👑 XV. Ketukan

164K 25.3K 4K
                                    

Karena ada batas yang sangat tipis antara peduli dan rasa sayang yang menyelinap tanpa permisi.

👑

Elata mungkin saja tadi melangkah mundur akibat terlalu kaget karena apa yang dilihatnya saat ini. Entahlah ia sendiri lupa.

Elata hanya terlalu sulit mempercayai jika dirinya tengah berdiri di hadapan Noah dengan jendela kaca yang tertutup di antara mereka.

Noah mengetuk kaca dengan ujung jarinya lalu melangkah mundur. Seolah memberi pilihan untuk Elata membuka jendelanya atau tidak.

Apa yang diinginkan cowok itu saja Elata tidak tahu, tapi ia justru meraih kunci dan menggeser jendela terbuka. Angin malam langsung menyerbu masuk, bersama debarannya yang merangkak naik.

Setelah melangkah ke balkon Elata jadi bungkam, tapi tetap membalas tatapan Noah. Rasanya ia harus melakukan ini lebih lama lagi agar bisa mengingat wajah cowok itu dengan baik.

"Nggak ada yang mau ditanyain?" ujar Noah memecah sunyi.

Elata mengerjap. "Lo..., ngapain di sini?"

Noah merogoh ransel dan mengeluarkan sebatang coklat. "Mau ngasih ini. Janji gue waktu itu."

Wajah Elata dingin karena bekas air mata namun hatinya menghangat luar biasa. Menjamah sangat jauh ke dalam hatinya atas perlakuan manis ini.

"Gue ganggu?"

"Enggak," Elata menggenggam coklat pemberian Noah di tangannya sepenuh hati. "Baru pulang les."

"Digangguin Rafa lagi?"

Elata menggeleng. Tadi ia berhasil menolak Rafa seperti biasa.

Noah lalu menunjuk matanya. "Terus siapa yang bikin nangis?"

Dengan sigap Elata menyeka matanya yang menyisakan basah itu. "Gue abis nonton drama... Jadi baper sendiri. Lo dateng malem-malem cuma buat ngasih ini? Kenapa nggak besok aja di sekolah."

Noah meletakkan ranselnya di lantai. "Gue mau liat lo sekalian."

Tidak dipungkiri, Elata tersipu. "Besok juga ketemu di sekolah."

"Mau liatnya sekarang gimana, dong." Noah lalu duduk di sudut balkon menghadap ke arahnya.

Elata menyembunyikan senyumnya saat ikut duduk bersila mengikuti. "Tadi kenapa nggak masuk?"

"Siapa nih yang nanya, guru atau lo?"

"Apa bedanya?"

"Kalo guru gue males jawabnya."

"Kalo yang nanya gue?"

Noah tersenyum. "Guenya seneng karena dicariin lo,"

Wajah Elata menghangat. "Apasih. Dateng-dateng cuma buat modus,"

Noah bersandar di palang balkon memperhatikannya. "Siapa yang lagi modus?"

"Lo!"

"Modus itu ada maksud tersembunyi pake cara bohong. Gue kan jujur," kemudian senyuman Noah berubah jahil. "Tapi maksud tersembunyinya juga ada, sih."

"Bukan tersembunyi kalo lo ngasih tahu gue, dong..."

"Emang lo tahu apa?"

Elata terdiam memikirkan. "Enggak. Apa?"

"Minta minum. Haus gue abis manjat,"

Ia beranjak mengambilkan minuman yang untungnya selalu tersedia di dalam kamarnya. Elata kembali dan duduk di hadapan Noah, kali ini lebih dekat lalu bertanya. "Eh, serius tadi kenapa nggak masuk?"

The Prince's Escape [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang