Ah gawat! aku terlambat bangun hari ini. Samar-samar aku mendengar teriakan Samudra dari bawah. Sudah pasti dia akan marah besar padaku, dan sudah pasti aku akan menutup telingaku.
"Angkasa! Cepetan! Aku telatt"
Jelas sekali itu adalah teriakan Samudra."Iya! lagi mandi! Sabar napa? diem-diem bae"
***
Selama perjalanan Samudra memarahiku. Dia menghabiskan semua oksigen di jalan untuk memarahiku.
Tidak seharusnya dia memarahiku gara-gara terlambat mengikuti ulangannya. Karena tidak ada kata terlambat untuk menyusul ulangan.
Gerbang sudah ditutup oleh pak Agung. Aku gagal berlomba dengannya. Padahal sudah lama sekali aku tidak melakukan perlombaan itu.
Pak Abi sudah menungguku rupanya. Dia tidak tau, aku juga sudah menunggunya. Menunggunya pergi.
"Angkasa, kamu terlambat"
"Kok tau pak? pasti karena bapak telah mentingtongkan hatiku kan?"
Tampaknya dia kesal saat aku mengajaknya bercanda. Padahal aku hanya ingin lebih akrab dengannya, tapi dia tampaknya kurang peka. Dasar laki-laki.
"Aduh! s- sakit pak"
Pak Abi menjewer telingaku."Kamu harus dihukum"
Kembali seperti biasanya. Hukuman.Sepertinya Pak Abi rindu menghukumku. Kalau ada Dilan pasti dia akan mengatakan ini kepada Pak Abi
"Jangan rindu pak, berat biar saya saja"
Pagi ini Pak Abi menyuruhku untuk lari keliling lapangan Sekolah sebanyak-banyaknya. Aku heran, dia guru olahraga atau guru BK.
Setelah berlari, aku disuruh berdiri di depan tiang bendera sampai jam pelajaran pertama berakhir.
Saat aku sedang berdiri di depan tiang bendera. Aku melihat Ghea yang sedang berjalan menuju kantin.
Pilihan sulit bagiku.
A. aku mengejar Ghea dan meninggalkan hukumanku
B. aku melewatkan Ghea dan melanjutkan hukumanku
Akhirnya aku memilih opsi
C. semua benar"Ghea!"
teriakkuDia hanya menatapku heran sambil menghentikan langkahnya.
"Bisa kesini sebentar?"
Tawarku"Gak"
Jawabnya singkat, padat, jelas dan menusuk.Dia meninggalkanku yang sedang dihukum. Padahal aku berharap kalau dia akan menyemangatiku. Tapi tak apa, mungkin lain kali.
***
Jam istirahat aku mencarinya ke kelas. Tapi kata teman-temannya dia ke Kantin bersama Dian, sahabatnya.
Aku mengikutinya ke kantin, dan aku menemukannya yang sedang menyantap bakso. Bakso bulat seperti bola pingpong, kalau lewat membikin perut kosong. Jadi anak janganlah suka bohong, kalau bohong digigit Pak Abi ompong. Maaf, aku malah keasyikan bernyanyi.
"Selamat pagi Ghea"
"Angkasa! kamu bisa gak sih gak ngikutin aku sehari aja?"
"Memangnya kenapa? ini kan baru hari ketiga"
"Kamu kenapa ngikutin aku terus?"
"Aku suka sama caramu berjalan, aku juga suka sama cara kamu baca novel, bahkan sekarang suka sama caramu makan"
"Aku gak lagi bercanda Angkasa"
"Aku juga gak lagi bercanda, aku memang suka sama caramu melakukan sesuatu"
"Kalau gitu berhenti buat suka"
"Bukan hal yang mudah"
"Apa susahnya?"
"Anggap aja seperti kamu yang suka kelinci, tapi ular itu melata dan ayam berkokok pertanda fajar"
"Hah? apasih gangerti"
"Sama, aku juga gangerti kenapa aku gabisa berhenti"
"Uhuk-"
Ghea tersedak baksonya. Dengan sigap aku memukulnya dengan sekuat tenaga."Bugh!"
Bunyinya ternyata lumayan keras, tapi ini demi keselamatannya.
"Kamu gapapa?"
Tanyaku khawatir, bahkan aku sampai menaikkan satu alisku untuk meyakinkannya kalau aku khawatir."Gapapa apanya?! sakit tau kamu pukul!"
"Tunggu"
Aku segera membelikan air mineral untuknya."Nih"
Aku memberikan air kepadanya, sambil berharap kalau dia akan menerimaku eh, menerima airku.Dia menerima airku! ah kalau ada matras aku pasti sudah salto 12 kali bolak-balik. Semoga dia tidak tau kalau aku sebenarnya belum bayar airnya.
"Makasih"
Aku tidak percaya kalau dia mengucapkannya sambil tersenyum kearahku.
"Jangan senyum lagi Ghea! nanti aku makin mengagumi senyummu"
Aku bahkan sampai menampar pipi seseorang yang duduk di sebelahku untuk meyakinkan kalau ini bukan mimpi.
Ternyata ini bukan mimpi.
Ibu, anakmu akan segera memberikanmu cucu yang lucu-lucu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen FictionKalau saja saat itu aku boleh memilih namaku, akan kuubah menjadi semesta. Agar aku bisa menjadi hal yang kau favoritkan nantinya. Tapi tak apalah ya? Suatu hari kau juga akan menyukai angkasa.