Teori Angkasa 01 🌠

83 11 4
                                    

Setelah semuanya, aku berusaha mengindarinya. Tapi, hari ini tanpa bersalah dia mendatangiku lagi.

"Kamu apa kabar?"

"Sangat baik,apalagi selama kamu gaada"

"Ih, jahat!"

"Sebenernya mau ngapain kesini ?"

"Aku mau daftar di sekolah sini"

"Gila!"

"Liat aja tahun depan, See you"

Lagi-lagi dia meninggalkanku. Baiklah ini sudah yang kedua kalinya setelah itu.

***

Pagi yang indah, harus disertai dengan senyum merekah milik Angkasa.

Tidak sabar rasanya memulai hari ini.

"Selamat Pagi"
Semuanya langsung menuju kearahku.

Aku heran, apa salahnya jika aku memberikan salam hangat saat masuk ke kelas.

"Sa, udahlah kita balik ke kelas kita aja"
Ajak Dino sambil menarik lengan bajuku. Dasar pemalu.

"Emang salah ya aku ngasih salam?"
Tanyaku

"Ya jelas lah! kamu ngasi salam ke kelasnya Ghea"

Tiba-tiba seisi kelaspun menertawakanku dengan Dino yang berdiri di depan pintu masuk.

"Oke semuanya! aku perjelas maksud kedatanganku"

Semuanya menjadi diam dan mendengarkanku dengan seksama. Kecuali Ghea, dia lebih tertarik dengan novelnya.

"Maksudku kesini adalah aku ingin menyampaikan pesan yang sangat penting kepada Ghea"

"Hah?? Aku?"
Ucap Ghea yang tiba-tiba saja menaruh novelnya dan melihat kearahku.

Aku mendekatinya, mendekatinya lagi, lebih dekat. Ah, terlalu dekat. Aku memundurkan langkahku.

"Selamat pagi! yang ini untukmu, kalau yang tadi untuk umum. Maaf, sesuai ucapan Guruku kita harus mendahulukan kepentingan umum"

Dia kembali memalingkan wajahnya dariku dan membaca novelnya.

Lalu seisi kelaspun menjadi heboh. Entah karena Salamku pada Ghea tadi atau Dino yang terjatuh tiba-tiba.

Setelah itu, aku pergi meninggalkan Ghea. Bukan karena ingin di katakan sokcool atau keren. Tapi karena sifatku. Iya, aku anak yang ikhlas, jadi aku tidak mengharapkan imbalan atau balasan sedikitpun.

"Sa, kamu gak liat aku jatuh tadi kan?"
Tanya Dino padaku saat sudah di kelas.

"Enggak, emangnya kenapa sih bisa jatuh?"
Sekarang aku yang bertanya.

"Serius kamu gak tau?"
Kami berdua pun akhirnya saling tanya tanpa ada yang menjawab.

"Enggak, cuman denger aja suara"
Akhirnya aku menjawab.

"Suara apa?"
Lagi-lagi Dino bertanya, sesuai perkataanku. Dino memang hobinya bertanya padaku.

"Suara dengarkanlah aku"

"Apa kabarnya?"

"Pujaan hatiku"

"Ooh"
Ah, kami malah menyanyi dan melupakan topik pembicaraannya.

Hal seperti itu yang sering terjadi jika aku dan Dino membahas sesuatu. Entah aku yang bodoh karena meladeni Dino, atau Dino yang konyol karena meladeni aku yang bodoh. Sama saja.

Jam pelajaran sudah dimulai. Dan ini adalah yang paling membosankan dari semuanya. Mate-matika, pelajaran aneh yang membuatku bingung.

Aneh karena soal berisi tentang kolam ikan yang ingin diisi penuh air. Bukannya mengisi kolam, tapi kita malah menghitung volume kolam.

Dan bingung, karena aku tidak paham apa maksud gambar ikan di kolam, semoga saja tidak ada soal tentang berapa butir jumlah makanan yang harus diterima ikan supaya badannya tetap langsing dan segar.

Jika ada, aku menyarankan ikan tersebut meminum larutan penyegar cap badak.

Berbeda dengan Dino, dia memang terlahir dengan otak yang lebih pintar dariku, bahkan dari teman-temanku di kelas.

Dengan mudah ia menjawab soal tersebut. Dan dengan mudah juga aku menyalin jawabannya.

***

Akhirnya jam pulang sekolah yang kutunggu-tunggu. Bukan, maksudku yang ditunggu-tunggu oleh semua murid di alam semesta.

"Din, menurutmu aku harus bilang apa ke ghea?"

"Untuk apa?"

"Sekarang sudah waktunya aku memberikan salam seperti tadi pagi"

"Katakan saja selamat jalan"

"Jangan, itu akan membuatnya sakit hati"

"Selamat tidur"

"Belum malam"

"Selamat tidur siang"

"Dia kan belum di rumahnya"

"Selamat siang"

"Pilihan tepat"

Setelah aku mendapat pilihan yang tepat, aku mendapat kabar duka kalau Ghea sudah pulang ke rumahnya.

Ini semua karena Dino, dia menyulitkanku untuk memilih salam yang akan aku berikan. Harusnya dari awal ia mengatakan selamat siang.

Semoga saja Ghea pulang ke rumahnya dengan selamat, dan kembali esok pagi dengan sehat. Agar aku tetap bisa mengucapkan selamat pagi kepadanya.

***

Samudra sudah menjemputku, lebih awal dari biasanya mungkin dia bolos les. Terserahlah aku tidak peduli.

"Kak"
Ucapku, membuat konsentrasinya buyar.

"Kenapa?"

"Kakak pernah jatuh cinta?"
tanyaku penasaran, pasalnya dia orang yang tertutup.

"Enggak pernah, tapi kalau jatuh dari motor sering"

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang