CDS 21

90 14 0
                                    

Setelah satu minggu "Berlibur" secara terpaksa, Prilly sudah terlihat kembali di kantornya.

Saat keluar dari lift, Nina menyambutnya. Mereka pun berjalan beriringan memasuki ruangan.

"Kamu sudah print semua file yang saya kirim?" Tanya Prilly.

"Sudah Bu, Beberapa file sesuai arahan Ibu." Nina memberikan tumpukan berkas di tangannya.

"Oya Bu. Pak Alex dari Lexis Company meminta jadwal dimajukan lusa."

"OKE kamu atur. Seperti biasa." Ucap Prilly.

"Baik Bu. Saya mohon pamit." Nina berjalan menjauh dari ruangan.

Prilly mengecek satu persatu berkas di meja. Keseriusan bekerja membuatnya melewati putaran puluhan menit.

Tok... Tokkk...

"Ada apa Nina? Saya nanti saja makan siangnya."

Prilly yang tak mendapat jawaban akhirnya memutuskan mengakhiri kegiatannya. Betapa terkejutnya Ia melihat siapa yang duduk di hadapannya.

"Siapa yang menyuruh Anda duduk di sini?"

Laki-laki itu tidak menjawab. Bahkan tatapan mata terlihat liar.

"Sekarang bukan waktu kerjakan? Rasanya tak salah kalau saya berkunjung. Terlebih setelah gagal acara dinner tiga hari yang lalu." ucap laki-laki itu.

"Pak Digo yang terhormat, Sedari awal saya sudah menolak ajakan Anda. Jadi tidak ada yang perlu dibicarakan. Silahkan Anda tinggalkan ruangan ini." Prilly berkata seraya menunjukkan pintu keluar.

"OKE... saya akan keluar tetapi dengan syarat makan siang bersama hari ini."

"Maaf saya sudah janjian makan siang dengan seseorang."

"Siapa?" Tanya laki-laki itu.

"Tunangan saya. Kenapa? ujar Prilly.

Laki-laki itu tertawa keras. Entah apa yang ditertawakan.

"Saya tau kalau kamu berbohong. Seorang Anindya Prillyana Putri belum memiliki tunangan bahkan kekasih. Semua orang di perusahaan ini tau. Indonesia pun tau kalau kamu single."

Mendengar apa yang dikatakan laki-laki itu membangunkan sisi lain Prilly.

"Baiklah kalau Pak Digo tidak percaya. Sebentar saya hubungi."

Prilly mencari kontak seseorang di HPnya. Dengan segera ditekannya lambang yang berwarna hijau itu. Prilly berupaya menghalau kecemasannya.... panggilan pertama terabaikan. Nomor yang dituju tak merespon.

Sementara laki-laki itu semakin menunjukan kemenangannya. Hal ini tentu membuat Prilly meradang. Kembali lagi Ia menghubungi nomor tersebut. Namun sayang usahanya gagal. Prilly yang melihat laki-laki itu makin besar kepala... kembali mencoba menghubungi nomor tersebut.

"Assalamualaikum.... "

..

Honey... bisa ke kantor sekarang?

...

Ga bisa? Oh.... sedang rapat.

...

Nanti malam Aku tunggu ya ... Honey.

See you.... Muachhhhhhhh

Klik

Prilly mematikan HPnya dan menghadap ke laki-laki itu. Ia pun menatap dengan percaya diri.

"Baiklah ... siang ini saya gagal. Tapi menyerah bukan tipe Digozen Seno. Nanti malam kita akan dinner. Saya masih berpegang teguh pada informasi yang berkembang bahwa kamu belum memiliki kekasih." ujarnya.

CINTA DI UJUNG SENJA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang