29♡Surat

167 25 6
                                    

"Hm, iya datanglah ke alamat yang sudah kukirimkan tadi. Iya aku baik-baik saja Taeyongku sayang, hanya luka kecil saja. Iya, aku yakin. Sudah ya."

Aku menekan ikon merah untuk mengakhiri panggilan Taeyong. Iya, aku menuruti apa kata Jinsol yang ingin aku membantunya menyuruh Taeyong pergi ke alamat yang sudah dia sebutkan tadi. Entah apa yang ingin dia lakukan kepada Taeyong.

Tapi satu hal yang masih mengganjal dipikiranku. Siapa orang yang sudah menolak perasaan Jinsol? Dia bilang lelaki itu adalah kekasihku. Kekasihku adalah Taeyong, berarti Taeyonglah yang menolak perasaan Jinsol. Tapi apakah itu mungkin? Ah molla.

"Joy-a cepat ganti bajumu, apakah kau tidak risih menggunakan dress yang tangannya robek sebelah?" Ucap Taehyung sambil memberikanku baju yang tadi kubiarkan tergeletak di lantai pagi tadi.

Aku mengambil sweater turtle neck berwarna putih dan celana jeans ketat berwarna biru malam dari tangan Taehyung lalu aku pergi ke toilet. Kuharap pakaian ini muat ditubuhku.

Aku berganti baju di toilet rumah ini dengan cepat. Setelah berganti baju, aku bingung ingin melakukan apa. Jadi aku memutuskan untuk duduk di dekat jendela sambil memandang pantai yang pasirnya berubah menjadi putih karena tertutup salju.

Seseorang menepuk punggungku dengan lembut. Oh ternyata itu Mingyu.
"Hei Joy-a daripada kau bingung ingin melakukan apa, lebih baik kau ikut aku berbelanja bahan makanan," ucapnya sambil tersenyum manis.

"Baiklah," balasku singkat.

Dia menyampirkan mantel tebal dibahuku.
"Pakai ini, cuaca saat ini sangat dingin."

Aku memakai mantel berwarna coklat muda itu, lalu aku melihat Jinsol jalan kearahku. Dia memberikanku semacam kertas berwarna putih.
"Ambilah ini, tapi buka surat ini saat kau sudah berada jauh dari tempat ini," ucapnya dengan tatapan aneh.

Aku mengambil surat itu dari tangannya sambil tersenyum kikuk.

Lalu Jinsol pergi begitu saja meninggalkan aku dan Mingyu diam mematung disini.

"Eoh kajja!" Ucap Mingyu mengejutkanku. Dia mengambil bagpack yang ada diatas sofa, lalu dia memberiku isyarat untuk mengikutinya.

Tidak ingin berlama-lama, aku langsung mengikuti Mingyu kearah garasi mobil. Disana terparkir mobil audi berwarna hitam, entah milik siapa.

Mingyu masuk kepintu pengemudi, sedangkan aku hanya diam mematung didepan garasi. Oh ayolah! Aku tidak ingin mati muda dengan ikut menaiki mobil yang Mingyu kendarai, karena Mingyu tidak memiliki surat izin mengemudi.

Kepala Mingyu menyembul keluar dari jendela mobil.
"Kau ingin masuk sekarang juga atau kau kutabrak hingga tulang rusukmu hancur?" Ancam Mingyu yang sangat mengerikan.

Setelah mendengar ancaman Mingyu tadi, dengan cepat aku memasuki mobil hitam ini.



Sudah hampir dua jam lamanya kami menempuh perjalanan yang aku sendiri tidak tahu tujuan Mingyu ini sebenarnya kemana. Hanya suara mesin mobil dan senandung kecil yang keluar dari mulut Mingyu yang menemani perjalanan kami.

"Sebenarnya kita ingin kemana?" Tanyaku agak curiga dengan gelagat Mingyu ini karena tidak mungkin pergi ke pusat perbelanjaan itu memakan waktu hampir dua jam perjalanan. Dan lagipula, sejak tadi kami selalu melewati supermarket.

Dia hanya tersenyum lalu menengok kearahku.
"Belanja," jawabnya singkat.

Aku hanya mengangguk malas menanggapi jawaban Mingyu yang kurang membuatku puas itu. Aku jadi teringat akan surat yang Jinsol berikan padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Different But Equal ♡ Joy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang