12. Apartement

1.9K 267 4
                                    

Hari ini Seulgi sedang binggung menimbang apakah keputusannya ini tepat atau tidak untuk berkunjung ke apartement Jimin mengembalikan buku yang dipinjamkan Jimin kepadanya kemarin. Jujur Seulgi sangat ingin berterima kasih pada seniornya itu karena tanpa bukunya pasti Seulgi dan Wendy sudah kerepotan setengah mati tentang tugas Mr. Jin.

Seulgi mondar mandir dikamarnya sambil mengigit ujung jari telunjuknya tanda dia sedang berfikir. Lalu Seulgi memandang sesaat buku milik Jimin yang tergeletak diatas mejanya.

"Gue harus kesana, seengaknya gue harus tau budi dan bilang makasih terus gue cabut" Seulgi bermonolog menyusun rencananya sendiri.

Setelah 30 menit bersiap Seulgi menaiki taksi yang dipesannya tadi. Hari ini cuaca sedang sedikit kurang bersahabat karena mendung tapi Seulgi bersyukur setidaknya dia tidak terlalu merasakan teriknya sinar matahari menembus kulitnya. Sekitar 15 menit perjalan menuju kawasan elit apartement Jimin, Seulgi sampai. Pintu lift sudah terbuka dengan segera Seulgi masuk dan memencet lantai 10 letak apartement Jimin berada.

Dengan langkah yang melambat Seulgi akhirnya sampai di depan pintu apartement Jimin. Seulgi menekan bel apartement Jimin dan tidak lama suara pintu terbuka dan menampilkan sosok gadis cantik juga imut menurut Seulgi dipintu apartement Jimin menyambutnya.

Seulgi sedikit heran dan binggung karena seorang perempuan yang membuka pintu apartemen Jimin bukan kakak seniornya itu. Lamat lamat pikiran Seulgi menjurus kesegala arah dan berfikir tentang ini dan itu.

"Kakak nyari siapa ?" ucap sopan gadis yang Seulgi perkirakan lebih muda atau mungkin seumuran dengan adiknya karena dia memanggil Seulgi dengan sebutan kakak.

"Eoh, kak Jimin ada ?" tanya Seulgi setelah kembali kealam sadarnya setelah tadi bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Kakak, temannya kak Jimin ?" tanya gadis itu lagi dan dianguki oleh Seulgi dengan senyumnya.

Tak lama gadis itu mempersilahkan Seulgi masuk ke apartement Jimin dan menyuruh Seulgi duduk disofa ruang tengah.

"Tunggu bentar yaa kak, kak Jimin baru pergi keluar bentar ke supermarket" ucap polos gadis itu.

"Kakak mau minum apa ?" gadis itu benar benar ramah dan terlihat sangat polos menurut Seulgi.

"Air mineral aja" jawab Seulgi dengan senyum canggungnya.

Setelah gadis tadi kembali dari dapur membawakan air mineral untuk Seulgi. Dia mendudukan dirinya disamping Seulgi.

"Kakak temen apa pacarnya kak Jimin ?" pertanyaan dan jawaban dari gadis itu membuat Seulgi kaget.

Yaa, pertanyaan yang diucapkan gadis disampingnya tentang siapa Seulgi dan jawaban bahwa gadis disampingnya bukan kekasih Jimin.

"Eh, gue bukan pacar kak Jimin cuman adik tingkatnya aja kok" Seulgi buru buru menjawab pertanyaan gadis itu agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Aku kira kakak pacarnya kak Jimin" ucap gadis itu dengan ada sedikit kecewa.

"Aku Park Yerim kak, adiknya kak Jimin" kini gadis disampingnya mengenalkan dirinya dan siapa dia sebenarnya.

Mata Seulgi membulat setelah mengetahui bahwa gadis disampingnya adalah adik dari Jimin. Seulgi tidak menyangka seorang Park Jimin dengan segala cerita juga kebandelannya ternyata dia seorang kakak dan memiliki adik cantik seperti ini.

"Aku Kang Seulgi, panggil Seulgi aja" Seulgi mengenalkan dirinya juga gadis itu.

Setelahnya suara pintu terdengar terbuka dan menampilkan sosok Jimin yang datang dengan tangan kanan kirinya penuh paperbag.

"Seulgi" Jimin seperti bermonolog kaget melihat kehadiran Seulgi yang sudah duduk manis dengan adiknya.

"Kakak, lama banget sih ! Yerim kelaperan kak !" terdengar protes dari adik Jimin yang sekarang mengerucutkan bibirnya.

"Maaf yer, tadi kakak kejebak macet" Jimin menjawab adiknya dengan nada lembut sampai Seulgi lagi lagi dibuat keheranan. Kelakuan Jimin lebih terkesan tenang dan lembut ketika berhadapan dengan adiknya berbeda dengan Jimin jika berada dikampus yang terkenal dengan troublemakernya.

"Seul, bentar yaa gue mau masakin buat adik gue dulu" Jimin pamit pergi ke dapur.

"Kak Jimin bisa masak ?" Seulgi bermonolog cukup keras sampai terdengar Yerim yang duduk disampingnya.

"Kak Jimin bisa masak kak cuman rasanya asin" Yerim menjawab pertanyaan Seulgi sambil melirik Jimin yang melihatnya dengan tatapan tajam.

"Gitu juga kan kamu abis dek" Jimin membela dirinya.

"Kepaksa kak" Yerim menjawab dengan berbisik ke Seulgi dan Seulgi langsung tertawa dengan Yerim.

Dahi Jimin bergelombang melihat kelakuan adik dan adik tingkatnya itu yang tiba tiba tertawa.

"Kak Jimin, kalo gak keberatan biar aku aja yang masak" Seulgi menawarkan dirinya.

"Kakak bisa masak ?!" Yerim bersemangat mendengar Seulgi menawarkan dirinya untuk memasak.

"Bisa kok, walaupun gak seenak kayak diresto"

"Iya kak, kakak aja yang masak yaa daripada kak Jimin" Yerim mengoyang goyangkan lengan Seulgi merajuk pada Seulgi.

Sekarang Seulgi sudah memakai apron dan bersiap memasak. Dari bahan bahan yang dibeli Jimin dari supermarket, Seulgi berencana membuat sup makaroni dan ayam goreng. Satu per satu bawang dan bumbu lain Seulgi racik dengan lincah.

Sementara itu Jimin sedari tadi memperhatikan Seulgi yang sedang sibuk memasak. Ntah kenapa Jimin betah melihat Seulgi yang bergelut dengan bawang, pisau dapur, kepulan asap dan tangannya yang lihai memotong sayuran dan daging ayam. Bibir Jimin ujungnya terlihat naik dan senyum tipis menggembang dari wajahnya.

"Maaf yaa seul malah ngrepotin lo" Jimin menghampiri Seulgi yang masih sibuk memasak.

"Gapapa kak, gue udah biasa kok" jawab Seulgi tanpa melihat kearah Jimin karena dirinya sibuk memotong daging ayam menjadi beberapa bagian.

"Lo belajar masak darimana seul ?"

"Emm, gaktau kak udah dari kecil gue udah sering hidup sendiri sama Daniel soalnya papa mama sering ke luar kota atau ke luar negeri" jawab Seulgi mengingat ingat memorinya dulu

"Sekarang bokap nyokap lo dimana seul ?"

"Mereka lagi di Seattle kak, kebetulan salah satu mitra papa disana lagi ada masalah jadi mereka ngurus agak lama"

"Kalo kak Jimin, disini tinggal sama Yerim doang ?" tanya Seulgi ganti ke Jimin.

Wajah Jimin berubah menjadi pias saat pertanyaan Seulgi tentang dirinya. Tapi Jimin dengan cepat menormalkannya seolah tidak terjadi apa apa dihidupnya.

"Gue sebenernya tinggal sendiri disini seul, karena deket aja sama kampus. Rumah orang tua gue agak jauh dari kampus gue males macetnya. Yerim kesini cuman nginep beberapa hari doang kalo kangen gue"

"Mama udah meninggal, papa-----" Jimin merasakan mulutnya kelu setelah menyebut laki laki yang paling dia benci dihidupnya yang disebutnya papa untuk bercerita lagi pada Seulgi.

"Papa dia kerja luar negeri, Yerim tinggal sama kakak gue yang pertama" Jimin menghela nafas lega setelah dirinya mengakhiri cerita tentang keluarganya pada Seulgi.

"Sorry kak, gue gaktau kalo mama kak Jimin udah meninggal" Seulgi kaget setelah tahu bahwa ibu Jimin ternyata sudah meninggal.

Seulgi tidak bisa membayangkan hidup tanpa kehadiran seorang ibu. Walaupun dirinya juga terbiasa hidup tanpa orang tua tapi setidaknya Seulgi masih bisa telfonan atau skype an dengan papa mama nya dari jauh sana.

"Gakpapa kali seul, udah lama juga" balas Jimin dengan senyum tipis yang dipaksakannya.

"Gue seneng bisa bagi cerita sama lo" sambung Jimin lagi dan dibalas oleh Seulgi dengan senyuman lebarnya.

"Senyum lo itu bisa jadi pengghibur dihati gue, karena senyum lo mirip sama mama gue. Perempuan yang paling gue cintai selain Yerim dan lo. Kang Seulgi".

🍀🍀🍀🍀

SEUL'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang