Keterlambatan.

102 15 2
                                    

- Di dunia ini tidak ada yang terlambat. Selama Tuhan masih berbaik hati memberikanmu umur panjang sebarkanlah kebaikan di sepanjang hayatmu. -

#remaja #LionaDanAris #Part5

"Ehm.. Bismillahirahmannirahim qulaudzubirabbin naas maal.. " Liona membacakan suart An-Naas dengan mata terpejam, mulut komat-kamit dan tangan di atungkan. Tangan Aris segera membekap mulut Liona yang asal-asalan saat ini. Liona terperanjak kaget, matanya terbuka lebar.

"Lo ngapain sih pake bacain surat begituan, lo pikir gue kerasukan apa?." Wajah Aris was-was melihat keadaan di sekitarnya.

Liona tidak bisa bernapas sekaligus berbicara, nampaknya ia ingin menjelaskan apa maksudnya membacakan surat itu. Wajahnya memerah dan seperti orang bisu. Aris memperhatikan lekat wajah Liona. Tidak bisa di pungkiri ekspresi Liona sekarang sangat lucu dan menggemaskan baginya. Karena kehabisan kesabaran Liona mencubit lengan Aris.

"Aw apaan sih, sakit tau!." Aris merengek kesakitan. Sementara itu Liona menghembuskan napas legah karena bisa bernapas dengan normal sekarang.

"Habisnya lo sih bekap gue, orang gue mau njelasin kenapa bacain surat itu malah lo bekap, sampe gak bisa napas nih!." Liona menekankan seluruh ucapannya, karena ia tadi di bekap dengan Aris, Liona berbicara terengah-engah.

"Yah maap, tangan gue reflek gitu hehe.. " Aris menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, jujur ia sangat merasa bersalah dan malu atas perbuatannya barusan. Mungkin jika kalian di posisinya kalian pasti melakukan apa yang Aris lakukan.

"Maksud gue baca surat itu gue kira lo kesurupan karena lo sok dramatis banget sumpah. Tapi jujur, gue tersentuh sama ucapan lo barusan. Seorang Liona tersentuh dengan ucapan orang itu jarang banget, dan lo berhasil buat hati gue sedikit terbuka. Terimakasih." Liona menyunggingkan senyum tulus dari lubuk hatinya. Ia tidak berbohong, hatinya sekarang bekerja lebih cepat atau biasa disebut deg-deg an.

"Terimakasih untuk apa?." Pancing Aris memastikan.

"Yahh.. Ehmm.. Terimakasih untukk... Ya lo tau sendiri lah untuk apa... " Lidah Liona terasa kelu dan kaku menjawab pertanyaan Aris yang singkat itu.

"Gue tahu sebenarnya hati lo ga sekaku yang di bilang orang. Cuman hati lo diibaratkan gini. Sekali ada yang ngetuk lo berusaha ngunci rapat-rapat sampai orang yang suka sama lo yang awalnya pengen ngasih lo hati malah berbalik ngasih lo tatapan benci."

"Lo bener Ris. Gue gak tahu kenapa gue kayak gini, secara gak ada yang pas di hati gue. Dan gue nyesel nolak mereka dengan cara yang sadis, seharusnya gue nolaknya pelan-pelan biar mereka ga sakit hati sama gue. Dan sekarang mereka yang pernah ngedeketin gue selalu natap gue dengan kebencian. Gue pengen minta maaf, tapi gue takut. Gue takut maaf gue gak di terima mereka. " Liona tertunduk, ia merasakan ada tetesan yang keluar dari matanya perlahan.

Aris melihat gadis di sampingnya itu tubuhnya sekarang bergetar hebat. Ia bingung harus melakukan apa, tanpa pikir panjang Aris langsung memeluk tubuh Liona yang semakin bergetar dengan kencang.

"Sttt udah dong Na jangan nangis. Setahu gue lo gak pernah nangis, sorry deh kalau ucapan gue salah. Tapi gue mohon lo jangan nangis, gue ga mau liat lo nangis. Gue paling ga suka liat cewek nangis apalagi itu karena gue. Please diemm.. " Aris mengatakan semua itu dengan memejamkan matanya, pelukan itu semakin kuat. Tanpa sadar Liona pun membalas pelukan hangat yang sekarang menyelimuti tubuhnya.

"Makasih Aris." Liona tidak tahu harus membalas apa, yang sekarang ada di pikirannya adalah tatapan benci orang-orang yang pernah ingin memiliki hatinya.

Aris melepaskan pelukannya, ia mengusap air mata yang tumpah tanpa pertanda dengan lembut.

"Coba aja dulu lo minta maaf sama mereka." Aris mencoba menenangkan Liona yang masih menunduk.

"Sudah terlambat." Liona malah semakin kencang, ia tidak bisa menahan isak tangisnya.

"Kata siapa terlambat?. Yah mumpung Allah masih ngasih lo kesempatan buat hidup, lo harus gunain sebaik mungkin untuk menebar kebaikan di dunia. Besok di sekolah lo minta maaf ya sama mereka? Gue yakin mereka pasti maafin lo.. "

Liona mendongak ia melihat sosok yang sedang berada di hadapannya, ia tersenyum simpul dan mengangguk kepada Aris.

"Nah gitu dong. Cengeng juga ternyata."

Plak. Satu tamparan tangan kecil mungil nan imut Liona telah bersarang di pipi kanan pria bertubuh jakung itu.

"Astaga dragon, tetep aja kayak singa."

Plak. Satu tamparan lagi mendarat di pipi kiri Aris.

" Double kill. " Seru Liona yang langsung meninggalkan Aris ketika melihat keluarganya dan keluarga Aris telah keluar Resto.

"Sial!." Aris tersenyum lebar sambil memegang bagian yang telah di tampar gadis mungil yang ia dambakan telah bersarang. Baginya ini adalah berkah. Aris juga berlari kecil menghampiri mamanya untuk berpamitan pulang kepada keluarga Liona.

Aris dan Liona masih menatap satu sama lain. Perasaan mereka kini masih campur aduk entah apa?. Keduanya masih saling menatap hingga tubuhnya menghilang di balik pintu mobil masing-masing. Liona tersenyum sangat manis. Mengalahkan kemanisan gula yang ada di seluruh bumi. Begitupula Aris yang kini mengacak-acak rambutnya kegirangan dengan malam ini.

crystal embersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang