CDS 50

86 5 0
                                    

Gue berjalan menuju pintu keluar. Alhamdulillah... penelitian awal diterima baik oleh dosen setelah berjibaku hampir dua jam. Terlebih dosen ini terkenal killer dan prefeksionis.

Aly....

"Beby." Ujar gue.

"Boleh gue ngomong sebentar?"

"Ada apa?"

"Sori ya Ly. Gue mau minta tolong. Lo kan jago dibagian analisis data. Gue butuh bantuan Lo." Ujar Beby.

"Maksud Lo?" gue bertanya kembali.

"Gue mau privat dua bulan sama Lo... biar lancar penelitian gue."

"Kenapa gue, ada Tommy, atau Jack... mereka lebih hebat."

Gue melihat Beby memegang tangan dengan erat. Gue pun bermaksud melepaskan namun...

"Ly. Gue minta tolong banget sama Lo. Cuma Lo harapan gue satu-satunya. Lo taukan kenapa gue ga minta tolong Tommy atau Jack, mereka...... "

Gue melihat ke sekitar. Untung saja, koridor sepi.. Sumpah ini yang gue takutkan. Beby menangis di hadapan gue. Dan gue paling tidak suka melihat orang menangis.

"Beb... jangan nangis. Ntar gue disangka ngapa-ngapain Lo. Tolong ya... gue akan bantu Lo. Tapi jangan begini." Ujar gue.

"Bener ya Ly. Lo bantu gue." Teriak Beby.

Gue hanya mengangguk. Seketika gue kaget saat Beby mendaratkan ciuman di pipi. Dengan cepat gue menjauhkan tubuh Beby.

"Maaf Ly. Gue sangat senang karena Lo mau bantu."

"Dah... Aly."

Belum sempat gue membuka suara. Beby segera berlari menjauh.

***

Memasuki apartemen tepat jam 11 malam. Gue segera merebahkan diri dengan jaket yang masih terpasang. Untung tadi di kantor gue sempat mandi. Perlahan mata mulai tidak bisa berkompromi. Namun seketika ingatan gue akan peristiwa di koridor kampus membuat otak kembali berputar.

Gue dan Beby masuk kuliah bersamaan. Gue ga terlalu dekat namun saat pemilihan dosen pembimbing ternyata sama. Ya... semua orang di kampus tau Beby Navita Mahardhika. Ayahnya, Tuan Mahardhika adalah salah satu pemilik perusahaan ternama.

Shittt... kenapa gue jadi inget si Beby.

Sudah hampir jam satu dini hari, gue belum dapat memejamkan mata. Entah apa yang ada dipikiran gue. Dengan bergegas gue bangun dan duduk di tepi ranjang.

Ting

Honey... Aku kangen. VC ya....

Gue segera mengetik pesan balasan. Namun....

"Pagi Hon..... Eh, malam. Aku ganggu ya?" terlihat Prilly yang sudah rapih dengan blazer.

"Ga, Yang. Kamu udah mau ke kantor?"

Hahhhhhhhhhhhhh

"Kamu belum tidur? Pulang jam berapa? Kok pakaian masih lengkap?"

Gue melihat ekspresi Prilly dengan penuh selidik. Ya ampun gue lupa untuk mengganti pakaian.

"Iya, Yang. Tadi dari kampus langsung ke kantor lagi dan jam sebelas baru sampai apartemen."

"Kamu jangan capek-capek, Hon. Nanti kalau sakit gimana? Aku kan jauh."

Gue rasanya ingin mencubit pipi Chubby itu, terlebih kekasihnya menampakan bibir mungil yang menggemaskan.

"Iya, Sayang. Aku lagi sakit."

CINTA DI UJUNG SENJA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang