👑 XXX -Senyuman

137K 21.8K 3.7K
                                    

Jangan lengah padaku. Aku bisa mencuri hatimu tanpa kamu tahu.

👑

Elata terjaga. Bersama pusing yang menyerang kepala. Entah berapa lama ia menangis sebelum tertidur tadi. Bahkan pakaiannya masih sama. Rasanya ia malas melakukan apapun. Tapi kebiasaan untuk membersihkan diri setelah dari luar membuatnya mengalah masuk ke kamar mandi.

Setelah menyadari jika matanya sembab dan merah, Elata tidak berani menatap cermin lama-lama. Ia ingin segera kembali ke tempat tidur selagi malam masih mengijinkannya terlelap. Baru saja Elata memejam, ia kembali terduduk bangun dan mencari ponselnya.

Sesuai dugaan, Noah menghubunginya. Beberapa kali menelpon dan sebuah pesan singkat.

Kamu cita-citaku, ingat?

Elata kembali berbaring. Sesaat ia mengusap nama Noah dan kalimat manis cowok itu. Tentu ia masih ingat. Siapa yang bisa lupa jika ada seseorang yang menjadikan dirimu sebagai cita-citanya. Sebagai masa depannya.

Sekarang, Elata bahkan sudah merasa gagal bahkan sebelum sempat memulai.

Elata membalas, menanyakan keberadaan Noah yang langsung dibalas saat itu juga.

Di manapun kamu mau, aku ada di sana.

Elata ingin melihat Noah. Merasakan pelukan nyamannya, dan bertingkah seolah semua baik-baik saja. Mungkin juga kepalanya akan di usap lembut atau pipinya dicubit. Tapi bersama dengan itu Elata juga pasti akan menangis lagi.

Elata tidak mau menangis di hadapan Noah sekarang. Oleh karenanya ia menjanjikan pertemuan esok hari saja di sekolah. Ditambah alasan karena sudah malam.

Setelah menekan tombol kirim ia kembali berguling ke samping, fokus memperhatikan layar chat seakan tidak ingin terlambat membaca balasan.

Ponselnya memang bergetar lagi, namun bukan karena pesan masuk melainkan panggilan dari Noah.

"Mau tidur?" tanya suara dari seberang lembut.

Elata membersihkan tenggorokannya yang kering. Berupaya menormalkan suara. "Iya," tapi sayangnya gagal karena suaranya terdengar sangat serak.

Noah menghela napas berat. "Sayang...," ada nada khawatir di sana. menandakan Noah tahu jika Elata habis menangis.

Dan suara Noah serta panggilan sayang itu perpaduan berbahaya karena berhasil meruntuhkan sebulir bening jatuh ke atas bantalnya saat itu juga.

"Aku... udah nggak nangis, kok."

"Iya," Noah memang selalu mempercayainya. Meski Elata sendiri tahu cowok itu juga mengetahui kebohongannya. "Maaf, Mama kamu harus tahu dengan cara kaya tadi."

Noah juga selalu merasa bersalah atas apapun meski kejadian tadi sama sekali tidak berhubungan dengannya. "Itu bukan salah kamu. Cepet atau lambat mereka pasti bakal tahu."

"Separah apa dimarahinnya?"

Elata bergumam. Noah yang mengerti jika ia belum ingin membahas soal itu segera mengganti topik.

"Malam ini aku di tempat Viktor. Kamu mau aku ke sana?"

Elata menoleh ke arah jam dinding. Pukul dua dini hari. Melihat Noah terasa menggoda tapi ia tahu apa yang terbaik untuk mereka sekarang.

"Besok aja, ya, ketemu di sekolah. Ini udah malem banget."

"Kalo gitu jangan nangis lagi,"

Elata menghapus air mata di pipi. "Iya..."

"Buktinya?"

Menakjubkan bagaimana sudut bibir Elata tiba-tiba terangkat. "Mau bukti gimana?"

The Prince's Escape [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang