18♡Hoodie Putih

101 30 17
                                    

Sepertinya hari ini aku tidak akan pergi ke taman untuk menemui mereka mengingat keadaanku sekarang ini: lutut dan telapak tanganku terluka. Sungguh nestapa.

Mungkin untuk sebagian orang, luka ini memang dianggap sepele tapi tidak untukku. Aku sangat benci jika ada orang melihat diriku terluka, aku benci terlihat lemah.

Aku hanya meringkuk didalam selimutku yang hangat menunggu panggilan dari Taeyong, karena pria itu tadi mengirimiku pesan singkat bahwa dia akan meneleponku ketika dia selesai bekerja.

Ddrrrtt.ddrrrtt

Handphoneku bergetar dan muncul nama 'sup tulang' dilayar handphoneku. Dengan cepat aku mengangkat panggilan dari manusia bernama Taeyong itu.

Kami memang menamai kontak telepon kami satu sama lain dengan nama makanan. Aku menamainya sup tulang, sedangkan dia menamaiku tenderloin lalu kutambahkan cantik dibelakangnya.

"Ya! Kau ini lama sekali, hampir saja aku tertidur karenamu."

"Cerewet sekali ahjuma satu ini, tunggu aku sebentar, lima menit lagi aku akan kerumahmu."

"Ck iya-iya. Eoh jangan lupa dengan pesananku."

"Hmm. Sudah ya, kumatikan panggilannya."

Pip--

Ck lelaki itu. Untung saja dia masih mau membelikannku makanan, jika tidak sudah kusobek mulutnya itu. Dia tadi berjanji bahwa jam 05.30 p.m sudah ada di rumahku, tapi sekarang sudah jam 06.05 p.m dan dia belum selesai bekerja. Menyebalkan.

Ting.nong

Ah pasti itu Taeyong yang memencet belnya.

Setelah aku mendengar bel rumahku berbunyi, aku langsung keluar kamarku dan bergegas membukakan pintu rumahku.

Ceklek.

Yang kulihat sekarang ini bukan lelaki kurus yang kerap memaksaku berhenti makan, tetapi seorang pria dewasa dengan wajah yang imut yang kudapati sedang menatapku dibalik pintu rumahku ini.

"Eoh nuguseyo?" Tanyaku begitu saja saat aku melihat dia menatapku sendu.

"Em aku Byun Baekhyun, aku adalah..... ah teman ayahmu. Aku diusir oleh ibuku dan aku tidak tahu ingin pergi kemana lagi, bolehkah aku menginap disini untuk beberapa hari?" Ucapnya begitu saja yang tanpa kusadari dia membawa dua koper besar dibelakangnya.

"Em sebentar ya ahjussi, kau bisa duduk disitu, aku akan menelepon ayahku sebentar." Ucapku, sambil menyuruh dia duduk dikursi yang ada di teras rumahku, aku tidak ingin ada sembarang orang masuk.

Mungkin saja dia hanya berbohong lalu dia masuk kedalam rumahku dan merampok. Siapa yang tahu isi hati seseorang?

Aku langsung menutup pintu rumahku lalu menelepon ayahku, aku harap ayah mengangkat telponku kali ini.

"Halo? Ada apa Soyoung-a? Ayah sedang sibuk, nanti saja bicaranya saat ayah sudah di rumah."

"Tunggu ayah, aku hanya ingin bilang, ada yang mengaku teman ayah, namanya Byun Baekhyun, katanya dia diusir ibunya. Apakah ayah mengenalnya?"

"Hah? B-byun Baekhyun? Ah iya-iya sepuluh menit lagi ayah akan sampai di rumah."

Pip--

Aneh sekali, kenapa ayah terdengar seperti gugup? Lalu sepenting itukah si Byun Baekhyun ini? Sampai-sampai ayah merelakan pekerjaannya demi mendatangi lelaki ini.

Ceklek.

"Ayo paman, masuklah," ucapku, sambil mempersilakan paman Baekhyun masuk.

"Ah terimakasih."

Different But Equal ♡ Joy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang