4. Wedding Anniversary

84 5 1
                                    

Setelah hari bertemu dengan Fadil telah berlalu. Violita menjalani aktivitasnya lagi hari ini dengan ceria. Meeting pagi itu membicarakan mengenai acara pernikahan anak artis yang di selanggarakan di hotel verto.

"Nanti kamu buat staff banquet yang cekatan untuk acara anak artis itu dan jangan sampai ada yang mengecewakan. Karena acara mereka sangat berpengaruh untuk eksistensi kita"

"Sudah saya siapkan bu, tinggal bu vio cek saja. Ini daftar namanya"

Tio menyerahkan sebuah map pink kepada violita. Violita membacanya secara seksama.

"Bagus, tapi kamu tambahkan angga disini ya. Baiklah. Meeting hari ini selesai, ada yang ingin di tanyakan?"

Semua karyawan dan karyawati didalam ruangan itu diam. Menandakan meeting berakhir.

Violita menatap jam tangannya,ia memutuskan untuk tetap di kantor dulu sampai jam makan siang. Ia duduk santai di kursinya. Lalu membolak balik beberapa dokumen di atas mejanya,tiba tiba ia memikirkan Fadil. Pertemuan kemarin membuatnya begitu senang. Tetapi harusnya tidak begitu,ia harus muram karena Fadil menyusup kembali di kehidupannya.

Kemudian,pemilik Hotel Verto itu membuka laci di bawah mejanya. Disana hanya terdapat sebuah Buku Biru muda kotak kotak. Ia selalu meletakan barang pribadinya di ruang kerjanya.

Mula mula ia menatapnya dulu,lalu pelan pelan mengambil agenda itu. Membacanya dari lembar ke lembar. Mengingat semua kisah cintanya yang miris di masa SMA. Ia sampai merasa sesak melihat Diary itu.

" Aku memang buruk untuk Fadil. Harusnya peran figuran tidak boleh menangisi peran utama. Peran utama sudah punya pasangan sendiri."

***

Violita berjalan menuju mobilnya. Ia tidak pulang dulu, melainkan menjemput Indra adiknya di kampus untuk menemaninya membeli motor baru seperti yang sudah disepakati Violita dan mamanya.

Violita memarkirkan mobilnya,membuka kaca mobil melihat sekitar kampus ,tidak ada tanda tanda keberadaan adiknya.
Ia mau menelfon tapi menelfon siapa? Handphone saja indra tak punya.

Fadil

Nama itu begitu cepat muncul di benak violita. Apakah ia harus melalukannya. Saat akan menekan hubungi. Violita melihat adiknya berlari tergopoh gopoh menghampiri mobilnya lalu masuk di kursi samping pengemudi.

"Sorry mbak lama. Tadi ngobrol dulu" ujar indra sambil memasang sabuk pengaman.

"Yaudah ke dealer aja langsung." Violita menanggapi dengan tenang lalu meletakan handphonenya di dasbor.

"Mbak beneran beliin aku motor ? Apa gak sekalian mobil aja mbak?"

Violita melirik penuh ketidak sukaan pada adik lelakinya ini,sebenarnya tidak apa dia belikan mobil seperti ini untuk adiknya, hanya saja yang ditakutkan violita adalah Indra menjadi cowok manja.

"yaudah kita pulang aja kalau mau nya mobil"

"Jangan mbak jangan,yaudah yaudah motor aja." Violita tertawa kecil melihat kelakuan adiknya. Baru menyalakan mesin mobil, handphone violita berbunyi. Terpampang jelas di layar itu nama seseorang.

"Fadil?" Ujar violita kaget.
Ia buru buru menjawab telfon itu.
"Halo? "
Suara fadil disebrang sana cukup membuat gugup Violita.
"Halo"
"Vio kan?"
"Iya,fadil kan?"
"Iya"
"Ada apa?"

Ada jeda 10detik dari fadil
"Saya mau ketemu kamu,bisa?"

Violita mengerjap ngerjapkan matanya beberapa kali berharap ini nyata.

"Vi?" Tanya fadil ditelfon lagi

"Bisa,sekarang di cafe dekat kampus kamu bekerja ya"

"Oke saya kesana 10menit lagi"

DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang