15. Ujung dari penantian

35 1 1
                                    

14 Februari 2007

Dear diary, Aku sedang membaca buku di Perpustakaan,tak sengaja aku melihat Fadil dan Jessica duduk di Halaman sekolah. Mereka sepertinya sedang asyik bercengkrama. Jessica membawa sebucket bunga  mawar dan tentunya sebuah coklat. Aku bisa melihat tawa Fadil dari atas  sini. Aku masih tidak mengerti kenapa begitu susahnya melupakan lelaki manis itu. Semester 1 dan 2 telah lewat begitu saja. Aku berharap untuk segera lulus dari tempat ini.

--DIARY--

''Perempuan?.''

Fadil menoleh menatap Violita,kemudian mengangguk.

Violita sedikit murung mendengar hal itu. Tapi ia sudah terbiasa dengan hal ini, tentunya ia tak perlu beradaptasi kembali dengan rasa terabaikan yang sering ia dapatkan sedari SMA mengenai sikap Fadil.

''Menurutmu saya harus beri apa?.'' Mereka masih berjalan pelan dan Violita berjalan dengan fikirannya sendiri. 

''Vio,''

Violita segera sadar dari lamunannya. ''Ya?.''

Fadil tertawa kecil, ''Ada apa?.''

''Oh tidak..tidak ada. Kamu tadi tanya apa.?''

''Saya harus beli apa?.'' 

''Untuk wanita istimewa..'' Violita berfikir, ia seakan menusuk dirinya sendiri  karena membantu Fadil mencari hadiah untuk wanita istimewa bagi Fadil. ''..mungkin sesuatu yang ia butuhkan akan jadi hal yang istimewa.''

Fadil mengangguk-angguk. ''Kalau begitu saya tahu,'' ujar Fadil kemudian melipir ke sebuah toko yang menjual berbagai macam dompet wanita. Violita mengikutinya dari belakang.

''Dompet?.''

Fadil mengangguk , Violita berjalan pelan ke rak-rak dompet itu. Ia mengambil sebuah dompet pink ,kemudian Fadil berkata ''Kamu suka?.'' Violita mengangkat alisnya,''Suka,mungkin ini cocok untuk dijadikan hadiah,''   ia  tersenyum memberikan benda itu pada Fadil '', bagaimana?''

Fadil menerima dompet itu dan membukanya. ''Seleramu bagus,'' Ia menutup dompet itu kembali '',kalau begitu tunggu ya. Ku bayar yang ini dulu.'' Violita mengangguk. Keterlaluan lelaki ini fikirnya. Bisa-bisanya ia pergi dengannya tapi memikirkan hadiah untuk wanita lain. Dia fikir Violita itu apa? Wanita murahan yang mau diajak kesana kesini? Menemaninya sesaat? Ia belum menyelesaikan runtukan kalimat hinaan untuk Fadil hingga lelaki itu datang kembali mengatakan..

''Sudah, makan yuk!"

"Pulang aja." jawab Violita ketus.
Fadil diam menatapnya bingung. Tanda tanya besar tergambar pada wajahnya.

"Aku sedikit pusing, sepertinya."  lanjutnya beralasan sambil berjalan mendahului Fadil.

----Diary-----

"Gue tuh nggak ngerti lagi sama tuh orang! Kalau emang mau cari kado buat cewek lain kenapa mesti gue? Kenapa gue? Secara gue lagi posisinya abis ambruk, sakit, pusing, mumet harusnya istirahat bukannya malah di ajak cari kado cewek lain."  Violita terus merutuki dirinya didalam kamar.

Jarum jam menunjukkan pukul 7 ia segera menyelesaikan riasan diwajahnya dan pergi untuk bekerja.
"Handphone ini juga dari kemarin dimana. Ngeselin banget gak ketemu ketemu" ia tanpa banyak memedulikan handphone lamanya. Segera mengemudi menuju kantornya.

Ia sudah mendapati banyak bucket  dan beberapa hadiah tergeletak di atas sofa ruangannya. Tertawa kecil, Violita segera duduk di kursinya. Tersipu malu karena begitu banyak hadiah dan bucket bunga mendoakan kesembuhannya.

Ia tahu, hidupnya bukan masalah satu lelaki yang ia cintai dulu ataupun sekarang, tapi juga tentang perhatian-perhatian kecil yang ia dapatkan di kesehariannya. Ia mengenang masa dimana ia memiliki perhatian kecil  dari Fadil dimasa SMA meskipun harus secara tidak langsung menderita karena cinta pertamanya yang tidak tahu kalau dia suka, ia mencintainya.

DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang