Tanpa Edit, Miss Ty berterbaran.
<3 <3 <3 <3 <3
Hyunno hanya menatap jengah kelakukan beberapa dokter senior belakangan ini. Tidak sedikit dari mereka mengenalkan putri mereka pada Hyunno, dari yang berdalih agar Hyunno mau membantu selama proses pembuatan skripsi sampai terang-terangan hendak menjodohkan anak mereka dengan Hyunno. Secara terang-terangan pula Hyunno menolak tetapi apa boleh buat sifat pantang menyerah manusia yang menginginkan sesuatu memang tidak bisa dicegah. Hari ini pun ketika hendak pulang tiba-tiba dokter kepala bagian penyakit mata menemuinya dan mengenalkan putrinya pada Hyunno. Betapa konyol dan menyebalkannya orang-orang ini?
"Dokter Jung..." seorang suster seusia ibunya berlari kecil menghampiri Hyunno. "Baru saja ayah anda menelpon bagian informasi. Beliau menitip pesan kalau anda harus segera menelpon."
Mengucapkan terima kasih Hyunno bergegas berputar menuju ruang kerjanya, mengabaikan dokter kepala bagian penyakit mata yang beberapa kali memanggil namanya. Hyunno tidak peduli. Cih! Benar-benar! Hanya karena dirinya lajang membuatnya susah. Sungguh mengenaskan.
Begitu sampai di ruang kerjanya, Hyunno segera menyambar handphonenya, mendial nomor sang ayah, mengunggu sesaat sebelum tersambung.
"Yeoboseo?"
"Apa kabarmu, Nak?" suara Yunho terdengar biasa-biasa saja namun penuh kerinduan.
Hyunno menududukkan dirinya di atas sofa panjang yang memang sejak awal berada di ruangannya. "Ayah tadi menelpon?"
"Ya."
"Ada masalah?" tanya Hyunno. Ayahnya bukan orang yang akan menelpon dirinya bila tidak ada sesuatu yang penting. Biasanya bila rindu atau ingin sekedar bicara ayahnya akan langsung datang menemuinya bukannya menelpon.
"Bukan masalah sebenarnnya, tetapi sedikit merepotkan juga..."
Hyunno mendengarkan dengan seksama.
"Tadi sekertaris ayah mengatakan bahwa menteri kesehatan mengundang ayah ke acara ulang tahun putrinya padahal ayah tidak mengenal secara pribadi menteri kesehatan. Bahkan namamu juga tercantum dalam undangan yang dikirim langsung oleh ajudan menteri."
Hyunno berdecak. Lagi-lagi...
"Ayah mungkin tidak bisa datang. Tanggalnya sama dengan tanggal kepergian ibumu ke Jepang memenuhi undangan duta besar, ayah tentu saja harus menemani ibumu. Bagaimana bila ibumu dicuri orang? Ayah tidak rela!"
Hyunno semakin dongkol mendengarkan celotehan sang ayah. Kadang-kadang ayahnya terlalu hiperbola bila menyangkut sang ibu. Bahkan ketika remaja dulu curhatan sang ayah tentang bagaiman susahnya mendapatkan sang ibu -baca Vengeance− menjadi makanan sehari-hari bagi dirinya dan Hyunbin.
"Aku tidak mau datang ke acara yang diselenggarakan oleh orang yang tidak ku kenal, Yah."
"Kau ini benar-benar mirip ibumu ya. Tidak ada manis-manisnya! Tapi ibumu selalu manis dimata ayah." Hyunno bisa mendengar suara tawa ayahnya. "Kau mau ayah mengirimkan kado untuk putri pak menteri atas namamu?"
"Tidak usah! Aku tidak mau direpotkan urusan seperti itu!"
Pintu diketuk. Seorang suster melongok dengan ragu-ragu. "Maaf Dok, tetapi Hyeri mengamuk lagi. Dia memanggil nama anda berulang kali!" ucap sang suster.
Hyunno hanya mengangguk sebagai jawaban, tanpa diperintah sang suster sudah menghilang dari pandangannya. "Ada lagi yang ingin ayah bicarakan?"
"Kau sibuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vengeance Twins ✔️
Novela Juvenil... dan cerita tentang si kembar Hyunno dan Hyunbin tetap berlanjut... ---------------------> Harap baca Vengeance dulu :D