pembohong.

62 7 0
                                    

" Jika tidak bisa menyayangi tolong jangan menyakiti. Sekeras apapun orang pasti ada titik dimana ia bisa merasakan sakit. Jika tidak bisa membahagiakan jangan pernah memberi harapan kosong. "

#LionaDanAris #Remaja #Part9

Aris dan semua temannya yang mengetahui Andi telah di tonjok oleh Liona langsung berlari menuju ke arah Liona dan Andi.

"Apa-apa an sih lo na? Anak orang lo tonjok sembarangan, lo mau masuk ruang bk? Kalo ada apa-apa sama Andi lo mau tanggung jawab? Cewek macam apaan lo? Lo itu cewek jangan kasar-kasar, ga pantes tahu gak? Kenapa lo ga pindah aja sekolah di SMK? itu mungkin pantes buat lo, lo ga pantes sama sekali di SMA! Asal lo tahu ya, cowok-cowok disini itu gak pernah suka sama lo, sekalipun lo cantik. Mungkin aja Lolita sama Laluna cuman terpaksa sahabatan sama lo biar lo punya temen,mereka mungkin kasihan sama lo. Lo ga punya hati emang, dasar cewek miring! Tanggung jawab sama Andi sekarang, bawa dia ke ruang uks!. " Aris mengucapkan semua kata-katanya tanpa ragu, Aris tidak seperti biasanya yang menjadi sosok tenang.

Teman-teman Aris menyenggol Aris dan membisikkan sesuatu kepada Aris.

"Ris lo apa-apa an sih, Liona itu punya hati, lo aja yang ga pernah tahu kebaikan dia! Lo juga ngapain ngomong kayak gitu di depan Liona, nohok banget ngerti gak! Lo itu cowok!. " Kesal Andi yang langsung mengajak bicara Aris di belakang punggung teman-temannya.

Beruntungnya, saat itu jam olahraga telah selesai, hanya tersisa segerombolan geng Aris saja yang bermain sepak bola, sehingga teman-teman yang lain dan guru olahraga tidak melihat kejadian ini.

Mata Liona sedikit memanas, hatinya terasa sakit, nafasnya mulai tidak bisa teratur, ia merasakan sesak ketika mendengar ucapan Aris. Dia tak kuasa menahan malu.

"Andi gue minta maaf." Setelah mengucapkan maaf Liona membawa es teh yang di belinya dan lari menuju ruang guru secepat yang ia bisa.

"Lo tolol ris, bener-bener ga punya hati lo!. " Ucap Arya yang juga kesal pada sikap Aris.

"Lo pada gimana sih? Temen lo itu dia apa gue? Gue udah belain lo malah lo yang nyalahin gue. " Bingung Aris pada teman-temannya.

"Temen kita emang lo, tapi Liona itu cewek. Sekeras-kerasnya hati cewek dia juga bisa nangis." Sahut Bimo.

"Lo juga ngapain sih bilang begituan di depan dia? Gue aja yang ngedenger udah panas, apalagi dia yang lo ajak bicara. Sumpah lo bener-bener!. " Ucap Kevin yang tak kalah kesal.

"Ah udah ayo balik! Ris denger ya, kalo lo ga minta maaf sama Liona, kita ga bakal temenan sama lo lagi!." Perinta Andi pada Aris.

"Yuk cabut!." Ucap Bimo memerintahkan pada temannya semua.

Aris hanya melihat punggung teman-teman yang mulai meninggalkannya di lapangan. Sendirian. Bising yang ia temui sekarang karena banyak kelas yang tidak di masuki guru berubah menjadi diam di telinga Aris. Ia mulai meratapi apa salahnya, mengapa ia bisa sebodoh itu? Apa dia hanya reflek karena pagi tadi cintanya di tolak oleh Liona?.

"ARGH!." Teriak Aris yang menyadari kebodohannya.

***

Liona masih merasakan kesesakan di dadanya. Matanya ingin menangis tapi masih ia tahan, ia tak mungkin menangis di sini, di keramaian. Ketika ia membuka pintu ruang guru ia cepat-cepat meletakkan es teh manis yang ia pesan tadi di meja Bu Sri. Setelahnya ia berjalan agak cepat menuju pintu untuk keluar dari ruang guru menuju kelas. Ketika ia ingin menuju ke ruang kelas, Liona mencari sebuah benda penting yang ia letakkan di saku roknya.

Ia menemukan benda yang ia cari, seketika ia mengetikkan sesuatu di benda tersebut, tangannya mulai menari-nari mengetikkan sesuatu di benda tersebut, setelah selesai ia memasukkan kembali ke dalam saku roknya.

"Assalamualaikum." Liona memberikan salam pada ruangan kelas, Bu Sri yang kelihatannya ingin bergegas keluar terhenti oleh suara Liona.

Liona hanya menunduk, ia tak mau memperlihatkan wajahnya yang musam. Ia langsung menuju ke mejanya, mengambil tas yang ia kenakan tadi pagi, membereskan barang-barangnya di tas. Semua temannya termasuk Bu Sri hanya melihat tingkah Liona tanpa bertanya. Sedetik ketika Liona sudah merapikan semuanya Liona memberanikan menatap wajah teman-teman dan Bu Sri, ia langsung menyelonong pergi dari ruang kelas.

"Hei tunggu, Liona kamu mau kemana?!. " Teriakan Bu Sri tak dapat mencegah tubuh Liona yang semakin menjauh.

Liona terus berlari meninggalkan kelasnya, ia tak tahan menahan sesak yang menyelimuti hatinya. Ketika ia melewati ruang kelas 11-ips 1 Liona tak sengaja menjatuhkan buku diary nya, di depan kelas ips 1. Di jendela Aris melihat sosok Liona yang sedang berlari membawa tas, ia bingung apa yang sedang Liona lakukan sekarang, dia hanya sedang berfikir. Karena penasaran dengan apa yang di lakukan Liona, Aris pergi keluar melihat yang sedang Liona lakukan. Namun hasilnya sia-sia, Liona sudah sangat jauh, tak mungkin ia mengejarnya karena habis ini ia pelajaran sosiologi, apalagi gurunya Pak Udik, guru paling killer. Aris tak mau macam-macam.

Tak sengaja Aris menginjak sesuatu yang mengganjal, ia menginjak buku diary Liona yang berwarna pink. Tak beberapa lama Aris mendengar suara dehaman berat milik...

"EHM!. " Suara dehaman Pak Udik berhasil membuat kaget Aris.

Aris langsung memasukkan buku diary Liona ke saku celananya. Kemudian ia langsung menyalimi tangan Pak Udik lalu masuk ke ruang kelasnya.

***

Sesampainya di depan gerbang pintu sekolah, Liona membuka pintunya dengan sedikit gemetar. Jujur bukan rasa takut untuk kabur dari sekolah namun rasa sakit hati yang ia rasakan semakin menyakiti hatinya, kata-kata Aris seperti hantu yang selalu memutar di memori.

Tin-tin. Suara bel mobil milik ayah Liona sudah berada di depan sekolah, Liona lari menuju mobil milik ayahnya,kemudian langsung memeluk ayahnya sangat erat, ia menangis sepuasnya, ia tak peduli ayahnya ingin marah padanya karena ia cengeng atau kabur dari sekolah. Yang sekarang ia butuhkan adalah ketenangan.

crystal embersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang