Teori Angkasa 02 🌌

70 10 5
                                    

Aku sibuk dengan pagiku hari ini.
Aku dan Dino sudah menyiapkan beberapa rencana untuk membuat Ghea jatuh cinta.

Seperti biasanya, aku kembali ke kelas Ghea tapi kali ini tidak lewat pintu depan. Aku berencana membuat kejutan kecil untuknya.

Aku akan menyapanya dari jendela kelas tepat disebelahnya.

"Selamat pagi!"
Sapaku

"Angkasa! kaget tau!"
Dia memarahiku, imut sekali.

"Aku cuman mau ngasih kejutan ke kamu"
Wajahnya kesal sekali, tapi itu malah semakin membuatku menyukainya.

"Pergi sana!"

"Tapi kamu terkejut apa enggak?"

Dia terdiam sebentar, menaruh novelnya lalu menatapku.

"Kaget, Banget"

Aku tertawa kecil karena bahagia melihatnya terkejut. Karena kejutanku berhasil untuknya.

Aku senang sekali menggodanya, tapi aku bukan salah satu dari laki-laki penggoda. Aku hanya suka menggoda Ghea.

"Sa, Buk Rina udah otw ke kelas"
Dino mengejutkanku

Sekarang Dino yang malah memberikan kejutan untukku.

"Serius kamu?"

"Iya, ayo"

Aku segera meninggalkan Ghea sambil melambaikan tanganku tanda perpisahan.

Itu baru kejutan pertamaku untuk Ghea, masih ada beberapa kejutan lainnya yang sudah aku siapkan untuknya.

***

"Oke anak-anak pelajaran hari ini kita cukupkan, silahkan istirahat"

Segera aku menemui Ghea bersama Dino, dan membawa kejutannya.

Saat aku berjalan ke kelas Ghea, dia terlihat ingin meninggalkan kelasnya. Untung saja aku dan Dino mencegatnya.

"Et Tunggu dulu"
Hadangku

"Apalagi sih? kita mau jajan tau"

"Aku tau kok. Tapi, jalan ke kantin masih direnovasi"

"Renovasi apanya? minggir kita mau lewat"

"Di kantin sedang ada galian, kalau tidak percaya tanya saja Dino"

"Galian apalagi coba?"

"Iya aku baru lewat sana, katanya ada cacing yang tertimbun. Makanya sekarang ada galian untuk menyelamatkan si cacing"
Dino berkata begitu untuk membuat Ghea dan temannya percaya.

"Skenario yang bagus kawan"
Batinku.

Ghea dan temannya terdiam. Inilah kesempatanku untuk melakukan aksiku.

Oh Ghea
Karya Angkasa

"Oh Ghea,
Tawamu manis
Tapi tidak membuatku kencing manis

Oh Ghea,
Rambutmu hitam
bagaikan nasi ketan

Oh Ghea,
Wanita indah nan rupawan
Namun sayang Ayahmu bukan wawan

Oh Ghea"

Puisi yang cukup dramatis aku bacakan didepannya. Puisi itu adalah salah satu karya terbaikku. Aku membuatnya saat sebelum sekolah.

Ghea terdiam. Aku yakin Ghea pasti kehabisan kata setelah mendengarku.

"Udah?"

"Udah dong, gimana?"

"Apanya?"

"Puisiku"

"Pikir sendiri"

Yes, dugaanku benar, Ghea menyukai puisiku. Dino memang dapat diandalkan untuk masalah menaklukan wanita.

Aku yakin, setelah puisi tadi, Ghea pasti akan mengerti kalau aku adalah lelaki dengan sifat puitis. Kurang lebih dia sudah mengetahui sisi lain dari Angkasa.

Dino menyemangatiku kembali dengan mengatakan beberapa kalimat mutiara. Salah satunya adalah

"I'm so proud of you bro"

Aku membalasnya dengan memberikan jempolku.

Setelah itu, aku dan Dino kembali ke kelas. Seperti biasanya saat di kelas Dino menghabiskan bekalnya bersama Ira, pacarnya.

Lihat saja nanti, kalau aku sudah berpacaran dengan Ghea, aku akan membawa beras ke Sekolah dan menyuruh Ghea memasak makanan untukku.

***

Saat di rumah Sam langsung pergi lagi karena ada acara ulang tahun temannya.

Ibu, sudah pergi dari pagi. Ada arisan katanya.

Tersisalah aku dengan Jimmy.

"Jimmy, apa kamu pernah jatuh cinta?"
Tanyaku

Beberapa detik aku menunggu jawaban tidak juga dia menjawab.

Dia terlihat murung, aku rasa dia sedang putus cinta dengan anjing tetangga.

"Aku tau perasaanmu kawan, ditikung memang sangat perih"

Dia mendengus kecil sambil menyenderkan wajahnya di kakiku.

Aku mengelusnya perlahan. Mulai dari kepala sampai ekornya.

Tenang kawan, hidup memang tidak adil.

Setelah agak lama, aku baru tersadar. Jimmy sepertinya tidak sedang patah hati. Dia sedang lapar, tidak ada yang memberinya makan dari pagi.

Benar saja, setelah aku memberinya makan dia terlihat ceria kembali. Bahkan karena terlalu ceria dia membuang kotorannya sembarangan secara terpisah.

Tidak akan aku bersihkan, agar Ibu melihatnya dan memarahi Jimmy.
Rencanaku gagal, pada akhirnya Ibu malah memarahiku.

"Angkasa!"
Teriak Ibuku

"Ada apa momski?"

"Momska momski, lihat ini! kenapa kotor sekali?"

"Jimmy yang melakukannya"

"Terus? enggak kamu bersihkan?"

"Bu, Jimmy itu udah mulai dewasa, harus mandiri dong"

"Terserah kamu mau ngomong apa, pokoknya Ibu liat nanti semuanya sudah harus bersih"

Sepertinya Ibu benar-benar marah padaku. Aku tau, dia marah pasti karena gagal mendapat arisan lagi. Sudah kubilang caranya kalau ingin cepat mendapat arisan tulis saja semua namanya dia. Tapi dia selalu berkata kalau hal itu tidak jujur.

Lagi-lagi aku yang menjadi sasarannya. Dasar Jimmy, padahal umurnya sudah hampir remaja tapi makan saja masih disiapkan.

Ternyata Jimmy lebih manja daripada aku.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang