka pintu dan langsung membuat atensinya teralih. Pupil matanya melebar dengan perlahan saat melihat siapa yang datang.

"Oh, Menantuku! Menantuku!" panggil Ibu Seola yang kemudian beranjak dan menghampiri sosok yang masih berdiri di ambang pintu dengan napas terengah-engah.

Kim Seongri.

🍞🍞🍞

Padahal sudah setengah jam duduk di sisi ranjang Seola. Namun, yang dilakukan Seongri lagi-lagi hanya mendesah panjang tanpa berani memandang gadis itu.

Seharusnya, ia sekarang berada di kafetaria kampus bersama Sohee dan mengobrolkan tentang Detective Conan yang sudah direncanakan sebelumnya. Kenyataannya, hatinya berkehendak lain. Seusai kuliah jam terakhir, ia justru pergi menuju pakiran sebelum sempat menemui Sohee yang sudah menunggu di kafetaria.

Ia pikir selama dua bulan sudah berhasil melupakan sosok Seola dengan kehadiran Sohee. Nyatanya, salah satu sudut kecil di hatinya masih mengharapkan sosok Seola. Bahkan setelah diberitahu Kiwon tentang kecelakaan Seola, ia nyaris tidak bisa tidur semalam.

Hatinya benar-benar bergejolak sekarang. Tidak hanya itu, perasaan bersalah juga menyelemuti hatinya. Kalau saja hari itu mereka tidak berpisah karena kekeraskepalaan dan keegoisan masing-masing, tidak akan begini jadinya. Mereka pasti sudah menikmati kencan dan bukannya berada di rumah sakit seperti sekarang.

Air mata dengan cepat merangkak naik ke pelupuk mata Seongri saat kenangannya dengan Seola kembali muncul di kepala. Perlahan namun pasti, sebulir air mata kemudian menetes di pipi kanan sebelum berubah menjadi deras.

"Seol, maafin aku," ujarnya di sela isak tangis. "Maafin aku. Maafin aku."

Tanpa Seongri sadari, ada seseorang yang sejak memerhatikan melalui kaca di pintu.

Park Seungwoo.

To be continued

Tinggal satu part lagi + penutup cerita sampah ini tamat gaes 😅

Jangan lupa baca project WJSN lain

Move On ; Seola x SeongriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang