Bab 10

326 25 1
                                    

Kisah yang sebenarnya baru dimulai.

¤¤¤

BELVA  dan Rey masuk ke dalam rumah Rey. Sesuai janji Belva, setelah pulang dari tempat hunting foto mereka akan pergi kerumah Rey.

Belva membantu Ica merapikan kamar Rey. Walaupun keluarga Rey memakai jasa pembantu namun dalam urusan mengurus kamar tetap Ica yang merapikannya, terutama kamar Rey karena Rey tidak suka orang asing memasuki kamarnya.

Belva merapikan meja tepat disamping kasur. Lalu melihat bingkai foto, disana ada sosok Rey dan seorang perempuan cantik. Rey merangkul perempuan itu, perempuan itu dengan gaun berwarna toska sangat kontra dengan senyum cantiknya. Berbeda dengan Rey yang memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Itu namanya Gladys."

Belva lalu buru-buru menaruh kembali bingkai itu ketempat semula setelah mendengar ucapan Ica. Ica juga menghampiri Belva dan menyuruhnya duduk diatas kasur. Didalam hati Belva tidak tahu harus seperti apa. Fakta bahwa Rey tidak suka ada seseorang yang memasuki kamarnya terngiang dikepalanya. Namun bukankah Belva masuk kamar Rey sudah salah? Dengan senyuman dan mata Ica menyakinkan Belva bahwa dia bukan orang asing.

"Mau tahu lebih tentang Gladys?"

Belva hanya tersenyum. Ia sebenarnya tidak terlalu ingin tahu siapa itu Gladys karena memang sifat Belva yang cuek namun ia hanya ingin menghormati Ica yang sudah ia anggap sebagai Ibu kedua.

"Gladys itu dulunya sahabat Rey. Deket banget deh kaya kamu sama Rey gitu tapi—"

Perkataan Ica terhenti karena teriakan Key. Ica dan Belva buru-buru menghampiri Key di ruang keluarga.

"Ada apa Key? Suara kamu itu bisa bikin ini rumah hancur!"

Dengan wajah cemberut Key berkata, "Abang tuh rese, masa dia bilang muka aku mirip Boyen kan ngeselin! Dia juga bilang poster yang dikamar aku katanya mirip tukang sampah keliling komplek itu yang item! Ibu kenapa sih pake ngelahirin abang kaya Rey?!"

Poster yang dimaksud Key adalah poster Ji Chang Wook dengan pose face duck.

"Abang! Kenapa sih gangguin adiknya melulu? Kamu juga Key panggil Rey-Rey aja, yang sopan!"

Rey yang berada di pojok ruangan dengan earphone ditelinganya berjalan menghampiri Key, "lagian kenapa nonton drama korea disini! Lo dibeliin laptop buat apa hah? Gatel badan gua liat orang mukanya mirip semua. Lo juga duluan ya, yang bilang kalo muka gua mirip tai mencret lo!"

Ica mulai pusing dengan kedua anaknya, ia hanya bisa menggeleng mendengar sahutan-sahutan tidak mau kalah dari keduanya.

Mulai terdengar isakkan tangis yang keluar dari mulut Key. Ini sudah biasa. Jika kalah, Key akan menangis bombay agar ia terlihat menang.

"Rey udah! Ibu nggak ajarin kamu ya, ngomong sama saudara pakai lo-gua. Ibu juga udah bilang sama kamu Key, kalo nonton drama menye-menye gitu jangan disini, kaya nggak tahu aja abang kamu kaya gimana. Key juga kenapa ngatain abang kamu gitu? Gitu-gitu dia abang kamu."

"Tauk! Muka gua ganteng kan ya, Bel?" Belva hanya merespon dengan cengiran kudanya, "walaupun muka gua yang lo bilang kaya tai mencret lo ini lebih asli daripada muka oppa-oppa plastik yang lo tontonin tiap hari itu!" Rey berjalan menuju kamarnya, lalu diambang batas ruang keluarga dan koridor ia berbalik sambil berkata. "Dasar cengeng! Muka kaya cabe-cabean seribu aja bangga lo!"

Rey sudah kelewatan kali ini. Rey sebenarnya hanya kesal dengan Key. Kesal karena Key selalu saja menangis jika sedang seperti ini. Jika sudah seperti ini pasti Rey yang selalu disalahkan. Rey juga ingin memberi pelajaran kepada Key bahwa ia tidak bisa seenaknya menghina wajah orang. Dan padahal wajah Rey sangat mirip artis Thailand menurutnya.

Key menambah suara tangisannya mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Rey. Ica hanya menghela napas dan berpikir lebih enak jika ia sakit, Rey dan Key akan kompak merawatnya. Belva hanya bisa mengelus punggung Key agar ia mau berhenti menangis.

Key mendongak dengan muka merah dan ingus di hidungnya berkata, "Bu, emang muka aku mirip cabe-cabean seribu ya?"

Ica dan Belva lalu terlalu dibuatnya. Tertawa kerena ucapan polos Key dan juga tertawa karena ingus Key sudah panjang sepanjang sungai nil. 

¤¤¤

Motor Rey berhenti diperkarangan rumah Belva. Belva menyuruh Rey mengantarkan kerumahnya karena ingin melihat kondisi Gani yang sudah beberapa hari pulang dari rumah sakit.

Belva sudah berkali-kali memanggil Gani namun tak kunjung keluar. Akhirnya Belva mengajak Rey masuk dan menyuruh Rey menunggu di ruang tamu. Sementara Belva naik ke lantai atas.

Tepat diujung tangga atas, Belva melihat Gani yang sepertinya ingin turun namun kesusahan. Belva bergegas untuk membantu Gani. Namun siapa sangka, setelah Belva meraih tangan Gani, Gani malah melempar ponsel yang tadi ia pegang kearah bawah tangga dan tepat mengenai vas bunga hingga vas bunga itu hancur. Belva tak mengerti kondisi ini, ia hanya bisa melihat betapa berantakannya keramik vas tersebut.

Tiba-tiba Gani berteriak, "Lo ngapain di sini pembunuh?! Mau bunuh gua juga?!" sambil mendorong kuat Belva untuk menjauh darinya. Karena terlalu tiba-tiba, Belva tidak sempat berpegangan, hingga akhirnya ia terjatuh berguling-guling ditangga.

Tepat sasaran. Tubuh Belva mengenai keramik-keramik pecahan dari vas tadi. Belva menjerit kesakitan dan membuat Rey datang.

"Ini ken— Belva!" Rey mencoba membangunkan Belva yang sudah setengah sadar. Menggoyang-goyangkan tubuhnya namun Belva tidak merespon apapun. Rey terus berusaha sambil berdoa didalam hatinya. "Re... Rey... Sak... Sakit... " yang di dengar Rey hanya rintihan Belva. Rey buru-buru mengangkat Belva keluar dan menuju rumah sakit.

Gani hanya bisa mematung sambil menatap tangannya. Melihat betapa kesakitannya Belva membuatnya merasakan perih yang tidak bisa dijabarkan dengan apapun. Jika Belva meninggal, berarti yang pembunuh sebenarnya adalah dia bukan Belva.

¤¤¤
Hai, hai, akhirnya saya nulis lagi ya walaupun pendek sih wkwk setelah sekian lama mendekam didalam kesunyian asik. Maklum hp udah bener dari lama sih eh malah keasyikan fokus ke drakor sm EXO dan IKON , jadi lupa diri :v

So sorry, jadi doakan saja ya, insyaallah lebih produktif lagi tapi gak janji. Maklum udah kelas 12. Hidup udah di ambang batas cuy😂
Anying, kebanyakan maklumnya gua ya ek

*JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM REY YAAAAAA

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA KISAH ANEH BELVA DAN REY.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang