13♡Ternyata

124 33 29
                                    

Di Minggu pagi yang dingin ini aku sudah berjalan kearah halte bus. Aku tidak pernah mau diantar oleh Taeil ahjussi-supir pribadi keluargaku- karena aku lebih senang naik angkutan umum dan bertemu orang banyak, lagipula Taeil ahjussi lebih sering mengantar mama kemanapun seakan Taeil ahjussi itu bekerja hanya untuknya.

Sesampainya di halte, aku melihat Taeyong sedang duduk sambil memainkan handphonenya entah apa yang dibacanya sehingga wajahnya terlihat sangat serius.

"Dor!" Kejutku.

Taeyong yang terkejut karena suaraku, dia langsung menatapku galak. Aku baru sadar saat ini dia tertihat rapi dengan long coat berwarna abu-abu muda, celana kain berwarna putih dan sepatu kets berwarna hitam dipadukan dengan garis putih pada solnya, aku tidak biasa melihatnya rapi seperti itu.

Biasanya dia hanya menggunakan sendal jepit hitamnya, sweater abu-abu dan celana kebesaran yang hampir tiap hari aku melihatnya memakai celana itu.

"Ya! Kau hampir membuatku menjadi hantu," ucapnya lalu dia tersenyum kikuk sambil melihat udara kosong di pojok halte.

Ah pasti dia sedang menatap hantu yang tersinggung karena ucapannya.

"Hei masih pagi, jangan marah-marah nanti jodohmu menjauh," ucapku lalu aku duduk disampingya sambil terkekeh.

"Jodohku sedang duduk bersamaku, jadi aku tidak takut jika marah," gumamnya pelan yang sayangnya aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kau sedang membaca apa?" Tanyaku karena sejak lima menit tadi keadaan hening tapi dia tidak menjawab, aku hanya mendengar suara gesekan dedaunan yang berjatuhan karena tertiup angin.

Musim gugur kali ini terasa cukup dingin ditambah dengan adanya hembusan angin membuat aku tambah kedinginan, yang sialnya lagi aku lupa membawa hot pack. Aku hanya memakai long coat berwarna coklat muda yang tidak terlalu tebal.

Ctak.

Suara hempasan benda plastik membentur kepalaku lalu terjatuh dipangkuanku. Tcih dasar tsundere, kenapa tidak memberikan hot pack ini secara baik-baik? Kenapa harus dilempar? Huh.

"Berisik sekali kau! Sudah untung aku masih memiliki hati nurani lalu memberimu hot pack setelah mendengar ocehan yang ada dikepalamu itu," ucapnya sarkas tanpa melihatku.

"Gomawo Taeyong-a," ucapku sambil melengkungkan bibirku kebawah tanda meledeknya.

"Cepat itu busnya sudah datang," ucapnya lalu dia jalan mendahuluiku kedalam bus biru itu. Hmm apakah ini Tayo?

"Bodoh! Mana ada Tayo dalam kehidupan nyata?!" Ucap Taeyong yang duduk disebelah kiriku.

Aku hanya meliriknya malas tanpa berniat ingin membalas celotehannya. Lalu aku bersandar pada kaca bus sambil melihat jalanan.

Kepalaku mendadak pusing. Pandanganku menjadi redup. Bukan, aku bukan ingin pingsan, ini sering terjadi sejak aku berumur 8 tahun. Setelah aku merasa pusing, selalu saja aku melihat orang-orang dalam bentuk x-ray tapi penglihatan itu hanya bertahan lima menit.

Aku melihat kesekitar tempat duduk penumpang. Bus pagi ini terlihat sepi karena memang hari ini adalah hari libur, jadi tidak ada orang berseragam sekolah sedang berdesak-desakan didalam bus.

Tapi saat aku mengedarkan pandanganku ketempat duduk paling belakang, betapa terkejutnya aku, aku melihat seseorang membawa sebuah pistol P92 yang lengkap dengan peluru 9mm didalam saku kanan jaketnya.

Penglihatan x-ray ini memang menguntungkan selain bisa mengetaui penyakit yang ada didalam tubuh, aku juga dapat melihat semua yang ada diluar tubuh seperti jahitan, tanda lahir, bahkan benda asing yang ditaruh di saku baju dan celana.

Different But Equal ♡ Joy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang