20. Makrab

1.4K 202 0
                                    

Gara gara rencana perjodohan sialan ayahnya, pagi ini Jimin sukses sakit kepala setelah semalaman dia tidak tidur dan tidak memakan apapun. Jimin sebenarnya diajak oleh Taehyung ke club biasa dia clubbing tapi Jimin menolak kali ini. Senakal nakalnya Jimin dia tidak pernah meminum minuman berakohol, dia juga tidak mentato badannya apalagi sex bebas. Jimin masih waras kalau harus melakukan hal hal itu. Jika dia diajak Taehyung ke club, Jimin hanya akan disana menikmati dentuman lagu dan menyaksikan tangan mahir DJ disana sisanya Jimin akan duduk duduk sampai dia merasa menggantuk.

Jimin melakukan hal itu semata mata untuk menjaga tubuhnya agar suatu saat jika keadaan darurat darahnya bisa dia donorkan untuk adiknya. Selain itu Jimin juga memegang teguh janji pada mendiang ibunya dulu untuk tidak melakukan hal hal yang menjadi khas kegiatan club malam. Paling Jimin jika sudah frustasi hanya melakukan hal hal konyol. Balapan liar, ugal ugalan dijalanan, berantem tidak jelas, melanggar peraturan atau mengerjai dosen sudah cukup menjadi pelampiasannya.

Pagi ini kepala Jimin berdenyut nyeri karena kurang tidur. Padahal dia berharap bisa ikut Yoongi ke lokasi makrab tahunan kampusnya. Dan tentunya ada hal lain yang Jimin ingin lihat. Seulgi. Tapi sayang sakit kepalanya membuatnya menyerah dan terkapar diatas sofa milik kamar Yerim.

🍀🍀🍀🍀

Beda dengan Jimin yang hanya bisa terkapar diatas sofa. Seulgi sekarang sudah berada di puncak dan sedang sarapan dengan semua teman angkatannya sebelum makrab akan dilaksanakan. Kegiatan makrab ternyata tidak sebosan yang Seulgi perkirakan walaupun awalnya dengan berat hati saat berangkat tadi karena dia tidak bisa menjemput kedua orang tuanya yang tiba pagi ini. Tapi karena keseruan acara makrabnya dan antusias teman teman seangkatannya Seulgi menjadikan moodnya berubah.

Walaupun dibeberapa kegiatan Seulgi hanya duduk dengan panitia karena kakinya yang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas berat tetapi sejauh ini Seulgi menikmati kegiatan makrabnya. Setelah selesai acara demi acara Seulgi dan teman temannya memasuki waktu istirahat pada sore hari.

"Wen, ada yang jual pizza gak yaa deket sini ?" tanya Seulgi nglantur pada Wendy yang sedang merebahkan badannya diatas rerumputan.

"Otak lo sakit seul ?! Jangankan pizza, lo nyari eskrim aja disini susah apalagi pizza seul" Wendy menoyor dahi Seulgi karena gemas karena pertanyaan Seulgi. Seulgi hanya meringgis dan terkekeh karena menyadari pertanyaan konyolnya itu.

"Gue pengen pizza wen" Seulgi tak henti hentinya membicarakan obsesinya soal pizza.

"Deliv lah seul" Wendy memutar matanya meruntuki keinginan Seulgi yang tidak masuk akal mengingat dimana sekarang mereka terdampar.

"Mahal lah ! Kasian juga kali abang abang nya nganter sampek puncak. Udah gitu mana ada sinyal disini wen" Seulgi akhirnya sadar bahwa keinginannya sulit terwujud.

"Andai ada yang sukarela deliv gue pizza wen" kekeh Seulgi diakhir kalimatnya.

"Gak bakalan ada seul. Daniel aja lo telfon juga gak bakalan mau tuh anak, apalagi lo berandai kalo ada yang sukarela deliv lo. Ngimpi deh seul" Wendy juga terkekeh dengan harapan Seulgi.

"Kalo misal ada nih wen, gimana ?" tanya Seulgi yang masih berharap ada keajaiban Tuhan mengirimkan seseorang untuk mengirimi dia pizza.

"Gue ikut seneng seul ! Sumpah" Mata Wendy sampai berbinar mengatakannya.

"Nah kan, pasti lo juga ikut makan tuh pizza" yakin Seulgi dan direspon gelak tawa dari Wendy.

SEUL'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang