CDS 4

180 14 0
                                    

Ruang meeting sudah sarat dengan para undangan. Nampak di kursi paling ujung dari meja panjang ini, Bos Prilly selaku general manager. di sebelahnya kursi kosong yang belum berpenghuni. Di sisi kiri meja duduk para kepala cabang dari 8 provinsi. Termasuk Aliyansyah di kursi paling ujung. sedangkan di sisi kanan meja, Nampak barisan para petinggi perusahaan.

Tak lama seorang pria paruh baya memasuki ruangan dan duduk di samping sang general manager.

Pria paruh baya itu lantas mempersilahkan Nita, yang merupakan sekretaris Prilly untuk membuka acara. kegiatan Laporan bulan pun berjalan. Masing-masing kepala cabang melaporkan kemajuan wilayahnya masing-masing. Hingga saatnya, Aliyansyah untuk berbicara.

"Assalamualaikum... Perkenalkan Saya Aly... "

"Saya baru bergabung di perusahaan ini. Saya belum bisa melaporkan keadaan kantor Bogor. Saya perlu bimbingan para senior." ucap Aly seraya menundukkan kepalanya.

"Dan yang penting... Saya ingin menerapkan ilmu yang di dapat demi kemajuan perusahaan." ucap lanjut Aly dengan percaya diri.

"TERAKHIR... panggil saya A L Y... tanpa 'Pak'

Para tamu undangan lainnya terlihat tertawa mendengar perkataan bagian akhir Aliyansyah. Sepertinya para undangan yang hadir terhibur dengan perkataannya. Maklum saja, hampir semua undangan usianya rata-rata berkepala tiga.

Pria paruh baya di samping Prilly ikut tertawa mendengarkan perkataan anak buahnya. Lain halnya dengan Prilly yang berada di ujung meja lainnya hanya menghela napas saat mendengarkan ucapan Aliyansyah. Namun mata hazelnya mengarah kepada laki-laki itu.

Lantas pria paruh baya di sebelah Prilly pun berbicara

"Kepada general manager, pejabat tinggi, dan para kepala cabang... sebelumnya saya minta waktu.... Anak muda yang ada di sana adalah pengganti rekan kita Rudiansyah. Perlu diketahui pula jika Aly adalah keponakan rekan kita itu. Maaf untuk bu general manager... Saya tidak menginfokan hal itu. Tapi Saya bisa jamin kalau Aly mampu bekerja dan memberikan kontribusi terbaik buat perusahaan ini. Ditambah dengan ilmu dan pengalamannya."

Setelah memberikan penjelasan itu, pria paruh baya itu duduk kembali. Dilihatnya Prilly yang menatap ke arahnya. Seakan membutuhkan jawaban jelas. Dengan berbisik pria itu pun berkata "Nanti di ruanganmu, Papa akan menjelaskan.".

***

Prilly terlihat sedang berbicara dengan pria paruh baya, yang ternyata papa nya. Beliau juga sebagai pendiri perusahaan.

"Prill... Papa harap Kamu dapat beradaptasi dengan Aly... Papa sangat yakin kalau Dia mampu memimpin kantor cabang." ujarnya.

"Harusnya Aku marah sama papa... Papa kan dah percayakan perusahaan ini ke Aku. HARUSnya papa jangan ambil keputusan sendiri. itu berarti Papa meragukan kemampuan aku memimpin perusahaan." jawab Prilly dengan tegas.

Tuan Mahendra tidak menjawab perkataan putrinya. Beliau hanya melihat secara intens dengan sesekali menggerakan alisnya. Prilly yang melihat itu lantas tersenyum...

"Ih... Papah. Aku lagi serius nih. Ini masalah anak muda kesayangan Papa. Papa malah ajak becanda." ujar Prilly seraya memajukan bibir mungilnya.

"Oh... Kamu maunya serius. Nanti Papa bilang ke Aly, kalau putri papa maunya serius." ledek Tuan Mahendra.

"Ya Allah.... Papa." rajuk Prilly.

Tuan Mahendra tertawa melihat tingkah laku putri kesayangannya. walaupun usianya sudah 25 tahun, namun kelakuaannya tetap menggemaskan ditambah postur tubuhnya yang hanya sedada Tuan Mahendra.

CINTA DI UJUNG SENJA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang