Prewedding

2K 164 8
                                    

"Assalamu'alaikum," Gunadi mengetuk pintu rumah adik sepupunya. Sepulang dari kantor ia merasa wajib menyempatkan diri untuk mengklarifikasi kecurigaan. 

"Wa'alaikumsalam," Mutia membuka pintu dan langsung sumringah, "eh, Mas Gun. Masuk, Mas."

"Gimana kabarnya? Masih sakit?" Gunadi masuk sambil berbasa-basi. Matanya awas mengamati dinding mencari foto prewedding yang dicurigainya.

"Sedikit. Kepala masih suka nyut-nyut," Mutia berjalan ke dapur, memberitahu kedatangan Gunadi pada Bagus yang sedang mencuci piring.

Bagus segera mengeringkan tangannya dan beralih ke ruang tamu, "Eh, Mas. Tumben, nih. Langsung dari kantor?" 

"Iya," mata Gunadi tak berkedip mengamati foto prewedding yang tergantung di dinding. 

"Kenapa, Mas?" Bagus mulai merasa ada yang tak beres.

"Oh, foto ini," Gunadi mengeluarkan ponsel dari saku, "aku nemu versi lainnya tadi siang." Dibukanya galeri untuk menunjukkan foto wallpaper ponsel yang tadi siang tertinggal di toilet.

Bagus mengamati foto yang dimaksud Gunadi. Disitu ada foto ponsel dalam keadaan stand by. Wallpaper ponsel itu sama persis dengan foto prewedding-nya yang digantung di dinding ruang tamu. Bagus menautkan alis tak percaya. Semuanya sama kecuali foto pengantin perempuannya.

"Tadinya kupikir kamu selingkuh," Gunadi menjelaskan kecurigaannya, "tapi diliat-liat lagi, ini kok kaya foto hasil photoshop, ya?"

Bagus sampai memiringkan kepalanya memastikan. "Iya, ya Mas. Ceweknya ini, siapa ya Mas?"

"Itu saksi mata buat kasusmu itu." 

Mutia datang membawa 3 cangkir teh hangat dan bakwan yang baru diangkat dari wajan. Bagus menunjukkan foto di ponsel Gunadi pada Mutia. 

"Loh, ini kan foto kita?"

Bagus hanya mengangguk, memaklumi keterkejutan Mutia.

"Siapa yang bikin ini?"

"Saksi mata kasus kita, katanya," Bagus menjelaskan supersingkat

"Namanya Kumala Permatasari," Gunadi meletakkan cangkir teh yang baru saja diseruputnya. "Kalian kenal?"

Mutia memiringkan kepalanya, berharap dapat mengenali wajah perempuan itu jika dilihat dari sudut pandang sedikit berbeda. "Kayanya kenal, deh."

Bagas ikut mengintip dari atas bahu Mutia. Tiba-tiab ia teringat sesuatu, "Eh, kok kaya ponakannya Bu Karso, ya? Yang waktu itu pingsan itu." 

Mutia memperhatikan lebih dekat, "Iya, bener." Lalu beralih pada Bagus, "Kamu foto sama dia?"

"Eits, jeles aja. Itu photoshop, masa ga keliatan?"

Mutia memperhatikan sekali lagi. Memang wajah si perempuan terlihat sedikit tidak sesuai dengan shading keseluruhan foto. Yah, tak ada keraguan, foto ini pasti hasil photoshop. Pertanyaannya, untuk apa? Siapa yang serius sekali mengganti foto Mutia dengan foto gadis ini kemudian menjadikannya wallpaper ponsel?

"Namanya Kumala Permatasari. Dia waktu itu jadi penumpang Go-Jek yang nabrak kamu, Mut."

"Oh?" Mutia terbelalak. Ia teringat sesuatu, "Mala?"

"Iya, panggilannya memang Mala." Gunadi diam sebentar, mencomot bakwan lalu melanjutkan penjelasannya, "Jadi, penyidik kasus ini curiga karena si pengendara Go-Jek ini sangat ahli mengendarai motor. Ini berdasarkan kesaksian petugas jaga yang ngeliat gimana si driver ini bermanuver waktu masuk kantor. Kondisi motor oke, penglihatan si driver juga bagus. Tapi kenapa motor tiba-tiba-tiba berbelok arah? Ini juga berdasarkan semua kesaksian orang yang liat waktu itu. Nah, drivernya juga bilang kalo tangannya ditarik sama si penumpang. Makanya dipanggillah si Kumala ini."

Bagus manggut-manggut.

"Hasil keterangannya, sih ngga masalah. Cuma aku nemu hape ini di toilet. Kayanya ketinggalan. Pas aku masuk toilet, pas hapenya bunyi. Kayanya lagi ada yang berusaha miscal. Pas aku liat, ternyata wallpaper-nya kaya gini. Aku langsung inget foto ini," Gunadi menunjuk foto besar yang tergantung di dinding. 

Mutia menatap Bagus. Ia teringat pizza dan post it yang menempel di tutupnya. Pengirimnya Mala. Apakah semua ini berhubungan?

Gunadi merasa heran melihat sepasang suami isteri ini saling berpandangan. Kalian tahu sesuatu?

3 Hati, 1 Kata: CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang