Alfian
Mereka mengunjungi rumah orang tua Alfian satu minggu setelahnya. Kesehatan Alfian membaik, wajahnya tidak pucat lagi bahkan berat badannya sedikit bertambah. Hubungannya dengan Lisana semakin tidak terpisahkan, sikap Alfian lebih hangat pada Lisana dan Lisana pun tidak pernah menangis lagi.
Bagi Lisana semua adalah keajaiban. Dia tidak pernah menyangka akan jatuh untuk Alfian. Selama dua tahun dia mengawasinya dari jauh hingga pada akhirnya mereka menikah karena wasiat Nila, hidup sebagai sepasang suami-istri tepat enam bulan pada hari ini baru Lisana dapat tersenyum tanpa beban datang ke rumah mertuanya.
Rumah orang tua Lisana juga terletak tidak jauh dari rumah Alfian. Jadi tidak mengejutkan bila ayahnya juga ada bersama orang tua Alfian menyambut kunjungannya.
"Aku rindu padamu, ayah." Lisana memeluk ayahnya erat. Lalu dia memeluk ibu dan ayah mertuanya juga. "Aku rindu ayah Johan dan ibu juga." Untuk membedakan panggilan antara ayah dan ayah mertuanya, Lisana menambahkan nama ayah mertuanya pada panggilannya.
"Senang akhirnya bisa berjumpa kalian lagi, Lisa, nak Alfian," ucap Harun pada putri dan menantunya.
Alfian ikut memeluk ayah mertuanya dan mengucapkan hal yang persis serupa. Dia mengalihkan pandangan ke ibunya. "Bagaimana kesehatan ibu, apa telah membaik?"
"Ibu sehat, sayang. Bagaimana denganmu? Sepertinya kondisimu lebih baik, Alfi."
Alfi adalah nama kecil yang biasa dipakai ibu Dian guna memanggil putra kembar bungsunya itu, Lisana jadi ingat masa lalu. Kalau Adrian sering dipanggil Adri. Lisana mengerjapkan matanya demi menghapus pikiran tersebut. Di mendesah kesal dalam hati. Kenapa sangat susah menghapus sosok Adrian sepenuhnya?
"Ayah senang sekarang kalian baik-baik saja. Berharap akan ada segera cucu yang datang," gurau Johan, ayah Alfian sembari tertawa.
Sontak pipi Alfian dan Lisana memerah. Hubungan mereka baru membaik, tapi bukan berarti mereka tidak memikirkan hubungan suami-istri mereka. Di satu sisi Alfian tidak percaya diri apa Lisana mau melakukan hubungan intim dengan pria cacat seperti dia dan Lisana pun sama, dia ragu Alfian mau melakukan bersamanya. Jadinya sepasang suami-istri itu sibuk dengan keraguan hatinya masing-masing sampai sekarang.
"Ayo masuk. Kenapa kita berdiri di luar seperti ini sedari tadi." Dian mengajak putra dan menantunya ke dalam rumah. Dia telah memasak berbagai hidangan dari khas Indonesia sampai Belanda. Keluarga itu pun makan dengan nyaman sambil bersuka cita menumpahkan kerinduan yang ada di dalam hati mereka.
Alfian dan Lisana menginap satu malam di sana, sebelum besoknya pulang kembali ke rumah. Alfian tenggelam lagi dalam proyek novel terbarunya, sedang Lisana sibuk mengurus semua kebutuhan Alfian. Kedamaian bertahan sampai Ivan tiba-tiba datang berkunjung tanpa pemberitahuan. Saat Lisana mendengar kedatangan Ivan dari salah satu pembantu, dia bergegas ke depan menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rusaknya Pernikahan
Literatura Feminina"Tak perlu segunung emas atau sebuah rumah mewah untuk membuatku bahagia. Hanya mendapat satu senyuman dari suamiku saja sudah cukup. Tapi apa yang kuharapkan tidak pernah kudapatkan. Hanya satu senyuman saja darinya untukku adalah mustahil, ibarat...