"Aku tidak peduli meski kau bosan mendengarnya. Aku hanya ingin kau tahu, aku mencintaimu Evelyn. Dan aku ingin kau mempercayai itu. Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku."
Evelyn membatu. Mendadak tubuhnya terasa kaku. Ben mengucapkan rangkaian kalimat itu dengan lembut, namun tetap dengan nada tegas serta penuh otoritas khasnya. Dan itu membuat Evelyn menyadari satu hal.
Ben berbahaya. Lelaki ini terlalu mempesona.
Tentu, Evelyn mempercayai kata-katanya. Ben pernah mengucapkan hal yang sama saat ia mengajak Evelyn makan malam di restauran bernuansa romantis beberapa waktu lalu. Hanya saja, saat itu Evelyn belum membalas pernyataan cinta Ben, sebab dirinya masih memikirkan perasaannya pada Billy. Lalu sekarang, haruskah Evelyn mengakuinya?
"Bagaimana denganmu, Eve? Apakah kau juga memiliki perasaan yang sama denganku?" tanya Ben, masih dengan posisi lengan yang melingkari pinggang Evelyn.
Evelyn terdiam. Posisi Ben yang begitu dekat dengannya dan getaran lembut suara bariton milik lelaki itu yang terdengar tepat di telinganya, membuat jantung Evelyn berdebar kencang. Hingga rasanya ia sulit membuka suara. Bahkan menggerakkan bibirpun dirinya tak kuasa.
"Eve?" panggil Ben, kala Evelyn tak kunjung membalas kata-katanya.
Evelyn menelan ludah. Ya, sudah saatnya Ben mengetahui tentang perasaannya. Bagaimanapun, cinta tetaplah cinta, selalu membutuhkan pengakuan. Ben sudah mengakui cintanya, dan kini giliran Evelyn membalas pengakuannya.
Evelyn menghela napas panjang, berusaha menentramkan debaran hebat pada jantungnya. Dalam hati ia sungguh berharap semoga Ben tidak mendengar hentakan di dalam sana yang bahkan nyaris membuatnya kesulitan bernapas.
"Ya, Ben. Aku juga... mencintaimu," sahut Evelyn kemudian. Detik itu juga, ia mnghembuskan napas lega. Pada akhirnya, ia berhasil menyampaikan kalimat yang selama ini memenuhi pikirannya, juga menyesakkan dadanya.
Ben tersenyum. Perlahan kedua tangannya berpindah ke pundak Evelyn. Ia memutar tubuh perempuan itu hingga menghadap padanya, kemudian menatap sepasang manik hazel itu dengan penuh cinta. Lalu, tatapannya berpindah pada bibir kemerahan milik Evelyn yang tampak begitu menggoda. Dan perlahan tetapi pasti, Ben membawa wajahnya kian mendekat pada wajah cantik itu.
Seolah tahu apa yang akan dilakukan oleh Ben, Evelyn memejamkan matanya kuat-kuat. Terlalu takut membalas tatatapan lelaki itu. Terlebih, ia dapat merasakan wajahnya memanas dan meyakini rona merah sedang merekah disana.
Ben nyaris akan menyentuh bibir itu, namun terhenti kala menatap mata sang pemiliknya tengah terpejam dengan kuat. Bahkan wajah perempuan itu tampak memerah. Membuat Ben tersenyum sejenak, lalu akhirnya mendaratkan kecupan pada dahinya. Dengan lembut dan lama, seakan ingin menunjukkan bahwa ia begitu mencintai Evelyn, juga merindukannya.
Evelyn membatu. Beberapa detik yang lalu, ia merasakan jantungnya nyaris mencelos kala membayangkan Ben akan mencium bibirnya. Namun ternyata perkiraannya salah, dan hal itu justru membuat wajahnya kian memerah. Evelyn merasa malu telah memikirkan hal semacam itu. Nyatanya, Ben mengecup dahinya. Dan perlakuan lelaki itu membuat hati Evelyn dilingkupi kehangatan luar biasa. Ia sungguh merasa bahagia.
Ben dan Evelyn. Kedua insan itu berdiri saling berhadapan, dengan mata saling bertatapan dan bibir yang bertukar senyuman. Tanpa menyadari bahwa beberapa langkah di belakang mereka, seorang lelaki tengah berusaha menopang kakinya. Sekuat tenaga ia berusaha menahan lututnya yang melemas akibat menyaksikan pemandangan di hadapannya.
Billy merasakan pisau itu kembali menancap di hatinya. Menyayat dengan kejam, menyisakan perih yang tidak terkira. Ya, Billy memang telah melepaskan Evelyn dan merelakan perempuan itu bersama kakaknya. Namun cinta tetaplah cinta, tidak mungkin hilang dalam sekejap mata. Terlebih, sudah cukup lama mereka bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Wedding
Romance"Mommy? Kau mommyku kan??!!" tiba-tiba saja gadis kecil itu berteriak histeris, membuat Evelyn nyaris melompat saking kagetnya. Tangan mungilnya terangkat menarik-narik lengan baju Evelyn. Evelyn terhenyak. "Apa? Bu-bukan-" "Daddy bilang mommy canti...