Perempuan yang tengah mengandung di seluruh dunia pasti sangat mendambakan sosok suami seperti Ben. Bagaimana tidak, lelaki itu benar-benar telaten merawat istrinya. Ia selalu mengawasi dan menjaga Evelyn. Membuatkan susu untuknya baik saat pagi maupun malam hari. Bahkan saat dirinya tengah merasa lelah akibat bekerja seharian penuh pun, Ben tidak pernah absen memijat pundak dan kaki Evelyn.
Terlebih kala usia kandungan Evelyn memasuki bulan kelima, seperti saat ini. Ben tahu, Evelyn pasti sangat lelah harus beraktivitas dengan kondisi perut yang kian membesar. Dan tidak hanya itu, Ben juga merupakan sosok suami yang siaga. Ia siap dibangunkan kapan saja. Entah itu saat Evelyn merasa haus, lapar dan lain sebagainya.
Jangan ditanya bagaimana bahagianya hati Evelyn. Perempuan itu tidak pernah berhenti mengucap syukur, sebab Tuhan telah mengaruniakan padanya seorang suami seperti Ben dan seorang putri seperti Angel. Bahkan, kini ada seorang calon anggota keluarga lagi di dalam perutnya, membuat Evelyn kian merasa sempurna.
Angel. Mengingat reaksi gadis kecil itu saat Evelyn memberitahukan perihal calon adiknya, selalu membuat Evelyn tersenyum. Angel terlihat begitu senang. Bahkan dengan bersemangat ia segera menarik lengan Ben, mengajak lelaki itu ke mall untuk membelikan pakaian sang adik. Mendengarnya Ben dan Evelyn tertawa. Tentu saja, sebab saat itu usia kandungan Evelyn baru memasuki minggu ketiga. Mereka bahkan belum mengetahui jenis kelamin calon bayi yang akan lahir itu.
"Mommy..." panggilan Angel menyentak Evelyn dari lamunan tentang suami dan putrinya tercinta.
"Hai putriku, bagaimana belajarnya hari ini?" tanya Evelyn dengan lembut. Dengan segera perempuan itu bangkit dari duduknya dan mengecup puncak kepala Angel.
Seperti biasa, hari ini Evelyn menjemput Angel ke sekolah. Meski Ben sudah melarang, namun Evelyn bersikeras menentangnya. Evelyn merasa bosan jika terus berada di rumah. Dan lagi, menjemput Angel adalah salah satu kegiatan yang disenangi olehnya.
"Menyenangkan, Mommy." Angel menyahut dengan riang.
"Baguslah, Sayang. Kalau begitu, ayo kita pulang."
Angel mengangguk cepat. Ia mengangkat tangan mungilnya demi membalas uluran tangan Evelyn. Kemudian, mereka melangkah bersama-sama, keluar dari gerbang sekolah itu.
***
Ben menghempaskan tubuh pada sofa yang berada di tengah ruangan kerja miliknya. Lelaki itu baru saja mengakhiri rapat dengan salah satu klien penting, dan berakhirnya rapat itu membuatnya seketika menghembuskan napas lega. Sejujurnya, sepanjang pembicaraan mereka tadi, Ben tidak dapat berkonsentrasi. Pikirannya selalu melayang pada istrinya, Evelyn.
Akhir-akhir ini, sejak memasuki bulan kelima pada kehamilannya, Evelyn tampak berbeda. Perempuan itu, selain menjadi lebih keras kepala, juga sangat sulit untuk diam dengan tenang. Ia senang melakukan hal-hal yang menurut Ben cukup berbahaya.
Ben masih mengingat dengan jelas peristiwa tiga hari yang lalu. Kala itu, Ben baru saja pulang dari kantor. Setibanya di apartemen, ia segera mencari Evelyn, tetapi hasilnya, ia tidak menemukan perempuan itu dimanapun. Ben bahkan sampai memarahi Anna karena tidak mengetahui keberadaan istrinya.
Dengan panik Ben segera berlari keluar dari apartemen, menyusuri sepanjang jalan demi mencari istrinya. Kecemasaan lelaki itu kian memuncak saat ia tak kunjung berhasil menemukan perempuan yang dicintainya itu. Hingga akhirnya Ben memutuskan pergi ke taman kota. Dan disana, ia mendapati Evelyn sedang bermain lempar bola dengan Angel.
Ben merasakan persendian lututnya melemas. Lalu dengan segera ia melangkah menghampiri mereka. Kala itu, Evelyn nyaris tidak mau pulang kalau saja Ben tidak mengancam untuk mengabaikannya. Ben mengancam tidak akan membuatkan susu untuk Evelyn, tidak akan memijatnya, juga tidak bersedia dibangunkan olehnya jika perempuan itu membutuhkan sesuatu. Meski tentu saja hal itu tidak mungkin ia lakukan, nyatanya ancaman Ben berhasil. Pada akhirnya, dengan bibir mengerucut Evelyn memilih mengekor di belakang Ben sembari menggandeng lengan putri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
Romance"Mommy? Kau mommyku kan??!!" tiba-tiba saja gadis kecil itu berteriak histeris, membuat Evelyn nyaris melompat saking kagetnya. Tangan mungilnya terangkat menarik-narik lengan baju Evelyn. Evelyn terhenyak. "Apa? Bu-bukan-" "Daddy bilang mommy canti...