"Tak perlu segunung emas atau sebuah rumah mewah untuk membuatku bahagia. Hanya mendapat satu senyuman dari suamiku saja sudah cukup. Tapi apa yang kuharapkan tidak pernah kudapatkan. Hanya satu senyuman saja darinya untukku adalah mustahil, ibarat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Potongan adegan dalam novel:
Potongan 1:
"Apa yang kau lakukan?" Adrian mendorong Ivan ke dinding marah. "Kubilang jangan ikut campur, kenapa kau melanggar janjimu?"
Ivan terbatuk karena nafasnya tercekik. Adrian adalah orang pendiam dan lembut, tapi ketika dia marah sangat menakutkan.
Potongan 2 :
"Fian..." Lisana menyentuh pundak Alfian, tapi pria itu sedari tadi terus diam. "Ada masalah apa? Kubilang kan, kau tidak boleh memendam masalah sendirian. Aku tak mau kau sakit," kata Lisana khawatir.
Potongan 3:
"Kupikir aku mengenal baik kau, ternyata tidak satu hal pun aku mengetahui tentangmu." Adrian berdiri, mendekati Ivan yang sedang terbaring di ranjang tak berdaya. Mata coklat hangat tampak acuh dan dingin, tak ada raut kelembutan yang selalu terlihat di wajah Adrian, siapapun tak akan mengenali sosok Adrian jika mereka melihat tatapan kebencian di matanya kini. Perlahan Adrian melepas segala alat bantu medis yang membuat Ivan tetap hidup sampai sekarang, sampai akhirnya suara tarikan nafas lemah Ivan berhenti dan tak ada pergerakan lagi dari tubuh kaku yang mulai kehilangan nyawanya itu.
