Pagi yang sempurna, aku bangun kesiangan seperti biasanya, dan Samudra akan marah-marah terlebih dahulu sebelum mengantarku. Saat dia marah, aku memilih untuk mendengarkan sambil menutup telingaku.
Pak Agung sudah menungguku didepan gerbang Sekolah. Dengan semangat 45 aku berlari sebelum gerbang sudah tertutup rapat.
"Yes"
Ucapku, karena aku sudah berhasil masuk sebelum gerbang tertutup rapat.Lalu Pak Agung tersenyum dan berkata "Congrats Brother" sama seperti biasanya.
Entah kenapa rasanya sangat seru, ingin sekali aku melakukannya berulang-ulang, mungkin itu adalah salah satu alasanku bangun siang.
"Morning everybody"Sapaku di kelas.
Tidak ada satu orangpun yang membalas sapaanku, karena semuanya sudah berkumpul di halaman, sepertinya ada pengumuman.
Semuanya sudah berkumpul di halaman ternyata, hanya aku saja yang baru datang. Semua mata tertuju padaku melihat aku yang sedang berlari.
"Angkasa, kamu baru datang langsung cepat cari barisanmu" Wali kelasku sudah menungguku rupanya.
"Iya buk sabar, ini juga masih nyari buk"
Akhirnya aku berhasil menemukan barisanku. Aku menemukan barisanku karena melihat Dino, aku tau itu Dino karena rambutnya. Dino tidak punya rambut, punya sih tapi sedikit.
"Darimana aja kamu?" Dino bertanya padaku yang baru saja duduk dibelakangnya.
"Kayak biasa, lomba sama Pak Agung"balasku.
"Yang menang kamu lagi?" Dino bertanya lagi padaku.
Dino memang suka bertanya, aku tebak hobinya adalah bertanya padaku.
"Iya, Pak Agung udah tua soalnya" lagi-lagi aku menjawab pertanyaan Dino
Nah, sekarang hobiku adalah menjawab pertanyaan Dino.
"Bisa aja" Dino tertawa mendengar jawabanku.
"Iya, Hahahaha" Aku juga tertawa, mendengar tawanya Dino.
Dua puluh menitpun berlalu, dan aku sama sekali tidak mencerna apapun dari pengumuman tersebut. Entah apa yang dibicarakan semuanya bertepuk tangan dengan semangat. Bahkan aku mendengar ada yang tepuk pramuka.
Aku yakin, mereka semua bertepuk tangan bukan karena isi pengumumannya, tapi karena pengumumannya sudah selesai. Akhirnya penderitaan mereka juga telah selesai.
Setelah selesai, semuanya langsung membubarkan barisan. Ada yang ke kantin, ke kelas, ke kamar mandi, ada juga yang ke parkiran. Yang ke parkiran biasanya akan membolos.
Aku memutuskan untuk ke kantin. Di kantin aku disapa oleh para penggemarku, aku sendiri juga bingung kenapa aku digemari, tidak mungkin rasanya gara-gara aku sering menang lomba dengan Pak Agung.
Di kantin aku hanya membeli air karena tenggorokanku mulai kering. Mungkin karena perlombaanku tadi pagi. Saat aku membayar airku, mataku tertuju pada gadis manis disebelahku. Sekian detik menatapnya tanpa berkedip. Akhirnya aku kedip juga, karena mataku mulai perih. Aku baru ingat, kalau gadis disebelahku adalah pemilik tawa cantik yang membuatku memikirkannya semalaman.
"Cantik"aku menyapanya sambil tersenyum.
"Hah?" sepertinya dia heran denganku.
"Kamu yang kemarin dihukum?" tanyanya lagi denganku."Yes akhirnya dia mengingatku"ucapku dalam hati.
"Iya" balasku singkat disertai senyum memikat.
"Ohh" dia juga membalas singkat, tapi tidak dengan senyum memikat.
"Cantik lagi apa?" tanyaku hanya basa-basi saja, agar aku bisa mendengar suaranya sekali lagi.
"Lagi belanja" setelah berkata begitu, dia meninggalkanku.
"Hati-hatii" percayalah, aku mengucapkannya sambil teriak agar dia bisa mendengar suaraku.
Ah, aku lupa menanyakan namanya. Tapi itu lebih baik, aku akan memanggilnya dengan sebutan "cantik".
Aku bisa mengingat semuanya, akan aku sebutkan ciri-ciri siCantik.
Dia memiliki rambut, warna hitam pekat dan panjang.
Dia memiliki dua buah mata, tapi sipit.
Kedua alisnya agak tebal.
Hidungnya mancung,kedalam.
Bibirnya tipis, tapi merah merekah.
Tangannya ada dua, kakinya juga dua.
Memiliki dua telinga.
Total jarinya ada dua puluh.
Semoga besok aku bertemu dengannya lagi, agar aku bisa tau namanya.
Selanjutnya agar aku bisa tau rumahnya, lalu nomor hpnya, lalu Ibunya, lalu nomor Ibunya.
Setelah itu aku dekati Ibunya, aku rayu Ibunya. Agar Ibunya menyukaiku. Setelah itu baru anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionKalau saja saat itu aku boleh memilih namaku, akan kuubah menjadi semesta. Agar aku bisa menjadi hal yang kau favoritkan nantinya. Tapi tak apalah ya? Suatu hari kau juga akan menyukai angkasa.