Hurt

56.2K 1.6K 98
                                    

Evelyn menghela napas panjang, berusaha menenangkan hatinya yang mendadak kacau mendengar kata-kata Ben. Marah, sedih dan sakit, semua bercampur menjadi satu. Namun ternyata usahanya tidak berhasil sama sekali, air matanya justru mengalir semakin deras. Bahkan kini bahunya bergetar hebat.

Mengapa saat dirinya sudah berniat untuk membalas perasaan Ben, lelaki itu justru memintanya untuk pergi? Tidakkah ia mengetahui bahwa Evelyn bahkan sudah mengorbankan Billy hanya demi dirinya? Dan lagi, Evelyn sudah berjanji pada Angel untuk tetap berada disisinya. Untuk menjadi Mommy gadis cilik itu selamanya. Haruskah Evelyn mengingkari janji itu? Tegakah ia? Berbagai pertanyaan seketika memenuhi benak Evelyn.

Ya, Evelyn menyayangi Angel. Dan meninggalkan gadis kecil itu adalah pilihan terakhir yang ada dalam pikirannya. Tetapi kini, Ben memintanya pergi. Dan Evelyn melihat kemantapan pada wajah lelaki itu. Pada akhirnya Evelyn memutuskan suatu kesimpulan, mau tidak mau ia harus melakukan pilihannya yang terakhir.

Evelyn menyeka air matanya. Lantas dengan cepat ia melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Ben yang tampak membatu. Sungguh, meminta Evelyn pergi sama saja dengan menancapkan pisau pada hatinya sendiri. Sakit dan perih. Tetapi Ben tidak punya pilihan lain. Meski berat, ia tidak akan menahan perempuan itu. Evelyn adalah milik Billy, dan Ben harus mampu menerima kenyataan tersebut.

***

Evelyn segera mengambil koper miliknya. Dengan cekatan ia memasukkan pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper tersebut, sambil sesekali menyeka air mata yang tak henti mengalir membasahi pipinya.

Tak pernah ia menyangka akan berakhir seperti ini. Oh tidak, memang seharusnya begini. Isi perjanjian mereka sudah sangat jelas, Evelyn hanya perlu berada disisi Angel hingga gadis kecil itu selesai dioperasi. Dan dengan berhasilnya operasi Angel, maka itu juga berarti bahwa perjanjian pernikahan mereka berakhir.

Mendadak, Evelyn merasa begitu bodoh karena telah berharap banyak pada Ben dan telah mempercayai kata-kata cintanya. Harusnya ia menyadari, dirinya dan Ben bagaikan dan langit dan bumi. Begitu jauh berbeda, dan mungkin tidak akan pernah bersatu. Mengingat Ben adalah sosok lelaki sempurna yang memiliki segalanya. Berbeda jauh dengan Evelyn yang tak lebih dari seorang perempuan biasa.

Tatapan Evelyn terhenti pada sebuah gaun hijau yang menggantung di lemari. Gaun pemberian Ben. Gaun yang sejenak mengantarkannya pada kenangan membahagiakan sekaligus menyedihkan, saat dimana Ben menyatakan cintanya sembari mereka berdansa. Mengingat semua itu membuat hati Evelyn bertambah nyeri dan isakannya bertambah keras. Pada akhirnya, Evelyn memutuskan untuk meninggalkan gaun tersebut. Ia tidak ingin membawa benda yang akan membuatnya selalu teringat pada Ben.

Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Evelyn berjalan keluar dari kamar itu. Ia berhenti tepat di depan kamar Angel, dan perlahan melangkah memasuki ruangan dengan dominasi warna merah muda tersebut. Evelyn menatap dengan sedih pada Angel yang tampak terlelap. Ia mendekati gadis kecil itu dan mendaratkan kecupan pada dahinya.

"Maafkan Mommy, Sayang, Mommy harus pergi. Maafkan Mommy..." Bisik Evelyn dengan isakan tertahan.

Angel menggeliat sesaat, lalu kembali terlelap dalam tidur. Dan melihat itu membuat Evelyn harus mati-matian berusaha menahan tangisnya yang nyaris kembali membuncah. Sungguh, ia merasa ragu meninggalkan Angel. Terlebih kala mengingat janjinya pada gadis kecil itu.

Tetapi, Evelyn tidak memiliki pilihan lain. Keputusan Ben sudah bulat. Dan Evelyn tidak mungkin memaksakan dirinya untuk terus berada disisi Angel, sementara Ben menginginkan kepergiannya. Bagaimana pun, ia masih memiliki harga diri. Ia tidak mungkin tetap tinggal jika Ben memintanya untuk pergi.

Setelah menyisakan belaian lembut pada puncak kepala Angel, Evelyn kembali meraih kopernya dan berjalan keluar dari kamar itu. Sungguh, ia tidak mampu membayangkan bagaimana reaksi Angel jika mengetahui kepergiannya. Mengetahui bahwa Evelyn mengingkari janjinya. Pasti gadis kecil itu akan merasa sedih, atau bahkan juga marah. Entahlah, yang jelas Evelyn sangat berharap malaikat kecil itu akan selalu baik-baik saja, meski tanpa dirinya.

Unexpected WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang