Rahasia Alfian [Versi Tulis Ulang]

15K 482 3
                                    

PS. Mungkin akan agak berbeda, mulai Rabu akan aku rombak dari awal menurut versi tulis ulang, untuk menghindari kebingungan, kalian bisa baca dari awal lagi nanti. Sekarang nikmati bab barunya ya :d

"Kau baru menyelesaikan novel kemarin dan ingin memulai menulis yang baru?" Lisana heran dengan ketekunan Alfian. Dia memang gila kerja. Lisana jadi mencemaskan kesehatannya

"Aku menemukan ide baru untuk ceritaku. Aku ingin menuliskannya segera."

Lisana tidak dapat mencegahnya, dia tahu itu. Dia hanya bisa mengawasi jam kerja Alfian agar ia tidak lupa makan dan terlalu tenggelam dalam dunianya.

Lisana sedang pergi membuat kopi saat ponselnya berbunyi. Alfian berhenti mengetik lalu mendorong kursi rodanya mendekati meja di mana ponsel Lisana ditinggalkan. Dia mengambilnya dan melihat siapa sebenarnya yang menelpon Lisana sedari tadi, nama Ivan terpampang jelas di layar ponsel.

Alfian mencengkram ponsel itu kuat sebelum mematikan telpon dari Ivan. Dia memblokir nomor Ivan lalu menghapus semua daftar panggilan tak terjawab dari Ivan guna menghilangkan jejaknya. Dan kemudian meletakkan ponsel itu kembali seakan tidak terjadi apa-apa. Ketika Lisana datang membawakan kopi untuknya, Alfian telah tenggelam lagi dalam pekerjaanya.

Lisana sendiri tidak menyadarinya, dia mengambil ponsel lalu mengecek, tidak ada panggilan atau pesan, Lisana meletakan kembali ponselnya, mengambil sebuah buku dari rak, dia pun mulai membaca cerita dalam buku itu.

Alfian menghela nafas, bukannya ia takut, hanya saja dia tidak mau memancing perdebatan apapun sekarang. Dia tahu Lisana sudah tidak berhubungan lagi dengan Ivan dokter brengsek itu sejak mereka sepakat memulai lembaran baru. Namun, tetap ada kekhawatiran di hatinya. Bagaimana jika akhirnya Lisana sadar dia tidak bisa tinggal bersama pria cacat seperti dia?

Di saat Alfian yang ingin mengusir Lisana dari hidupnya menyerah dan mulai berharap wanita itu selalu ada di sisinya, dia tidak mau pria lain merebut Lisana darinya. Hati Alfian pasti akan hancur, tidak, mungkin dia akan lansung mati. Daripada melihat Lisana bersama pria lain sebenarnya Alfian lebih memilih mati. Sama seperti kecelakaan yang di sebabkan olehnya sendiri dua tahun lalu, ketika Alfian mau bunuh diri tapi diselamatkan oleh Adrian. Bukannya mati Alfian malah menjadi lumpuh, kedua kakinya hancur sama seperti hati miliknya. Dia menyalahkan Adrian lalu menuduh saudara kembarnya itu telah sengaja menghancurkan hidupnya. Tidak membiarkannya mati dan ingin menyiksanya. Menuduh Lisana juga karena membela Adrian dan menyalahkannya atas kematian Nila. Sebenarnya Alfian tahu bukan salah Adrian ataupun Lisana hidupnya hancur. Dia melakukan semua demi menutupi rasa bersalah dan sakit hatinya.

Betapa jahat dan liciknya dia. Andai Lisana mengetahui semua kenyataannya, dia pasti akan sangat membenci Alfian. Membencinya lalu meninggalkan Alfian sendirian. "Aku...."

"Fian!" Lisana panik ketika tiba-tiba Alfian tidak sadarkan diri. Awalnya Lisana tidak curiga Alfian diam saja tidak berbicara itu sudah biasa. Namun, saat ia berbicara dan memanggil namanya berulang kali tapi tidak ada jawaban, Lisana menoleh dan menemukan Alfian sudah pingsan di atas mejanya.

Seorang dokter segera dipanggil. Suasana dalam rumah itu kacau balau, para pembantu, bu Ita dan pak Darmo sangat cemas dengan kondisi Alfian yang mendadak memburuk. Sejak kecelakaan itu tubuh Alfian semakin melemah dan mudah sekali sakit, satu tekanan pikiran berat saja atau dia melewatkan makanannya Alfian akan jatuh pingsan. Entah ini sudah keberapa kalinya Lisana tidak menghitung, Alfian pingsan saat bertengkar dengan Lisana dulu. Namun, keadaannya sekarang sangat berbeda.

"Dokter, bagaimana bisa Alfian pingsan? Padahal tadi kami baik-baik saja, kami bahkan tidak bertengkar dan memiliki masalah beberapa waktu ini."

"Maafkan saya nyonya, anda harus memanggil psikiater yang selama ini menangani tuan Alfian untuk mendapatkan kepastian lebih jelasnya. Yang bisa saya lakukan sekarang adalah memberi obat dan vitamin agar tubuh tuan Alfian membaik." Dokter itu pun mengucapkan permisi lalu pergi setelah memberikan resep obatnya pada Lisana.

Rusaknya PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang