Cantik 02 🍨

90 11 2
                                    

Aku datang lebih awal di pagi ini. Pagi yang aneh. Dan anehnya lagi itu semua karena Ibu. Ia menyiramku dengan air untuk membangunkanku.

Padahal aku sedang bermimpi indah. Tentang pertemuanku dengan siCantik. Tapi kisah telah kandas hingga menjadi ampas oleh seorang wanita tak berbelas kasihan.

Pak Agung sampai heran melihatku datang lebih awal dari biasanya. Ah mungkin bukan heran. Lebih tepatnya dia kecewa karena tak dapat berlomba denganku.

Pagi ini sepertinya akan menjadi pagi yang spesial. Karena mimpiku menjadi kenyataan. Tidak jadi aku membenci Ibuku.

"I love you so much mom".

Segera aku menemui siCantik yang sedang membaca buku kecil di depan kelasnya, kelas IPA 1. Kelas unggulan di sekolahku.

"Hai"
sapa hangat seorang Angkasa dengan senyum lebar dipagi hari.

Dia memalingkan wajahnya dariku untuk segera membaca bukunya. Tidak mungkin, seorang Arjuna seperti Angkasa kalah dengan sebuah buku kecil.

Aku mengambil buku itu dari tangannya.

"Eh?" Dia kebingungan dengan tingkahku.

"Baca apa sih? asik banget kayaknya" Sambil aku lihat judul buku itu.
"Ohh ini"

"Kamu apaan sih? pagi-pagi udah ngerjain orang"
Nadanya tampak kesal denganku, hal itu sudah jelas dari raut wajahnya.

Aku malah semakin suka menggodanya.

"Aku manusia yang ingin menjadi semestamu"
Kataku padanya

"Gananyak tuh!"
Aku tau, pasti dia mulai suka denganku.

"Apaansih? sini balikin bukunya!"
Dia berusaha meraih bukunya dari tanganku.

"Orang gak kenal, kok kayak sok kenal"
sambungnya.

Dengan cepat aku malah meraih tangannya.

"Kalo gitu Kasi tau namamu"
Aku menatapnya dengan tajam, aku harap matanya tidak terluka karena tatapan tajamku.

"Kenapa harus aku kasih tau?" dia mengangkat satu alisnya. Yang satu lagi pasti cemburu.

"Kata hatiku dia pengen kenalan"

"Untuk apa?"
Dia bertanya.

"Biar kalau malam aku berdoa gak bingung cari tau namamu"

"Ghea"
Singkat, padat jelas. Sesuai dengan perkataan guru bahasaku, kalimat efektif.

Aku tersenyum lebar, merasa sangat puas.

"Aku Angkasa, tapi gak suka melayang. Lebih suka sama ketawamu"
Balasku.

Dia hanya diam, berarti aku simpulkan dia bukan tipe orang yang suka membalas.

Tidak lama, dia meninggalkanku dan masuk ke kelasnya.

Aku tidak mengejarnya, aku biarkan saja.

"Suatu hari, dia sendiri yang akan mengejarku"
ucapku dalam hati.

Kejadian tadi masih terngiang-ngiang dipikiranku. Entahlah apa yang akan ia pikirkan setelah ini. Setidaknya aku akan berhenti memanggilnya siCantik, karena aku sudah tau namanya .

Ah, aku lupa menanyakan apa yang ia sukai. Tidak apa, lagipula aku akan mengetahuinya sendiri nanti. Aku tebak, hal yang ia sukai sebentar lagi adalah Angkasa.

Aku penasaran, apa kesan pertamaku dipikirannya. Semoga saja kesan pertamaku adalah seorang pria dewasa dengan gaya cool, dingin, dan tampan.

Aku juga memutuskan untuk ke kelasku.

"Angkasa!"
Seseorang memanggilku dari kejauhan, samar-samar aku mengenali suara ini.

Dia melambaikan tangannya padaku. Aneh sekali, apakah ia akan mengatakan "daaah" padaku?sepertinya tidak.

Dia mendekat, aku semakin mengenali suara itu. Perlahan aku mengenali wajahnya.

Rambut pirang panjang, mata yang besar, bulu mata lentik dengan alis yang sedikit tebal. Ada lipstik tipis juga di bibirnya.

Oke, aku berhasil menebak klu pertamanya. Dia perempuan.

Dia memanggilku lagi, tapi kali ini dengan jarak yang cukup dekat.

"Angkasa? kamu lupa sama aku?"

Dia berseragam berbeda dengan sekolahku, seragam itu, dari sekolah yang mahal.

Ah, aku sekarang ingat dia adalah mantanku. Namanya Liza, seorang perempuan blasteran yang sangat kaya. Ayahnya seorang pengusaha dari Jerman, Ibunya adalah seorang perempuan.

Dan aku adalah seorang pengusaha yang pernah berusaha membahagiakannya dulu. Tapi aku bangkrut.

Aku tidak menyangka, aku bertemu dengannya di kantin sekolahku, bahkan saat jam istirahat.

Saat itu, semua mata tertuju pada kami berdua. Segera aku menariknya untuk menjauh dari keramaian ini.

Aku tidak ingin mendengar gosip yang tidak-tidak lagi tentangku, sudah cukup dengan gosip yang mengatakan kalau aku adalah si tukang buat onar, playboy, langganan ruang BK, dan lain-lainnya. Meskipun itu semua adalah kenyataan.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang