Berpisah [Versi Tulis Ulang]

12.1K 605 5
                                    


"Kau pulang," sambutan dingin diterima Lisana saat baru ia keluar dari mobil.

Lisana mengangguk, tidak berniat berkata apapun membalas Alfian. Melihat dari reaksi Alfian, Lisana menduga pria ini bahkan tidak berharap ia pulang. Dia sudah biasa, jadi Lisana mencoba mengabaikannya.

"Bagaimana denganmu? Apa kau baik-baik saja selama—" Lisana tidak meneruskan ucapannya ketika melihat wajah Alfian yang tampak sangat marah. "Ada apa?" Dia bertanya.

Bibir tipis Alfian menyeringai. "Apa kau benar menanyakan keadaanku, serius? Atau semuanya cuma untuk menutupi hal yang mau kau sembunyikan dariku?"

"Apa maksudmu?"

"Selama di rumah sakit apa kau tidak selalu bersama dokter Ivan?"

"Dia dokterku." Lisana memilih untuk tidak menyebut nama Ivan lansung.

"Hanya sebatas dokter?"

"Dia temanku."

Alfian berdecih. Dia menggerakkan kursi rodanya mendekati Lisana. "Kalau kau mau bersamanya, pergilah. Jangan jadikan pernikahan ini sebagai alasan kau mengeluhkan hidupmu nanti, aku muak dengan kepura-puraanmu."

"Alfian!"

"Apa! Semua yang kukatakan benar, kan? Kau melakukan semua karena rasa kasihan dan tanggung jawabmu pada janji yang kau ucapkan pada saudara kembarku!"

"Kau..." Lisana melangkah mundur.

"Ya, aku mendengar semua ketika kalian berbicara dua tahun lalu, sebelum si brengsek itu pergi tanpa kabar," nada bicara Alfian penuh kebencian.

"Ini tidak ada hubungannya dengan Adrian," bantah Lisana.

"Kau berbohong."

"Tidak."

"Kalau begitu kenapa kau tidak mau melihat wajahku sekarang?" Alfian terkekeh, dia benar-benar lelah dengan semua. "Pergi." Alfian mendorong kursi rodanya, berbalik masuk ke dalam.

"Alfian!"

"Kau sudah membunuh Nila. Apa kau juga mau membunuhku secara perlahan?!"

"Aku hanya ingin menjagamu, aku sayang padamu...." lirih Lisana.

"Aku tidak membutuhkannya." Sorot mata coklat Alfian meredup. "Aku benci padamu, Lisana. Apa tidak cukup kau mengambil satu-satunya kesempatanku bahagia bersama Nila, dan kini kau mau menjagaku? Heh, apa kau bercanda?"

"Aku sama sekali tidak bercanda. Aku menganggap pernikahan kita ini serius. Mengapa kau terus meragukannya!"

"Kakiku lumpuh, tapi tidak berarti otakku sama."

"Alfian..." Suara Lisana mulai mengecil karena letih.

"Kau bisa tidur di sini malam ini. Namun, besok aku akan memberikanmu sebuah apartemen untuk kau tinggali sampai perceraian kita."

Sebelum Alfian berhasil mendorong kursi rodanya masuk, dia mendengar Lisana berteriak padanya: "Tak ada kesempatan sama sekali kah, kita menjadi sepasang suami-istri sesungguhnya?"

Tangan Alfian terhenti mendorong kursi rodanya, untuk sesaat Lisana merasakan masih ada harapan. Namun, semua hancur saat ia mendengar jawaban Alfian
"Bagaimana kau berharap kita bisa menjadi suami-istri jika di hatimu tidak ada aku."

"Tapi kau...—"

"Aku berbeda. Perasaanku pada Nila, sejujurnya bukan cinta. Aku benci padamu karena kau merenggut satu-satunya wanita yang bisa mencintai seorang pria lumpuh sepertiku di dunia ini. Katakan padaku Lisana, apa kau bisa mencintaiku dan melupakan Adrian? Sama seperti Nila yang mencintaiku?"

"Aku...."

"Kau tahu jawabannya. Jadi kau pasti mengerti keputusan terbaik apa untuk pernikahan neraka ini."

Alfian meninggalkan Lisana yang tidak bisa berkata apa-apa.

Rusaknya PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang