arina's pov
ada yang bilang, katanya, kalo kita berusaha melupakan seseorang seharian penuh, maka kita akan menggunakan waktu seharian penuh pula untuk mikirin dia.
kocak banget, pikir gue waktu itu, sampe akhirnya gue malah ngalaminnya sendiri sekarang.
iya, gue mikirin calum.
nggak, gue bukannya mikirin dia karena gue kangen—itu nggak mungkin, oke?—gue mikirin dia karena gue kepikiran, apa dia masih sehat-sehat aja atau udah sekarat di kamarnya gara-gara nggak bisa nahan lapar dan haus?
di sini, hati dan ego gue saling bertolak belakang; hati gue nyuruh untuk telepon calum, tapi ego gue bilang nggak usah karena kesannya gue nyariin dia banget.
tapi sekarang, gue pengen hati gue yang menang.
jadi, gue memutuskan buat nelpon calum. bodo amat. gue nggak peduli apa katanya nanti.
"halo? siape nih?"
gue mengerjap. seketika melihat ke layar handphone untuk memastikan kalo gue nggak salah telepon karena yang ngangkat telepon ini adalah seorang perempuan, bukan calum.
"ngg—ini nomornya calum kan?" tanya gue hati-hati.
"yoiiii," katanya. "lo siapa? ada urusan sama pacar gue?"
hah?
jadi selama ini lelaki karbet itu udah punya cewek?
"woy, kok diem?" sambungnya lagi. "jangan keburu sakit hati dulu, oke? tenang aja, gue kakaknya calum. kalo gue bukan kakaknya juga gue ogah, sih, macarin laki-laki macem dia."
anjyng, adek kakak sama-sama nggak waras.
"h-hah? nggak kok, bukan pacarnya.
"masa?" dari nadanya, kakaknya calum terdengar kaget. "tapi nama lo di sini ada emot love-nya delapan biji. waah, lo cemceman adek gue ya?"
anjrit.
karena gue nggak mau kakaknya calum nanya yang aneh-aneh lagi, gue kembali bertanya. "calumnya ada?"
"tadi sih ke kamar mandi terus hpnya digeletakin di meja," jawab dia dengan nada super santai. "tapi nggak tau deh sekarang masih hidup apa udah kepleset terus palanya kebentur bak mandi."
sumpah, gue rasa sifat mereka berdua turunan deh. karena bisa-bisanya gitu mereka berdua punya sifat yang sama-sama absurd abis.
"ini siapa, sih? gebetannya? kok mau sih— woy monyet, balikin hp gue!" lalu terdengar bantingan pintu disusul suara berat calum yang memotong kata-kata kakaknya. "MAAA, CALUM PUNYA PACAR!"
asli, jantung gue hampir bolong karena kaget denger teriakan kakaknya calum yang gue rasa bisa bikin langit retak.
"nggak, jing!" calum membalas. "udah ah, puasa-puasa bikin orang naik darah aja. balik sana lo, nyet, ke neraka!"
dan yang selanjutnya gue denger adalah adu bacot antara calum dan kakaknya dengan ikutnya personil kebun binatang yang mereka absen sebelum akhirnya disahuti oleh seseorang yang berteriak, "allahuakbar! mama nggak pernah ngelahirin monyet sama babi! diem kalian! rumah ini bukan kebun binatang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
bader // calum
Fanfiction[book 1] "sekarang, di depan nasi uduk yang lo pesen, kita jadian. biar alica, bihun dan kerupuk warna-warni yang jadi saksinya." -calum, sukanya bubur ayam, tapi lebih suka kamu. cover: pinterest; Frederik Lindstrøm.