21♡Emosi

95 27 34
                                    

Sebelumnya aku hanya melihat restoran cepat saji ini dari dalam televisi saja, tapi sekarang aku berada disini bagaikan Song Hye Kyo yang sedang berdialog dalam drama DOTS.

Lupakan khayalan nistamu Sooyoung-a.

Eunwoo mendekatkan wajahnya kewajahku.
"Kau ingin pesan apa Joy?" Eunwoo bertanya padaku.

"Ah, samakan saja seperti punyamu," ucapku yang sedikit malu, lalu aku memalingkan wajahku.

"Baiklah. Oven Roasted Chicken dan cokenya dua," ucap Eunwoo yang diakhiri dengan senyumnya yang membuat pelayan wanita menjerit dalam hati.

"Eunwoo-ya, aku mau duduk dekat kaca. Agar aku bisa melihat salju," ucapku yang tanpa sadar aku bertingkah seperti anak berusia lima tahun yang sedang merengek kepada ibunya.

Eunwoo mencubit pipiku gemas.
"Kau ini menggemaskan sekali, ingin rasanya aku menggigit pipimu yang gembil ini," dia sudah berancang-ancang ingin menggigit pipiku tapi aku lari sebelum digigitnya.

Salju turun dengan lebatnya, membuat jalanan tertutup oleh gumpalan putih dingin.

Aku duduk di meja yang hanya memiliki dua kursi, meja ini berada di depan kaca sehingga aku bisa melihat orang-orang sedang berlalu-lalang menggunakan berbagai macam mantel.

Eunwoo datang dengan membawa nampan berisikan pesanannya tadi, dua buah sandwich dan dua gelas coke.

Oh tidak, aku lupa jika aku tidak bisa minum soda. Ottoke? Dompetku tadi kutinggal di mobil bersama tasku. Ah sudahlah, aku tidak akan mati jika jika tidak minum sesudah makan.

Aku melahap sandwich yang dibelikan Eunwoo dengan lahap. Suasana makan kami terasa khidmat karena kami hanya fokus makan tanpa berbicara.

Ah kepalaku pusing, kenapa harus sekarang? Lalu pandanganku berubah menjadi tempilan x-ray.

Sangat malas rasanya aku hanya melihat organ dalam manusia dalam keadaan seperti ini.

Oh aku melihat beberapa orang yang berada disudut-sudut toko membawa hand gun didalam jaketnya, berlalu-lalang sambil melihat sekitar dan terkadang melihat kearahku dan Eunwoo.

"Ada apa Joy-a?" Ucap Eunwoo mengejutkanku, lalu saat aku melihat kearah Eunwoo mataku mulai kembali normal.

"Hah tidak, aku hanya heran kepada orang-orang yang lalu-lalang disini. Kenapa mereka hanya menggunakan mantel yang tipis?" Ucapku bohong.

"Mungkin mereka kebal terhadap rasa dingin, sebelumnya aku pernah bertemu dengan orang yang kebal terhadap rasa dingin. Dan mereka benar-benar tidak merasa kedinginan walaupun berenang di sungai yang membeku," ucap Eunwoo sambil mengetukkan jarinya ke meja.

Apakah itu sebuah kelainan seperti milik Lisa?

"Oh benarkah, temanku juga ada yang seperti itu, tapi dia bukan hanya kebal terhadap dingin tapi rasa sakit juga. Aneh ya didunia ini ada saja penyakit seperti itu," ucapku lalu tertawa pelan.

"Aku juga tahu didunia ini pasti ada oknum yang melakukan penelitian terhadap tubuh orang-orang yang mempunyai kelainan aneh itu. DNA-nya diekstrak lalu dimasukkan ketubuh orang tertentu untuk kepentingan oknum tersebut," ucap Eunwoo dengan wajah cemasnya sambil sesekali menatap jamnya.

Tak biasanya Eunwoo memasang wajah cemas seperti itu.

"Aww!" Pekik Eunwoo setelah aku melihat kilatan listrik keluar dari jam tangan yang ada ditangan kanannya.

Aku kelabakan melihat wajah Eunwoo yang kesakitan.
"Gwencana?" Tanyaku.

Eunwoo mengusap tangan kanannya, lalu tersenyum kearahku.
"Ah ne, tak apa hanya terkena sengatan listrik kecil," ucapnya mencoba menenangkanku.

Different But Equal ♡ Joy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang