#7 - Dinner

1.8K 258 65
                                    

Vomment please!🙏🏻

🍷🍷🍷

Sudah sekitar 10 menit gue berdiri didepan cermin yang menampakkan pantulan seluruh badan gue. Dari atas sampai bawah. Gue malam ini memakai gaun selutut berwarna putih yang mengepas ketat di badan gue, membuat lekukan tubuh gue tercetak jelas. Terlihat seksi tapi apa salahnya? Gue sudah 19 tahun juga.

Hari ini Kai akan mengajak gue untuk makan malam di restoran. Tentunya sekaligus ketemu sama Papanya yang pulang dari Kanada itu. Gue yakin sekali, makan malam ini akan mewah tapi karena kekeluargaan, gue rasa tidak akan seperti malam dimana Papanya menjelaskan ke Kai bahwa dia adalah mafia.

Kalau kalian bertanya, kemarin bagaimana kuliah gue bareng Kai. Itu berjalan lancar sekali sesuai ekspetasi yang ada di otak gue. Membuat mood gue bagus sekali dari pagi sampai malem. Kita layaknya mahasiswa yang berpacaran dengan kehidupan normal-normal saja karena Kai kemarin beneran off dari gengnya. Dan gue sangat berterima kasih akan itu.

"Sayang, udah cantik gitu. Ngapain liatin cermin mulu?" Tiba-tiba kedua tangan kekar melingkari pinggang gue.

Gue melihat di pantulan cermin, siapa lagi kalo bukan Kai.

"Ah ngalus lo." Jawab gue sinis lalu dia sapa dengan tawanya yang manis.

Dia sedikit menggerak-gerakkan badannya, gue pun juga terpaksa karena terikut tangannya. Dia menaruh kepalanya di pundak gue sambil tersenyum ke cermin.

"Sun, ngomong-ngomong gimana ya dendam Suho itu? Gua masih takut dia ngebahayain lo." Bisik Kai di telinga gue.

Gila, hembusan nafasnya aja udah bikin sekujur tubuh gue geli.

"Gak usah dipikiran. Kan sekarang ada Mingyu yang ngejagain gue kalo lo gak bisa. Ya kan?"

"Iya gue tau, tapi resiko lo dalam keadaan berbahaya itu selalu ada, sayang. Gue beneran gak mau lo diapa-apain sama pengecut itu. Sebenernya sih... mau lo selalu aman." Katanya lagi dengan nada sedikit gelisah. Dia menciumi pipi gue lembut.

"Gue gak mau lo kenapa-napa. Lo itu prioritas utama gue. Lebih penting dari apapun." Tambahnya.

Gue tersenyum ketika mendengar kalimat terakhir.

"Kaii... It's okay. Itu udah jadi resiko gue kalo gue pacaran sama lo. Udahlah. Gue bakal tetep di sisi lo kok mau gimanapun keadaannya. Inget kan setahun yang lalu? Gue gak bakal ninggalin lo gimanapun keadaannya." Jelas gue panjang lebar.

Ingatan gue tentang malam dimana gue menangis karena dia yang memperbolehkan gue meninggalkannya kalau keadaan terlalu berbahaya buat gue karena musuh-musuhnya itu, teringat dan menghiasi otak gue.

Kai menghela nafas.

Dia pun melepas pelukannya, "Yuk."

Dia menyodorkan tangannya untuk gue genggam. Gue dengan semangat menyapa genggamannya lalu kami berdua berjalan keluar dari apartemennya.

Tapi entah kenapa, gue merasa tidak yakin kalau Kai menerima ucapan gue itu, gue merasakan dia seakan menolaknya.

Apa dia masih kukuh mempertahankan kalimatnya yang membuat gue menangis malam itu?

🍷🍷🍷

Gue berjalan pelan masuk ke dalam restoran kelewat mewah di depan gue. Restoran ini terletak di pinggir jalan, dengan bangunan satu tingkat yang cukup luas. Catnya warna abu-abu, dengan sentuhan seni di sisi-sisinya. Ukiran-ukiran khas yang mewah terlihat jelas menggambarkan betapa berkelasnya restoran ini, ditambah mobil-mobil sport yang berjejer teratur di pakirannya.

tough // kaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang