Mala

6K 214 13
                                    

Aku mencintainya. Dan aku tahu, dia juga mencintaiku. Apakah salah jika aku mencintai seorang lelaki? Sementara mereka yang mencintai sesama wanita saja bisa dengan enaknya mengekspresikan rasa.

Aku tahu ini semua butuh waktu. Dia butuh waktu menyelesaikan urusan dengan isterinya. Kulihat mereka bertengkar lagi di supermarket. Mungkin waktunya sudah dekat. Dia mulai menyusun langkah untuk berpisah. Kurasa aku pun harus mulai bersiap. Aku akan ke butik memilih baju pengantin. Memikirkannya saja aku sudah bahagia.

Ah, sebelum ke butik, lebih baik search dulu di internet. Melihat-lihat model baju pengantin terkini. Aih, cantik-cantik sekali. Aku suka yang warna putih ini, dengan mutiara-mutiara di bagian pinggangnya dan bordiran mawar putih yang elegan di bagian bawahnya. Roknya mengembang lebar, aku pasti akan terlihat seperti putri. Yang warna putih tulang ini pun terlihat anggun. Aku suka bahannya yang terlihat jatuh ke lantai dan mengkilap terkena cahaya. Hatiku berbunga-bunga membayangkan berjalan menuju pelaminan dalam balutan pakaian ini.

Memutuskan baju pengantin ternyata bukan perkara mudah. Untunglah kemudian ada email berisi rekomendasi pilihan baju pengantin yang cantik-cantik. Mungkin perpisahan yang dirancangnya sudah mulai menunjukkan wujud hingga ia mengirimkan rekomendasi ini. Ah, senangnya.

Aku akan beli gaun putih yang direkomendasikannya. Gaun yang anggun meski tanpa aplikasi apa pun ditempelkan di kainnya. Dia benar-benar pandai bagaimana memilihkan gaun. Gaun yang putih bersih tanpa hiasan apa pun benar-benar menggambarkan cinta yang murni tanpa embel-embel. Yang ada hanya dia dan aku. Tak perlu ada ini dan itu karena cinta saja cukup membuat kita bahagia. Bukankah kebahagiaan adalah apa yang selalu dicari manusia?

Di galeri ATM aku bertemu lagi dengannya. Dia tersenyum lebar sekali sambil mengelus perut isterinya. Lamat-lamat kudengar dia berkata pada perut yang dielusnya, "Cepet gede, ya Dede. Nanti kita main bola."

Suara yang terdengar hampir seperti bisikan itu mengejutkanku seperti petir di pagi hari. Isterinya hamil? Apakah kehamilan ini akan jadi ganjalan untuk kami? Bagaimana dengan rencana pernikahan yang sudah disusun?

Aku sedih sekali.

Tapi tak lama. Sebuah e-mail kembali mengembalikan semangatku. Dia merekomendasikan bulan madu di Maldives. Hatiku yang tadi dipenuhi badai kini jadi tenang. Setenang angin sepoi-sepoi di pagi yang sejuk. Foto-foto yang terpampang memberi gambaran betapa romantisnya bulan madu kami nanti? Ah, dia benar-benar memahamiku. Aku ingin membalas perhatiannya. Kurasa satu bulatan pizza akan dapat menggambarkan perasaanku.

Saat tak ada customer memberi pesanan, kubuat satu pizza dengan penuh cinta. Topping tomat, daging, keju, pepperoni menggambarkan warna-warni yang berseliweran di hatiku karena siraman cinta darinya. Sebelum kotak ditutup, kuselipkan secarik pesan:

All the pizza my heart for you.

Love

Tak perlu dituliskan nama, dia pasti tahu siapa yang mengirim seluruh kepingan hati untuknya.

Sebenarnya aku ingin menyerahkan sendiri pizza penuh cinta ini untuknya. Tapi pekerjaanku masih banyak. Jadi biar ojek online saja yang mengerjakan. Semoga dia bisa memahami keterbatasanku.

3 Hati, 1 Kata: CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang