CDS 35

91 10 0
                                    

Pagi-pagi sekali gue sudah memasuki lobi kantor. Namun suasana cukup ramai. Dengan santai gue memasuki lift yang terbuka. Tak lama beberapa orang mengikutinya.

Pagi Pak Aly...

Beberapa karyawan perempuan menyapa seraya tersenyum.

"Pagi juga." ucap gue kepada mereka.

"Tumben Pak Aly pakai lift karyawan?" Tanya salah satu dari mereka.

"Biasanya bareng Bu Bos pakai yang satu lagi." ucap mereka lainnya.

"Kebetulan hari ini tidak dengan Ibu Prilly. Jadi saya menggunakan lift ini saja. Biar ga sepi. Saya juga sering menggunakan lift ini jika berangkat lebih awal." jawab gue.

"Ohhhhhhhhhhhhh." ucap mereka serentak.

Sebagai informasi di kantor ini memiliki tiga jenis lift. Pertama lift hanya akan berhenti di lantai kantor pemilik perusahaan. kedua lift para direksi yang juga hanya berhenti pada lantai tertentu dan manager. Lift ketiga diperuntukan bagi karyawan dan relatif lebih lama karena berhenti di setiap lantainya.

Akhirnya gue tiba di lantai yang dituju. Terlihat perempuan berdiri di samping meja kerjanya.

"Pagi Pak." ucapnya.

"Pagi Si."

Gue berjalan memasuki ruangan.

"Ini berkas yang Bapak minta kemarin." ujar Sisi seraya menyerahkan sesuatu di tangannya.

"Untuk acara hari ini tidak ada perubahan?" Tanya gue.

"Tetap Pak. Sesuai jadwal semula."

"Ok. Nanti gunakan mobil kantor aja. Tolong infokan ke Joko stanbay jam satu siang." ujar gue.

"Baik Pak."

Tak lama perempuan itu menghilang di balik pintu.

Gue pun membaca dengan saksama berkas yang ada di meja.

Ting

Sebuah pesan masuk ke benda di kantong kemejanya.

Selamat Bekerja, Honey

Ingat jangan lupa pakai lift direksi

JANGAN PAKAI YANG KARYAWAN... nanti mereka kesenangan ketemu kamu

Love u

Gue tertawa membaca pesan itu. Gadisnya memang tak mengizinkan gue menggunakan lift karyawan dengan alasan para perempuan di kantor selalu heboh jika bertemu gue. Pernah satu kali gue mengajak Prilly menggunakan lift ini hasilnya sepanjang hari gue melihat wajahnya bête bahkan menolak berbicara dengan gue. Pasalnya... setiap lift terbuka para karyawan perempuan pasti menyapa dan tersenyum ke gue dan Prilly. Tidak mungkin gue mengacuhkan hal itu. Belum lagi mereka terkadang berdiri dengan jarak yang amat dekat. Inilah alasan Prilly melarang gue.

Good night... Love and hug

***

Saat ini gue dan sisi sudah berada di dalam kendaraan. Gue memilih duduk di samping Joko. Melihat ini Sisi sepanjang jalan hanya diam saja, padahal biasanya Sisi sangat periang bahkan over.

"Ko... Kamu nanti tunggu aja di dalam ruangan. Jangan di mobil. Panas. Kamu juga pesan saja minuman, nanti saya yang bayar."

"Aduh... Pak. Eh mas Aly... saya ga enak." ujar Joko.

"Ga papa Ko. Santai aja."

Kendaraan berhenti di sebuah resto. Gue dan Sisi memutuskan keluar lebih dahulu.

Seorang pelayan menyambut dan mengantar ke tempat yang sudah dipesan. Pertemuan kali ini di resto bergaya Jepang. Dengan bilik bilik yang tertutup. Entah apa alasan Sisi mengadakan pertemuan di tempat yang cukup privasi ini.

"Ehmmm Pak."

Gue yang sedang mengecek email dihentikan oleh suara. Nampak Sisi yang berjarak kurang dari setengah meter dari gue.

"Kenapa Si?' Tanya gue.

Sisi mengikis jarak hingga parfumnya menyentuh jelas.

"Bapak benar-benar serius dengan si Bos?"

"Bu Prilly itu jutek habis, ga ada senyumnya sama sekali. Apalagi ga ramah. Sedangkan Pak Aly kan orangnya supel banget. Baik dengan semua orang."

Gue ga tersinggung dengan ucapan Sisi. Hampir setengah satu mengenal sekretaris yang unik ini, gue pun jadi terbiasa dengan 'keponya'.

"Semua orang ada plus minusnya. Jangan menilai dari apa yang terlihat saja Si." ucap gue.

"Menurut Bapak... Sisi ini bagaimana orangnya?"

Inilah yang gue takutkan... Sekretaris gue ini semakin gue jawab akan semakin banyak yang ditanyakan.

"Baik."

"Cantik ga?" tanyanya dengan mengikis jarak.

"Cantik."

Terlihat Sisi sumringah dengan jawaban gue.

"Semua perempuan itu cantik. kalau laki-laki baru tampan." jelas gue.

Tiba-tiba sebuah panggilan masuk Nampak Prilly menghubunginya....

Assalamualaikum Sayang.

...

Ga papa.

...

Aku mau meeting dengan klain

...

Ga, Yang. Belum mulai,

...

Biasa. Kenapa?

...

Iya Sayang.

Tak lama pintu bilik terbuka dan terlihat dua orang memberikan menyapanya.

Yang... Nanti ku telepon lagi. Klain sudah datang

...

Iya. Love u.

"Maaf Tuan Andre." ucap gue seraya memberikan tangan.

"Tidak apa. Oya jangan panggil saya Tuan. Cukup Andre saja."

Gue pun mengiyakan ucapan laki-laki itu.

Sisi dan laki-laki di samping Andre mengeluarkan berkas dan saling bertukar. Gue dan Andre pun mengecek kalimat demi kalimat berkas yang kami terima.

Hampir dua jam meeting ini berlangsung. Hingga ada kesepakatan antara gue dan PT Perkasa. Tak lama Andre dan sekretaris pun meninggalkan bilik.

"Pak." Sisi memanggilnya.

"Temani Sisi makan dulu ya. Ini menu kesukaan Sisi."

Gue pun mengangguk. Terlihat Sisi sangat senang dengan reaksi gue.

"Joko... ke sini."

Dalam hitungan menit, Joko tiba di ruangan.

"Ayo makan Ko."

Sekilas gue melihat Sisi makan dengan kesal. Lain halnya dengan Joko yang terlihat lahap menghabiskan makanan di meja

****

Bersambung



CINTA DI UJUNG SENJA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang