👑 XLIV. Semu

137K 21.4K 4.8K
                                    

Kamu datang seberkas semu.
Lalu menghilang setergesa itu.

🎼 Ending scene - IU 🎼

👑

Hamparan langit perlahan menyala. Angin yang semula menusuk berubah sejuk. Begitu pula pandangannya yang berubah menjadi lebih jelas dari sebelumnya.

Satu malam lainnya lagi. Yang berhasil Noah lewati dengan terjaga di balkon kamar bersama sunyi. Menatap gelap larut entah ke sudut mana matanya berlari.

Tentu ia tidur. Setidaknya ia berusaha tidur. Mungkin beberapa jam, atau menit. Noah tidak tahu, karena matanya hanya mampu terpejam sesaat ketika kegelisahan datang, menariknya bangun dan menghadapi sesuatu yang menyiksa melebihi apapun yang pernah Noah rasakan.

Satu hari baru lainnya lagi.

Taman luas di bawah balkon kamarnya itu asri,  dilewati penjaga berlalu lalang yang entah sudah berganti jaga berapa kali. Dinding yang mengelilingi seluruh halaman seolah berteriak betapa megah dan kokoh mereka.

Ketika matahari mulai menjerat, ia masuk untuk membersihkan diri. Selalu terheran-heran seperti pertama kali ketika membuka lemari. Mendapati pakaian yang dia sendiri tidak ingat pernah memilikinya.

Mungkin Miranda, ibunya itulah yang setia mengisi lemarinya selama ia pergi selama ini.

Pintu kamar di ketuk saat Noah bahkan belum sempat meloloskan t-shirt putih melewati kepala. Bukan sebuah permintaan ijin masuk, karena beberapa saat setelahnya pintu sudah terbuka bersama langkah kaki menggema.

Noah tidak terlalu memperhatikan. Orang-orang yang masuk itu seringnya tidak bicara, dan juga tidak mengerti privasi.

Setelah selesai menata makanan di atas meja, tidak biasanya seseorang menyapa.

"Tu-tuan Muda,"

Setelah merapikan pakaiannya, Noah menoleh.

Orang itu kelihatan muda, mungkin juga sepantaran dengannya. Dan sedang merona luar biasa. Juga tergagap dan kembali berkata. "Ka-ta Nyonya... ma-ma-kanannya harus di-habiskan..."

Noah memperhatikan sajian di atas meja sebelum kembali menatap orang itu dan mengangguk seadanya. Tidak ingin bersopan santun lebih lama.

Dengan segera mereka pergi secepat tadi mereka datang. Hari ini sarapannya beraroma sangat menggoda. Tapi Noah hanya tergugah menenggak segelas air putih dan kembali berdiri di balkonnya.

Seperti melewati malam, Noah juga menghadapi siang segundah sekarang. Waktu seolah berjalan sepuluh kali lebih lambat dan terasa benar-benar mengikat.

Noah melompat naik dan berganti duduk di ujung pembatas. Kakinya menjuntai ke bawah. Di sana masih banyak penjaga berlalu lalang. Apakah rumah bertembok menjulang tinggi ini terlalu rentan hingga diperlukan penjaga sebanyak itu?

Atau itu semua karena dirinya yang sekarang berada di sini?

Kalau benar, ayahnya terlalu asing untuk mengerti bahwa tidak peduli seberapa banyaknya penjaga, Noah bisa kabur dari tempat ini dengan sangat mudah.

Jika ia mau.

Beberapa penjaga terlihat berhenti berjalan. Mungkin sudah waktunya berganti tugas. Mereka bergegas menuju sisi depan rumah yang dalam jarak sejauh ini bisa Noah pastikan gerakannya sangatlah gesit.

Di mana ayahnya mendapatkan orang-orang itu? Itu pertanyan yang sering muncul waktu Noah kecil. Atau, apakah ayahnya baik-baik saja hingga memerlukan penjaga sebanyak itu.

The Prince's Escape [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang