Semua makanan di kantin SMA Pradipta adalah gratis. Disediakan khusus untuk para siswa yang bisa dinikmati saat istirahat dengan berbagai macam varian makanan yang terjaga kebersihannya.
Ruangan luas berlangit tinggi itu bisa menampung ribuan siswa sekaligus dengan susunan meja panjang di bagian tengah. Di sisi jendela terdapat meja berkapasitas lebih kecil. Lampu bergaya sangkar menjuntai dengan rantai menambah suasana kantin sangat nyaman dan semakin menjadi tempat favorit siswa.
Kalau sedang ramai, akan ada antrian siswa di sisi kanan. Seperti sekarang, di mana Elata yang berdiri di depan Noah.
Tiba giliran mereka, Elata mengambil piring di rak bawah dan Noah mengambilkannya sendok serta garpu yang letaknya memang lebih dekat dengan cowok itu.
"Tumben, nak." tegur Bu Ani, kepala ibu kantin. Beliau memang sering berjaga untuk melihat ketersediaan makanan dan petugas lainnya. "Biasanya minta dibungkusin,"
"Lagi pengen makan di sini, bu." Dikarenakan tatapan Bu Ani mengarah ke Noah dengan penuh minat, maka Elata menambahkan. "Ini anak baru, bu. Namanya-"
"Noah, kan?" Tebak Bu Ani geli. "Ibu udah denger. Anak-anak cewek kemarin ribut ngomongin, suaranya kedengeran sampe dapur." jelasnya tergelak.
Entah bagaimana respon Noah karena ia membelakangi cowok itu, tapi Elata tidak bisa menahan untuk memutar matanya.
"Masakannya keliatan enak," ujar Noah, terdengar sangat tulus. "Baunya juga enak, bu."
Seperti ibu-ibu pada umumnya yang menyukai pujian atas masakannya, Bu Ani pun girang bukan main. Karena kebanyakan anak-anak di sekolah ini jarang berbasa-basi pada petugas kantin dan lebih memilih bergosip dengan sesama. Mungkin hanya Elata yang bercengkrama dengan Bu Ani karena ia sering meminta dibungkuskan.
Maka dari itulah, Elata menoleh memandang Noah. Seperti pujian barusan yang terdengar tulus, senyum ramah di wajah Noah pun sama jujurnya.
Jika Elata memilih nasi goreng dengan toping daging iris dan sekotak susu rasa pisang, Noah mengambil pasta bertoping daging kentang dan cola.
Selayaknya tadi mereka datang dan mengantri mengambil makanan tadi, sama halnya saat Elata dan Noah yang memilih tempat di sudut dekat jendela untuk makan menjadi bahan perhatian orang-orang di sana.
Ini tentu saja terasa canggung bagi Elata. Biasanya ia membawa makanannya ke ruang musik. Ia tidak pernah makan di kantin bahkan dengan Mona sekalipun. Dan lihat sekarang siapa di hadapannya ini.
"Hai, Kak..." Sapa seseorang membuyarkan pikirannya. Namanya Regina, dia adik kelas berparas cantik yang saat ini mengikuti ekskul PMR. Elata menjawab sapaan dengan senyum ramah.
"Kapan ada lomba lagi, kak?" tanyanya, dengan melirik malu-malu ke arah Noah.
Yailah. "Belum ada... Mungkin setelah penentuan ketua PMR baru nanti. Tunggu aja infonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Escape [Completed]
Teen Fiction[SUDAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU] Peristeria Elata berada diambang kematian karena diam-diam mengikuti les musik tanpa sepengetahuan orang tuanya. Seolah itu belum cukup berdosa, Elata mempertaruhkan namanya akan dicoret dari daftar kelua...