Jiwa yang Melintasi Masa
. . .
Mata gadis itu tiba-tiba terbuka, namun dia tidak dapat melihat apa pun. Itu terlalu gelap, panas dan sempit hingga membuat dadanya sesak. Benda yang mengimpitnya itu terasa bergerak, tubuhnya tertekuk dan agak tidak nyaman. Kaki Kalinda mati rasa. Gadis itu mencengkeram dadanya, napasnya memendek, dan tepat saat dia nyaris kehilangan kesadaran, sebuah cahaya samar-samar memasuki matanya.
Mobil putih keluaran 20 tahun lalu itu berhenti di pinggir jalan yang sepi. Ada dua orang yang turun dari sana, keduanya perempuan. Penampilan mereka tampak dipaksakan untuk mengikuti tren masa kini, hanya saja barang yang dikenakan itu sudah ketinggalan zaman sejak tiga tahun lalu.
Salah satunya yang terlihat dewasa membuka bagasi mobilnya. Di dalam, ada seorang gadis kecil yang tampak tidak sadarkan diri. Wanita itu mengernyit, kemudian mengarahkan jarinya yang berkuku merah untuk merasakan napas orang yang ada di dalam bagasi.
"Dia masih hidup bukan, Ma?" tanya gadis remaja yang berdiri di samping wanita itu. "Kalau dia mati, bisa gagal rencana kita!" Wajah paniknya tampak cemberut.
"Masih hidup, sepertinya cuma pingsan," jawab si wanita. "Cepat bawa masuk ke mobil. Helena, cepat! Nanti ada yang melihat kita!"
"Sabar!" Helena membalas ibunya dengan kesal sambil menarik gadis kecil di dalam bagasi untuk keluar.
Khawatir ada yang melihat, Hanna akhirnya membantu Helena memasukkan tubuh kurus itu ke dalam mobil dan berkata, "Bangunkan dia. Tidak mungkin kita mengantarnya dengan keadaan pingsan seperti itu."
Helena mencebik, tapi tetap setuju. "Hei, Kalin! Kalin, bangun!" Ditepuknya pipi gadis bernama Kalin itu. "Dia tidak mau bangun, Ma."
Hanna mengintip lewat spion mobil, berdecak. "Tampar saja pipinya!"
Helena tentu saja dengan senang hati melakukannya. Ditamparnya pipi gadis itu dengan kuat. "Bangun!" hardik Helena dengan mata melotot.
Kalinda menatap bingung pada wajah muda di depannya. Kenapa gadis ini menatapku seperti itu? "Siapa kau?" tanyanya. Kalinda lantas mengernyit, kenapa suaranya terdengar agak aneh?
Helena tercengang. "Kamu gila, ya?" Dia mendorong kepala Kalinda dengan kasar. "Tidak perlu pura-pura seperti ini! Apa pun yang kamu lakukan, percuma! Kamu akan tetap diantar ke rumah itu!"
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan." Kalinda berujar. Matanya menatap sekeliling, dan wajahnya semakin terlihat bingung. Ada di mana ini? Dia sedang berada di dalam benda aneh apa?
Sudut mulut Helena berkedut saat mendengar cara bicara Kalinda yang aneh. Apa gadis ini kerasukan roh Nyai Roro Kidul saat pingsan tadi? "Ma, sepertinya ada yang salah dengannya," lapor Helena pada Hanna.
"Itu hanya usahanya agar kita membatalkan rencana ini. Jangan pedulikan!" kata Hanna dari depan kemudi. "Kamu rapikan sedikit rambutnya, jangan sampai dia terlihat terlalu menyedihkan saat dibawa ke orang itu."
Kalinda diam-diam meresapi apa yang sedang dibicarakan kedua orang ini, namun dia sama sekali tidak mengerti. Saat Helena dengan asal-asalan merapikan rambutnya, Kalinda menatap ke luar jendela mobil. Seketika, matanya membelalak. Ini ... apa yang terjadi? Ada di mana dirinya?!
Serangkaian kenangan tiba-tiba masuk ke dalam ingatan Kalinda. Gadis itu merasa pusing dan langsung menutup matanya. Namun, hal itu malah membuat semua kenangan menjadi lebih jelas.
Namanya adalah Kalinda Ariadne. Usianya 11 tahun. Dia berasal dari keluarga sederhana dan ibunya sudah meninggal. Ayahnya telah menikah lagi sekitar tiga tahun lalu, wanita yang ada di depannya ini adalah ibu tirinya, dan gadis yang sedang merapikan rambutnya ini, Helena, adalah saudara tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Seribu Bulan ✓
RomanceKalinda yang akan dinikahkan dengan kerajaan musuh tiba-tiba dibunuh dan saat dia membuka mata kembali, jiwanya berada di masa depan dalam tubuh seorang gadis kecil berusia 11 tahun yang baru saja dijual. Kini dia harus mencari alasan kenapa jiwanya...
Wattpad Original
Ada 8 bab gratis lagi