Bebasku terenggut, di hari pertama hatiku terpikat. Tidak masalah, aku menikmati terkurung olehmu.
👑
Tantangan : semua komen harus pake capslock.
EHEHE 🙈👑
Sebagai seorang anak, yang sudah seharusnya taat pada orang tua, Elata sadar betul jika ia bersalah karena sudah diam-diam mengikuti les piano. Ia akan minta maaf untuk itu. Tapi nanti jika Marina tidak mengacuhkannya seperti sekarang.
"Mama ngelarang kamu ikut malam serah terima jabatan PMR." Ujar Roy. Hanya mereka yang ada di meja makan. Setelah guru lesnya pulang, Papanya mengajaknya makan malam bersama.
Larangan itu tidak mengejutkan bagi Elata. "Iya, Pa."
"Mama lagi arisan sama temen-temennya. Jadi nggak makan di rumah."
"Iya, Pa."
"Kalau dipikir-pikir, lebih gampang les di rumah, ya. Kamu jadi nggak repot keluar rumah."
"Iya, Pa."
Roy yang melihat kesenduan anaknya itu menghela napas. "Elata,"
"Pa," sela Elata. Ia tahu apa yang akan Roy katakan. Tatapan penuh penyesalan dari Papanya itu mengartikan dengan jelas segalanya. "Aku baik-baik aja. Papa nggak usah khawatir. Karena sekarang cuma ada Elata, sudah tugas aku untuk buat Papa sama Mama bahagia."
Terpancar jelas rasa haru dan bangga dari cara Roy menatapnya.
"Papa sayang kamu."
Elata tahu. Ia memberi senyuman penuh pengertian. "Iya, Pa." Sepertinya ia terlalu banyak mengatakan 'iya' malam ini. "Aku duluan ke kamar, ya."
Begitu menutup pintu Elata tidak membiarkan dirinya diam. Ia mengerjakan semua PR. Ketika tidak ada tugas lagi yang harus di selesaikan Elata beralih membaca materi yang belum diajarkan. Sampai-sampai Elata merapikan rak bukunya di malam hari.
Semua itu membuat Elata jatuh tertidur menelungkup di meja belajar. Di saat itulah ponselnya bergetar.
Dengan mengerjap, Elata melihat layar dan ada nama Noah berkedip memanggil di sana.
"Lagi tidur?"
Elata mengangguk, dan menyadari Noah tidak bisa melihatnya. "Iya..." Elata meregangkan tubuhnya. "Kenapa?"
"Bisa ke gudang sebentar. Penting."
Lalu sambungan terputus. Kata terakhir menarik kesadaran Elata lebih banyak. Ia menoleh ke arah jam dinding. Terkejut karena setegah jam lagi menuju tengah malam. Rupanya ia tertidur cukup lama.
Dan Noah memintanya datang.
Tanpa menunggu Elata menyambar sweater putihnya di lemari. Ketika akan memakai sandal tidur berbulu, Elata berubah pikiran dan memilih sandal karet biasa.
Elata sudah cukup terampil mengendap di rumahnya sendiri. Ia melewati halaman berumput melawan gerimis yang mulai jatuh lembut di dahinya. Sesampainya di gudang, pintu langsung terbuka seolah Noah memang sengaja menunggunya di sana.
Noah menyapu dahinya yang basah dengan tangan. "Kenapa nggak pake payung?"
"Buru-buru. Tadi kamu bilang penting."
Noah tersenyum, mencubit pipinya lalu menarik Elata masuk. Cowok itu terlihat bersemangat, entah karena apa yang pasti ini pertanda bagus karena 'penting' yang dikatakan cowok itu bukan berarti buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince's Escape [Completed]
Teen Fiction[SUDAH DITERBITKAN - TERSEDIA DI TOKO BUKU] Peristeria Elata berada diambang kematian karena diam-diam mengikuti les musik tanpa sepengetahuan orang tuanya. Seolah itu belum cukup berdosa, Elata mempertaruhkan namanya akan dicoret dari daftar kelua...