Derita [Versi Tulis Ulang]

8.8K 567 13
                                    

Besoknya Lisana bersiap untuk pulang. Dia sengaja tidak memberitahu Alfian, karena tidak mau merepotkan dan membuatnya kesal. Ivan ingin mengantar Lisana tapi penolakan Lisana dan tugasnya sebagai dokter di rumah sakit membuatnya harus mengurungkan niatnya tersebut. Ivan dengan berat hati hanya bisa mengantar Lisana sampai mobilnya dan memberi dia nomor ponsel miliknya jika saja Alfian menyakitinya atau ada percobaan bunuh diri lagi, setidaknya Ivan ingin Lisana menghubungi dan berbicara dengannya tentang semua masalah yang selama ini ia tanggung sendiri.

"Aku baik-baik saja." Lisana mencoba menenangkan Ivan.

"Kalau ada masalah apapun hubungi aku, berjanjilah," pinta Ivan.

Lisana tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih."

Setelah Lisana masuk ke dalam mobil dan perlahan mobil itu menjauh, Ivan merogoh ponsel dari sakunya dan menelpon seseorang.

"Lisana sudah pulang dari rumah sakit. Dia baik-baik saja, Adrian."

Terdengar balasan dari seorang pria di sebrang sana. "Apa lukanya telah pulih sepenuhnya?" Suaranya terdengar lembut dan penuh kehangatan.

"Kau tidak perlu khawatir, Lisana hanya menderita luka ringan di kepala. Yang aku khawatirkan malah kondisi mentalnya. Kau tahu jika seseorang sudah mencoba bunuh diri itu sangat serius. Adikmu Alfian benar-benar keterlaluan!" geram Ivan marah.

Adrian yang mendengar tidak bisa membela adiknya, memang sikap Alfian terhadap Lisana sangat buruk. Dia juga marah sebenarnya. "Aku tidak bisa melakukan apapun. Bagi mereka mungkin keberadaanku tidak penting lagi."

"Jangan bercanda." Ivan memarahi sahabatnya. "Kau yang seharusnya berada di samping Lisana. Kau mencintainya bukan? Kapan kau kembali?"

"Aku tidak akan kembali."

"Adrian!"

"Ivan. Tolong jaga Lisana untukku, tapi kumohon jangan terlalu ikut campur juga dalam urusan mereka."

"Apa?"

"Aku tahu dirimu, Ivan. Sebelum aku meminta tolong padamu waktu itu, aku tahu Lisana adalah tipe wanita yang selama ini kau cari. Kau boleh mencintainya tapi jangan pernah berpikir untuk merebutnya."

"Adrian—"

"Aku serius, Ivan. Lisana sangat dibutuhkan Alfian dalam hidupnya, tanpa Lisana adikku akan mati."

Ivan menahan kekesalannya. "Lalu bagaimana dengan hidup Lisana! Dia pasti menderita—"

"Aku mengerti. Jika Lisana ingin pergi, kau bisa membantunya. Namun, kalau tidak jangan pernah memaksanya untuk pergi bersamamu."

Ivan akhirnya tidak mau berdebat lagi dengan Adrian. "Ok. Aku ikuti permintaanmu kali ini. Tapi hanya sampai batas yang kutentukan. Jangan sampai Lisana berniat bunuh diri lagi, kalau sampai terjadi aku akan benar-benar merebutnya dari adikmu dan kau."

Ivan tahu Adrian pasti sedang tersenyum sekarang. "Thanks. Kau memang sahabat terbaikku, bila Alfian memang menyakiti Lisana terlalu dalam, aku tahu kau bisa menjaga Lisana dengan baik dan membahagiakannya nanti."

"Seharusnya kau yang melakukannya," gumam Ivan.

Adrian di sebrang sana terkekeh, sebelum dia menutup telpon, dia berkata sesuatu ke Ivan: "Kesempatanku hilang tepat ketika aku meninggalkannya Ivan, dia pasti membenciku sekarang. Lagipula aku telah memilih kebahagiaan Alfian di atas kebahagiaanya, memilih menjadi seorang kakak daripada menjadi seorang kekasih. Aku telah mengorbankan Lisana demi kepentinganku, aku tidak pantas lagi untuknya. Sampai jumpa." Sambungan telpon itu pun terputus.

Ivan benar-benar membenci sifat bodoh sahabatnya Adrian. Sama seperti Lisana, Adrian selalu mementingkan kebahagiaan orang lain terutama keluarganya daripada miliknya.

"Di antara Lisana, adikmu dan kau Adrian. Sebenarnya kau yang paling banyak menderita, kan?" Ivan menggenggam erat ponselnya.

Di sebuah kota kecil bernama Giethoorn di Belanda, seorang pria berambut coklat sedang memandangi ponselnya dengan sedih. Dia menghela nafas lalu bangkit dari tempat duduknya untuk meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda. Adrian Hadi, dia adalah mantan kekasih Lisana sekaligus kakak kembar Alfian. Pria yang masih memiliki darah Belanda dari neneknya itu kini hidup sendiri di negara yang terkenal dengan kincir anginnya tersebut.

Dua tahun lalu, Adrian meninggalkan Indonesia dan membatalkan pernikahannya begitu saja. Tidak banyak yang tahu Adrian yang disangka telah menikahi wanita lain, hanya berdusta ketika itu. Dia hanya ingin menebus kesalahannya pada Alfian karena membuat kakinya lumpuh dengan memberikan apa yang selalu diinginkan adiknya.

Wanita yang Alfian dan Adrian sama-sama cintai, Lisana.

Rusaknya PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang