Bab 7

247 21 0
                                    

Lantas harus bagaimana?
Jika aku perduli padamu.
Namun kau bahkan tidak meyadarinya.

¤¤¤

Mereka telah sampai disalah-satu tempat perbelanjaan yang didominasi oleh kaca. Mereka berada dilantai paling atas. Tempat yang paling disukai Belva adalah bagian paling teratas dari suatu gedung.

Rey berjalan kesana kemari untuk mendapatkan objek foto yang berkualitas. Tali kameranya selalu menggantung dileher. Belva tersenyum ketika melihat Rey mulai fokus membidik dengan dahi yang berkerut.

"Jangan gitu lihatinnya! Nanti suka." Rey tiba-tiba berhenti membidik.

"Ha? Apa? Suka lo?"

Rey mengangguk.

"Ih nggak mungkin! Mana mungkin suka sama anak bandel kaya lo."

"Ahahaha."

Rey mengarahkan kameranya ke arah Belva. Cekrek. Suara khas dari kamera Rey berbunyi.

"Reyyyyyy!" Belva berteriak karena merasa belum siap untuk diambil foto.

"Reyyyyyy!" Belva berteriak karena merasa belum siap untuk diambil foto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Apa?" Rey berjalan menghampiri Belva, "Bel, gua ada projek nih. Cuma ada kendalanya."

"Projek apa? Foto?" Belva bertanya.

"Iya, cuma harus punya model, tapi gua nggak ada model yang pas. Kecuali..."

"Karely aja tuh buat model lo. Kan dia udah jadi model gitu deh."

"Lo tahu Karely? Gua kira lo kudet ahaha."

"Temen sekelas."

Karely merupakan teman sekelas Belva yang menjalani dunia permodelan. Ia sering juara satu dilomba. Namun sayangnya, Karely di sekolah terlalu menutup diri sama seperti Belva. Bedanya Karely menutup diri karena memang sejak sekolah dasar ia home schooling.

"Gua mau lo yang jadi model gua gimana? Kita bagi dua hasilnya. Lumayan lah buat persiapan dana untuk kedepannya, buat kuliah contohnya."

Mendengar kata kuliah entah mengapa otak Belva langsung berfikir. Dengan penghasilan dari kerjanya di restoran orangtua Dela tidak akan mencukupi biaya Belva.

"Oke."

Rey memegang bahu Belva, "serius?"

Belva mengangguk yakin untuk kali ini Belva sudah mulai menemui titik terang. Dengan ini ia bisa menjadi selayaknya manusia normal.

Rey kembali membidik mencari angle yang bagus untuk dibidiknya. Jika kalian lihat feeds instagram Rey sungguh luar biasa bagusnya. Tidak seperti feeds instagram Belva yang acak adul bagaikan rambut Alfa yang sedang mengerjakan jurnal ekonomi.

"Mulai minggu depan kita cari lokasi yang pas buat foto ya? Siap kan?"

Sambil tersenyum manis Belva mengangguk yakin. Melihat senyum manis itu entah mengapa hati Rey berdesir hebat. Bahkan sampai-sampai senyum Belva menular kepadanya.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang